Mohon tunggu...
Michael Jarda
Michael Jarda Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Editor in chief at Tanpa Nama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat untuk Maria

21 November 2017   02:03 Diperbarui: 21 November 2017   02:45 3060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mengapa dalam kenyataan aku melihat orang yang bertuhan hidupnya sering ditimpah kekurangan, atau memang agama itu sudah takdirnya sebagai tempat orang yang pasrah dan menderita?"

Apakah kau marah membaca tanyaku kepada hatiku sendiri? Jika iya maafkan! Jika lucu jangan segan untuk menertawakan.

Aku merasa hatiku seakan marah padaku, aku seolah-olah mendengar ia membentakku.

"Hey Udik! kamu mana paham tentang keagamaan, ketuhanan. Makanya rajin-rajinlah kamu salat. Belajar agama atau ngaji --berguru kepada para ustaz. Buang semua bacaan-bacaanmu yang dikarang oleh para ahli kafir itu, orang barat itu, karya mereka para profesor pintar yang menentang tuhan itu!"

Aku bertanya lagi. 

"Orang salat menyembah Tuhan, maka mereka akan menjadi baik. Tapi, mengapa aku masih saja melihat ada orang salat akan tetapi berhati busuk, berakal bengkok, mementingkan diri sendiri. Apakah salat itu hanya sekadar simbol bagi mereka yang tergiur akan janji suatu tempat penuh kesenangan di akhirat yang disebut surga?"

Kemudian, aku mendengar lagi jawaban tuan yang segumpal daging bernama hati tadi. Menjawab dia dengan congkaknya.

"Hai Tuan yang kurang piknik! Apa-apaan yang kau tanyakan itu? Apa kau seorang ateis?" Tanyanya.

"Apa memang kau sudah tidak percaya lagi Tuhan? Apa kau dulu sewaktu kecil sebelum tidur tidak pernah didongengkan janji surga, dan betapa kejamnya kisah neraka oleh Bapak atau Ibumu? Dengarlah cerita indah tentang surga, surga yang di sana tempat kau mendapatkan segala yang engkau ingini? Lalu, dengar pula cerita tentang azab neraka. 

Neraka yang panasnya tidak terhingga. Celakalah engkau! Mulai sekarang buanglah pemikiranmu yang tidak bertuhan itu! Makanya kau harus piknik! Jangan hanya berdiam diri di rumah saja. Hanya bisa membaca buku karangan orang-orang barat kafir itu. Sudah waktunya untukmu terbang mengelilingi dunia. Kemudian lihatlah orang yang salat yang damai hatinya. Bahkan di negara kafir yang kau agung-agungkan itu banyak terdapat orang yang salat berhati lurus. Ibarat katak yang terkungkung di dalam tempurung. Itulah dirimu sekarang, tempurungmu pun rusak pula!"

Maria, aku lawan terus segumpal daging yang sejak tadi aku rasakan memarahiku itu. Aku bertanya dan terus bertanya padanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun