Kita sedang berteduh sambil berdiri bersebelahan di bawah sebuah pohon yang rindang di tepi jalan.Â
Hujan sedang rintik waktu itu. Angin berhembus mesra menggoyang daun-daun hijau dan ranting-ranting kecil pepohonan. Bukit-bukit menghijau dipandang dari kejauhan. Seperti cinta yang bernafaskan rindu. Menderu dan bergemuruh dalam nada. Indah bagai tarian angin di sela-sela pepohonan. Tetes hujan menambah sejuk angin yang berhembus membelai wajahmu.
Apakah kita berani saling menggandeng tangan berlari kecil di tanah lapang berumput hijau menikmati rintik hujan. Sembari sesekali tetes hujan jatuh pada wajah, kita memandang ke langit sambil berputar. Mungkin kita perlu mencobanya.Â
Nyanyian hujan dan nyanyian cinta nadanya selalu sama. Akan berakhir dengan nada rindu. Sama seperti hati kita yang ingin cepat tiba di rumah. Lalu duduk berdampingan dekat jendela memandangi hujan yang jatuh sambil menikmati secangkir teh hangat dan mendengarkan lagu favorit kita.
Jiwa yang bebas mencari cinta dan terdampar pada rindu. Kita tidak pernah berhenti saling melempar cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H