Nama besar yang masuk ke dalam The Magnificent Seven berikutnya adalah AS Roma. Raksasa ibukota dengan segudang pemain bertalenta berhasil rajai Italia di tahun 2001. Ketika itu, Tim Serigala diasuh oleh Fabio Capello, dimana sang pelatih kemudian menyebut bila memenangkan satu trofi Serie A bersama AS Roma sangat-sangatlah berharga.
Berisikan nama Vincenzo Montella, Gabriel Batistuta, Cafu, hingga Francesco Totti tentunya, AS Roma berhasil kandaskan perlawanan Juventus yang berada di tangga kedua klasemen 2000/01. Meski kemudian kembali gagal raih gelar hingga sekarang, nama AS Roma, terutama di era tersebut, akan selalu dikenang sebagai salah satu yang terbaik sepanjang sejarah kompetisi Italia.Â
5. SS Lazio
Lazio yang pernah berjaya ketika ditangani oleh Sven Goran Eriksson. Dengan kekuatan uang sang presiden Sergio Cragnotti, pelatih asal Swedia itu dibekali skuad mewah dalam diri Juan Sebastian Veron, Diego Simeone, dan Pavel Nedved.Â
Belum lagi bintang lainnya semacam Alessandro Nesta hingga Fernando Couto dan Nestor Sensini. Selain raihan scudetto yang begitu melegenda, Lazio juga sukses meraih gelar Piala Winners dan Piala Super Eropa.Â
6. Fiorentina
Fiorentina begitu masyhur dengan keberadaan Gabriel Batistuta, Rui Costa dan Fransesco Toldo. Dengan kombinasi keduanya yang apik, mereka sukses menjadi tim yang disegani di kompetisi domestik maupun Eropa.Â
Satu yang menonjol dari Fiorentina adalah raihan dua trofi Coppa Italia nya di era tersebut. Malah, trofi yang berhasil diraih pada musim 2000/01, turut membawa nama Roberto Mancini sebagai pelatih yang pada akhirnya banyak meraih kejayaan. Fiorentina sempat dinyatakan bangkrut hingga harus mencicipi kompetisi kasta keempat pada tahun 2002. Berulang kali terjatuh ke kompetisi terbawah, La Viola memiliki perjalanan berat untuk bisa kembali konsisten tampil di kompetisi Serie A.Â
7. AS Parma
Parma adalah tim legenda dengan segudang cerita. Di era 90 an, Parma adalah salah satu wajah terbaik yang mewakili Italia. Berhasil berjaya di level domestik dengan raihan trofi Coppa Italia, Parma juga mampu berbicara banyak di level Eropa.Â
Dengan bintang hebat seperti Hernan Crespo, Enrico Chiesa, sampai Gianluigi Buffon yang ditemani Lilian Thuram dan Fabio Cannavaro, Parma sukses persembahkan dua trofi Europa League, satu Piala Winners dan satu Piala Super Eropa. Bila mengenang memori kejayaan mereka di era tersebut, sungguh, sedih rasanya ketika melihat nasib Parma yang terkatung-katung seperti sekarang.Â
Mereka juga alami nasib yang sama. Ditinggal banyak bintang hingga harus rela menjadi tim dengan level semenjana, Parma gagal membayar hutang sekaligus gaji manajemen dan staf pada tahun 2015.Â
Situasi ini membuat mereka benar-benar terpuruk dan perlahan dilupakan. Hasilnya, mereka yang dinyatakan bangkrut harus menata ulang segalanya dari kompetisi kelas bawah. Meski sempat kembali ke kompetisi Serie A, kekuatan Parma yang belum stabil membuat mereka kembali terdegradasi ke kompetisi bawah.
Menarik ditunggu kiprah tim-tim Italia dieropa seperti dahulu yang selalu berbicara banyak. Apalagi Juventus, Inter dan Milan yang mulai pulih dari masalah finansial. Roma dan Lazio masih setia mewarnai papan kedua eropa dan Fiorentina dipapan ketiga, sementara Parma menarik ditunggu beberapa tahun kedepan.Â