Sementara itu dilokasi yang sama, Rosyidah saat dimintai keterangan terkait hal itu dirinya terlihat masih meninggalkan luka dan trauma yang mendalam atas peristiwa dugaan pembunuhan anaknya oleh beberapa oknum dokter di RS Hermina Bekasi yang menurutnya dilakukan secara sengaja saat penanganan medis berlangsung.
"Saya masih ingat betul kejadian mereka membunuh anak saya dengan plat besi putih sepanjang 30 cm. Demi Allah saya tidak ridho dunia akherat akan saya kejar terus mereka yang telah mengambil nyawa anak saya," tutur Rosyidah dengan suara bergetar menahan tangis dan tatapan mata yang masih meninggalkan dendam akibat trauma mendalam.
Pada kesempatan itu Rosyidah menceritakan awal mula kejadian anaknya masuk rumah sakit hingga meninggal dunia ditangan oknum dokter yang diduga telah melakukan mal praktek atau kesalahan penanganan medis terhadap anaknya.
"Saya ingat betul waktu itu tanggal 15 Februari 2014, pukul 02.00 wib anak saya RO masuk IGD RS Hermina Bekasi. Setelah dilakukan beberapa pengecekan, suhu anak saya masih normal sekitar 36,6°c tapi anak saya malah dimasukan dalam Ruangan ICU padahal saya menolak untuk dimasukan anak saya ke ruangan itu dikarenakan saya merasa penyakit anak saya tidak serius yang harus membutuhkan penanganan khusus, apalagi sebagai pasien umum saya telah melakukan pembayaran awal untuk mendapatkan kamar rawat inap. Sebagai pasien umum saya minta agar dokter yang biasa tangani anak saya segera dihubungin karena sudah tahu riwayat penyakit anak saya. Tapi mereka semua telah mendzolimi saya dengan memalsukan surat pernyataan penolakan saya untuk dirawat di Ruangan ICU yang telah ditambahkan tulisan bahwa saya mengijinkan agar anak saya dimasukan dalam ICU. Demi Allah saya tidak bisa terima. Dalam Ruangan ICU ketika anak saya sudah tidak sadarkan diri malah mulutnya dimasukan besi plat putih hingga bibir anak saya robek bagian kanan sampai akhirnya hembuskan nafas terakhir pada sore hari di tanggal yang sama," paparnya
Rosyidah mengakui bahwa dirinya sempat mengeluarkan dan memegang plat besi tersebut dari mulut anaknya yang sudah tak bernyawa sambil menangis seraya bertanya kepada dokter dan perawat yang melakukan tindakan tersebut namun menurut kesaksian Rosyidah mereka semua pergi keluar dari ruangan tersebut usai RO sudah dinyatakan meninggal.
"Anak saya dibunuh pakai plat besi warna putih oleh mereka. Bagaimana anak saya tidak mati mulutnya disodok ama besi panjang sampai ke tenggorokan. Saya sendiri yang mencabut besi itu dari mulut anak saya dan sempat saya ukur dengan jari saya sepanjang satu jengkal. Mereka telah bunuh anak saya. Mereka sudah dzolim ama saya. Saya bersumpah sampai matipun tidak akan saya maafkan perbuatan mereka. Demi Allah, demi Rosulullah," akunya dengan tangisan tersendak-sendak sambil menunjukan foto anaknya mulai dari sehat hingga meninggal dengan mulut yang terluka.
Sampai anak saya meninggal ditangan mereka, lanjut Rosyidah, saya tidak pernah mendapatkan rekam medis anak saya yang merupakan hak saya.
"Saya tidak pernah diberikan hasil rekam medis anak saya oleh pihak rumah sakit. Justru saya dapatkan semua hasil ketika saya melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian yang telah memberikan saya itu semua, namun karena adanya dugaan tekanan dari RS Hermina pada kepolisian yang membuat kasus saya di SP3 dengan alasan kurangnya bukti-bukti. Padahal saat itu salah satu penyidik sempat mengatakan pada saya, ibu juga harus paham kalau kita disini hanya berdasarkan perintah saja," tutupnya.
Dengan sering terjadinya kejadian serupa dalam dunia medis yang merugikan pihak korban (pasien) membuktikan bahwa pemantauan penanganan medis dan tenaga ahli (dokter) di Indonesia dapat dikatakan rendah dan harus ditingkatkan kembali. Ini merupakan PR besar bagi Kementerian Kesehatan dan instansi pemerintah terkait agar tidak ada lagi kasus-kasus serupa terjadi di Indonesia yang akan menuju masa Indonesia emas di beberapa tahun mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H