Identitas :
- Sutradara: Bambang "Ipoenk" Kuntara Mukti
- Produser: Damar Ardi, Suryo Wiyogo
- Ditulis oleh: Bambang "Ipoenk" Kuntara Mukti, Gin Teguh
- Pemeran: Jefri Nichol, Chicco Jerikho, Aksara Dena, Agnes Natasya Tjie
- Penata musik: Bigheldy
- Sinematografer: Ujel Bausad
- Penyunting: Fajar K Effendy
- Perusahaan produksi: Lajar Tantjap Film
- Tanggal rilis : 30 September 2021 (Bioskop Online), 28 November 2021 (JAFF), 11 Mei 2023 (Netflix)
- Durasi: 85 menit
- Negara: Indonesia
- Bahasa: Bahasa Indonesia
Bambang ‘Ipoenk’ ciptakan formula baru dalam dunia perfilman Indonesia lewat film Aum!. Dengan menggaet Chicco Jerikho dan Agnes Natasya Tjie sebagai pemeran utama, Bambang berhasil menutup film Aum! dengan memukau. Pada awal film, penonton akan disajikan adegan kejar-kejaran antara kakak beradik yang merupakan seorang aktivis dan tentara. Penonton akan dibuat tegang dan menggebu-gebu. Namun, setelah adegan tersebut, penonton justru diberikan hidangan unik berupa proses produksi pada film yang ditampilkan pada bagian sebelumnya.
Film Aum! merupakan film keluaran tahun 2021 produksi Lajar Tantjap Film yang berlatar belakang tahun 1998 dengan tema perjuangan aktivis mahasiswa. Film ini menyajikan hasil syuting film Aum! dan proses produksi dari sinema tersebut secara sembunyi-sembunyi. Hal ini disebabkan karena film yang hendak diproduksi bertemakan politik, ditambah dengan situasi politik di Indonesia yang sedang tidak kondusif. Dalam proses produksi ditampilkan berbagai unsur pendukung dalam pembuatan sebuah sinema, antara lain produser, sutradara, penata artistik, penata suara, penata cahaya, kameramen, dan lain sebagainya.
Film ini memanfaatkan komponen-komponen tahun 90-an untuk meyakinkan penonton. Dimulai dari perekaman film dengan handycam dengan rasio 4:3 untuk meyakinkan sampai dengan kualitas noise ala zaman 90-an. Berbagai properti yang ada juga disesuaikan dengan tema film, seperti perangkat radio jadul, televisi tabung, dan lain sebagainya. Secara umum, film ini mampu menggambarkan keadaan pada tahun 1998 dan sesuai dengan tema yang hendak disampaikan yaitu reformasi mahasiswa.
Pada film ini, terdapat adegan kru-kru film yang sedang melakukan proses produksi film. Dalam adegan tersebut, karakter yang menjadi kunci utama adalah mahasiswa sekaligus produser, Linda Salim, dan sutradara, Panca Kusuma Negara. Tetapi, dalam pelaksanaannya, kedua karakter ini memiliki karakteristik yang sangat bertolak belakang sehingga seringkali proses produksi terhambat. Para kru juga melihat berbagai inhormanisasi antara karakter Panca dengan Linda, terlihat pada adegan perbincangan kru di atas kap mobil pada menit ke 30.45.
Karakter Panca dalam film Aum! terlihat sangat keras dan idealis. Sifat idealisnya disajikan dalam berbagai emosi di saat proses pengambilan gambar untuk produksi film Aum!. Panca digambarkan sebagai pria paruh baya yang egois dan ingin menang sendiri, atau yang sering disebut dengan egosentrisme. Panca juga merupakan pribadi yang tidak bisa mengontrol kondisi emosionalnya, terlihat pada beberapa adegan ia selalu berteriak kepada kru film, padahal proses produksi film ini bersifat sangat rahasia, seperti contohnya pada menit ke 35.10.
Dalam kamus istilah psikologi (Kartono dalam Chaplin, 2008;160), egosentrisme didefinisikan sebagai menyangkut diri sendiri, keasyikan terhadap diri sendiri. Biasanya, orang dengan karakteristik ini cenderung ingin orang-orang disekitarnya selalu mewujudkan keinginannya. Ia juga selalu memastikan agar tujuannya yang menguntungkan dirinya sendiri tercapai. Bahkan, tidak jarang orang seperti ini tidak mau mendengarkan saran dari orang lain. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan adegan dimana Panca menilai bahwa kemampuan akting Surya sebagai Satriya masih kurang. Ia bahkan tidak ingin mendengarkan pendapat kru syuting lainnya. Adegan ini dapat dilihat pada menit ke 44.23. Di sana, terlihat jika Panca tidak puas dengan hasil pengambilan gambar, padahal semua orang sudah melakukan seperti yang Panca instruksikan.
Tokoh Panca juga merupakan tokoh yang menarik karena pandangannya terhadap suatu hal dinilai sangat detail, namun selalu berbeda dengan pemikiran kebanyakan orang di lapangan. Dengan karakteristik yang seperti itu, penonton menjadi bertanya-tanya mengapa Panca sangat emosional dan idealis. Apalagi, di setiap adegan, Panca selalu bersitegang dengan Linda sehingga membuat penonton ikut tertawa suasana.
Dalam film Aum! disajikan pula adegan-adegan wawancara dengan para tokoh, sutradara, dan produser terkait dengan isi pesan yang hendak disampaikan dalam film. Namun, di akhir cerita, ketika kru film sedang melakukan adegan wawancara dengan Linda, tiba-tiba pintu ruangan diketuk. Ketika pintu ruangan dibuka, berdirilah Panca dengan mengenakan seragam TNI AD dan segera menangkap Linda bersama kawan-kawannya. Akhir tak terduga ini menjadi penutup epik bagi akhir film Aum!.
Setelah Linda berhasil ditangkap oleh Panca, kru-kru lain segera menyelamatkan diri dan bersembunyi. Footage terakhir yang dapat dilihat penonton berasal dari Dodi dan Paul, kameramen yang mendokumentasikan seluruh aktivitas produksi film. Dari sana dapat disimpulkan bahwa Dodi dan Paul lolos dari kejaran TNI dan kemungkinan mampu melanjutkan produksi film. Selain itu, didapatkan pula kemungkinan bahwa karakteristik keras dan tegas yang dimiliki oleh Panca berasal dari latar belakang pendidikan dan pekerjaannya di bidang militer.
Evaluasi dari film ini terletak pada adanya pergeseran dari film inti ke adegan pasca produksi berupa wawancara sehingga cukup membuat bingung penonton. Sementara itu, penonton sudah terlanjur terbawa suasana patriotik yang diciptakan, namun ternyata film hanya berhenti pada menit ke 25.00. Selain itu, tokoh Bram yang berperan sebagai Adam (Kakak Satriya) dalam film mampu memerankan karakteristik percaya diri yang tinggi dilihat dari adegan wawancaranya pada menit ke 25.35.
Masyarakat masih belum terbiasa dengan film yang diciptakan oleh Bambang 'Ipoenk' K.M. ini sehingga cenderung bingung dengan alur maju-mundurnya. Namun, merupakan terobosan yang luar biasa inovatif bahwasannya pada setiap segmen diberikan judul sebagai penanda, contohnya pada menit ke 25.03 berupa tulisan "Bagian 1 Pertunjukan" Dan "Bagian 2 Perjalanan". Namun, akan banyak orang awam yang tidak paham dengan simbol dialektika tersebut.
Selanjutnya, terdapat evaluasi pada adegan tarian tradisional (menit ke 9.20) dan tarian macan (menit ke 19.36). Hal ini dikarenakan tidak adanya suara yang mampu menjelaskan lebih lanjut adegan tersebut. Maksud dari adegan-adegan tersebut baru dapat dimengerti penonton setelah Panca selaku sutradara menjelaskan makna-makna dialektikanya pada kedua adegan tersebut. Apalagi adegan tersebut dimasukkan ke dalam tengah-tengah adegan masa kini sehingga membuat alur yang membingungkan penonton.
Film Aum! merupakan angin segar dalam dunia perfilman Indonesia. Penonton dapat menyaksikan hasil produksi film sekaligus proses produksi dari sebuah film. Dengan adanya inovasi semacam ini, penonton disuguhkan dengan adegan proses produksi yang sulit dan menguras tenaga. Oleh karena itu, nantinya penonton akan dapat lebih menghargai para sineas dan filmmaker di Indonesia. Walaupun tema politik menjadi tema utama dalam film ini, tetapi alur yang diciptakan tidak terlalu berat dan masih ringan sehingga penonton masih mampu menikmatinya walaupun tidak begitu menyukai film sejarah patriotik.
DAFTAR PUSTAKA
“Aum!” Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Aum!. Diakses 24 Maret 2024.
Rahman, Fauzi. "Hubungan Egosentrisme dengan Kompetensi Sosial Remaja Siswa SMP Muhammadiyah 22 Setia Budi Pamulang." Fakultas Psikologi Universitas Islam Jakarta. (2010).
Siompu, N. A. (2019). Relasi Makna dalam Kajian Semantik Bahasa Arab. Prosiding Konferensi Nasional Bahasa Arab, 5(5), 690-701.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H