Mohon tunggu...
Michael Bagasmayo Kariadi
Michael Bagasmayo Kariadi Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

"ketika bibir tak mampu mengucapkan keindahannya, dan hati yang tak mampu mengungkapkan rasa, disitulah saya menulis."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Natal, Sinterklas Apa Sih Itu?

11 Desember 2022   11:50 Diperbarui: 11 Desember 2022   13:08 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
              Santo Nikolas, pelindung anak-anak.  (Sumber :katakombe.org)

Ia adalah sosok fenomenal yang dikenal dunia sebagai pria berjanggut putih, perut buncit, dan pekerjaannya di kutub utara adalah membuat mainan lalu pada malam Natal ia membagikan kebahagiaan kepada seluruh anak-anak baik di berbagai penjuru dunia. Tapi sebenarnya ia adalah sosok orang kudus yang sangat terkenal karena kemurahan hatinya dan karena mujizat-mujizat yang dilakukannya. 

Tokoh Santa Claus yang membawa hadiah untuk anak-anak pada saat Natal sebenarnya merupakan sekularisasi dari Santo Nicholas, uskup dari Myra yang baik hati. Menurut katakombe.org, Nicholas lahir di Asia kecil pada abad ketiga di sebuah Kota bernama Patara (Lycia dan Pamfilia), dan tinggal di Myra, Lycia (saat ini adalah wilayah Demre, Turki), yang pada saat itu adalah sebuah provinsi dari kekaisaran Romawi. Ia adalah anak tunggal dari seorang pedagang Yunani yang kaya-raya bernama Epifanius (Beberapa tradisi menyebut ayah santo Nicholas bernama Theophanes) dan isterinya Joan. 

Dalam Gereja Timur, Santo Nikolas dihormati sebagai pelindung para pelaut. Lain halnya dengan Gereja Barat, ia dihormati sebagai pelindung anak-anak, dan pembantu para gadis miskin yang tidak mampu menyelenggarakan perkawinannya. Ia seorang uskup yang lugu, penuh semangat dan gigih membela orang-orang yang tertindas dan para fakir miskin. Pada masa penganiayaan dan penyebaran ajaran-ajaran sesat, ia menguatkan iman umatnya dan melindungi mereka dari pengaruh ajaran-ajaran sesat. Sosok Santo Nikolas ini akhirnya yang sejak turun temurun menjadi ambil bagian dalam tradisi Natal di berbagai negara.

 Begitulah sejarah singkatnya, sehingga ia bukanlah sosok mitos atau dongeng kanak-kanak saja tetapi orang kudus yang dari masa ke masa turut serta mengambil bagian dalam kebahagiaan Natal.

Menghidupi Natal sesungguhnya

Natal sebagai bentuk cinta kasih Allah yang hadir sebagai Anak Manusia tentunya tidak akan hidup bila tidak dihidupi dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari. Natal sendiri bukanlah hal-hal mengenai kado, hiasan, pernak-pernik bahkan film-film Natal. Natal adalah tentang Yesus.Yesus adalah tokoh utama dalam diri kita.

Secara logika dalam kehidupan sehari-hari kita sudah menuntut banyak hal kepada Tuhan apalagi hal-hal yang menurut kita sudah tidak ada harapan, tetapi kita meminta segala bentuk doa perwujudan kita kepada Tuhan. contoh simplenya dalam  kehidupan sehari-hari ketika kita ulang tahun, tentu saja kita pasti melakukan tiup lilin / bahasa gaulnya make a wish. Kita berdoa meminta hal- hal baik dapat terjadi dalam usia kita yang bertambah. 

Sekarang Yesus lah yang berulang tahun, kita yang mempersiapkan  kedatangan-Nya ke dunia. Dengan begitu perayaan Natal seharusnya menjadi titik kepasrahan dalam hidup kita, berpasrah diri untuk dibentuk oleh Yesus yang hidup dalam diri kita, membiarkan Yesus yang membentuk kita, memberkati kita seperti ban bocor yang ditambal segala kekurangannya. Maka sudah selayaknya kita mempersiapkan segalanya bukan hal-hal duniawi melainkan batin dan nurani kita. 

Siap dan mau dibentuk oleh Yesus sang Penebus yang lahir ke dunia. Biarkan keajaiban Natal menjadi keunikan-Nya yang tidak pernah terpikirkan oleh akal manusia. Bila kita mau untuk percaya, maka segala sesuatu akan ditambahkan untuk kita oleh karena belas kasihan-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun