Poros energi ini bukan berada pada kita saja, orang di luar kepercayaan marapu, yang seolah bertindak sebagai pemeran utama yang maha tahu yang berada di luar cerita dalam sebuah penulisan cerita. Kita mesti merangkum warga marapu untuk sama-sama berjuang. Kita meletakkan poros energinya kepada masyarakat marapu juga. Kita mesti yakin, proses yang baik adalah memacu dan memberi masyarakat suatu kesempatan (opportunity) dan kebebasan (freedom) untuk bertindak sesuai kesanggupan diri mereka dan mengembangkan potensi diri mereka dari dalam.
Meletakkan masyarakat marapu sebagai poros gerakan berarti memikirkan suatu cara yang familiar dan nyaman bagi masyarakat itu sendiri. Ada berbagai macam pendekatan yang dapat digunakan. Pendekatan budaya dan kearifan lokal merupakan salah satu langkah yang mesti kita tempuh. Gerakan itu tercermin melalui beberapa kegiatan dan advokasi yang bisa kita lakukan seperti diskusi dari bale-bale ke bale-bale, pemutaran film tentang nilai-nilai universal, penguatan struktur organisasi orang marapu, pilot projek, menggali informasi dan menemukan kearifan lokal dan nilai-nilai positif dari para pemimpin kepercayaan marapu (rato-rato) dan orang-orang marapu.
Disini, kita mesti sadar dan tanamkan prinsip ini terlebih dahulu. Kita bukan berusaha mengajak orang-orang untuk kembali menganut kepercayaan marapu tetapi kita berupaya menebar keadilan dan mengedepankan rasa respek kepada martabat manusia karena warga marapu adalah manusia yang sama dengan kita dan hidup di negara Indonesia sebagai warga negara yang punya hak sama seperti warga lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H