Mohon tunggu...
Michael Handoyo
Michael Handoyo Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Saya adalah seorang mahasiswa dengan spesialisasi jurusan Manajemen di Universitas Esa Unggul, Jakarta. Saya menyukai hal-hal yang baru dan menantang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dubes Australia Ditarik, Serius Nih?

1 Mei 2015   17:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:29 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para terpidana mati Bali Nine telah dieksekusi di Nusakambangan pada hari Rabu 29/4/2015 dini hari. Menanggapi hal ini, Australia pun mengambil keputusan tegas yaitu dengan menarik kedutaan besarnya dari Indonesia. Hal ini dinilai sangat berlebihan. Pasalnya, kedua negara ini saling tergantung satu sama lain.

Keputusan Tony Abbott dapat dikatakan sangat berlebihan alias lebay dan juga berstandar ganda. Berdasarkan keterangan republika.co.id bahwa pada tahun 2005, seorang warga negaranya berhasil ditangkap di Bandara Changi karena kedapatan menyelundupkan heroin seberat 400 gram. Oleh karena itu, ia dijatuhi hukuman mati di Singapura. Nah, yang menjadi pertanyaan adalah kenapa saat warga negaranya dieksekusi mati oleh Singapura, Australia tidak menarik kedubesnya dari Singapura? Dan mengapa kini ketika Indonesia mengeksekusi mati warga negaranya yang telah kedapatan mengedarkan heroin, malah mau menarik kedubesnya dari Indonesia? Apakah ini namanya bukan keputusan yang lebay lagi berstandar ganda?

Ah, ini pasti hanya sebatas gertak sambal abal-abal seperti apa yang telah dilakukan oleh Belanda beberapa waktu yang lalu dengan menarik kedutaannya dan akhirnya kembali memberikan kedutaannya kembali kepada Indonesia. Jadi, orang Indonesia tidak perlu menanggapi hal ini terlalu serius, abaikan saja. Toh, jika nanti Australia sudah sadar akan kesalahannya, dia akan memberikan kedutaan besarnya kembali kepada Indonesia. Karena memang pada dasarnya kedua negara ini saling membutuhkan satu sama lain.

“Eksekusi itu kejam” jelas Abbott seperti yang dilansir oleh republika.co.id 29/4/15. Apakah pengedar narkotika juga tidak kejam? Bayangkan saja, oleh karena perbuatan orang ini, banyak warga negara Indonesia yang meninggal akibat mengonsumsi obat-obatan terlarang yang diedarkan oleh orang tersebut. Pengedar obat terlarang merupakan kejahatan internasional yang di mana hukuman mati adalah tindakan yang efektif untuk memberantas hal tersebut.

Pasalnya, pengguna narkoba adalah mayoritas berasal dari kalangan anak muda. Jika dibiarkan, tentunya generasi muda suatu bangsa akan hancur. Nah, padahal kemajuan dan pembangunan suatu bangsa berasal dari generasi mudanya. Kalau generasi muda, generasi pembangun bangsa, hancur maka bagaimana nasib suatu bangsa tersebut kedepannya? Sungguh sangat ironis.

Tidak seharusnya Australia marah kepada Indonesia. Karena apa yang dilakukan oleh Indonesia adalah bukti sikap tegas hukum untuk menindaklanjuti para perusak generasi muda. Bukankah itu adalah tujuan dari hampir seluruh bangsa di dunia?

Menurut hemat saya, penting dan suatu keharusan untuk memberlakukan hukuman mati kepada para pengedar narkoba. Agar kedepannya akan memberikan efek jera kepada para pengedar narkoba. Apakah mereka yakin akan bersikeras untuk meneruskan aksinya tersebut terutama di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun