Mohon tunggu...
Michael D. Kabatana
Michael D. Kabatana Mohon Tunggu... Relawan - Bekerja sebagai ASN di Sumba Barat Daya. Peduli kepada budaya Sumba dan Kepercayaan Marapu.

Membacalah seperti kupu-kupu, menulislah seperti lebah. (Sumba Barat Daya).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jatuh Cinta dan Move On

22 Januari 2019   18:32 Diperbarui: 23 Januari 2019   06:37 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam situasi sulit, menderita, susah dan berbagai perasaan negatif lainnya semua akan hilang ketika seseorang membayangkan sosok atau orang yang ia cintai. Hal ini pula yang menyebabkan orang ingin terus berada di dekat sosok yang ia cintai karena berbagai perasaan positif yang muncul itu. Rasa yang demikian ini pula yang menyebabkan seseorang tidak mau orang yang ia cintai diambil orang lain. Karena hal ini berarti menghilangkan berbagai macam rasa bahagia yang selama ini telah ia miliki dan menyatu secara psikis dengan dirinya. 

Hal ini pula yang menyebabkan orang kesulitan melupakan atau meninggalkan sosok yang ia jatuhi cinta. Begitu pula ketika orang mencabut imajinasi atau berbagai tumpukan perasaan positif yang sudah melekat pada sosok yang ia jatuhi cinta, maka yang ada adalah sakit hati yang begitu dalam.

Ketika jatuh cinta atau penyatuan yang imajinasi dengan yang nyata (dalam sosok seseorang) membuat orang lupa kepada berbagai macam hal, maka demikian pula ketika terjadi pemisahan. Ketika terjadi hal itu, orang tidak memakan makanan namun tidak merasa lapar, tidak mengantuk walau tidak tidur berhari-hari dan lain sebagainya. Biasanya orang yang sudah mengalami pemisahan atau putus cinta seperti ini akan lebih sulit untuk sakit hati lagi dan juga akan sulit untuk jatuh cinta lagi.

Kita kembali ke persoalan penanganan jatuh cinta yang bertepuk sebelah tangan. Setelah menemukan akar dari seluruh rasa yang ada maka sekarang orang harus berani untuk memikirkan solusi dan mengambil jalan keluar atas persoalan jatuh cinta yang dialami.

Berdasarkan contoh di atas maka orang harus berani meninggalkan kekaguman tersebut. Sakit memang. Tetapi akan lebih baik dibanding bertahan dalam perasaan palsu hasil kreasi imajinasi yang tanpa disadari sendiri sudah kian berakar kuat. Kekaguman yang ada harus berani dicabut dan coba untuk diletakkan kepada orang lain yang lebih tepat. Harus berani mencambuki diri entah dengan kata-kata atau hal lainnya untuk menolak sosok yang dikagumi atau dijatuhi cinta.

Saya pikir ada banyak cara untuk menghadapi persoalan seperti ini. Salah satu alternatif adalah belajar dari cara orang yang sudah punya pengalaman seperti ini. Tanyakan saja apa yang dia lakukan ketika menghadapi situasi sulit seperti itu, apa yang ia pikirkan, bagaimana caranya mengatasi rasa rindu yang menghantui dirinya dan lain sebagainya. Dengan belajar dari orang yang pernah mengalami keadaan putus cinta yang demikian parah, saya yakin akan ada banyak hal yang dapat dipelajari kemudian dikembangkan sendiri sesuai pribadi masing-masing. Akhirnya, setiap orang akan tiba pada kata ini "MOVE ON".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun