Berat sarung tinju sendiri perlu diperhatikan, yaitu tidak boleh melebih 1/2 dari berat total sarung tinju. Perban kain perlu dibuat dengan bahan vulpeau dengan maksimum panjang 2,5 m (Sukino, 2014).Selain itu, perlu diberikan padding rangkap dan cenderung kaku, yang terbuat dari busa dengan densitas rendah yang tidak pecah, dilapisi dengan natural leather agar melindungi tangan, pergelangan tangan, dan kepala ketika terkena serangan (Chadli dkk., 2018; Lee & McGill, 2014). Selain itu ringsport (2023) juga pernah membuat sarung tinju dengan menggunakan densitas tinggi di bagian dalam, membuat sarung tinju tersebut semakin nyaman. Berat sarung tinju yang diperkenankan ialah 170 gram untuk kelas welter ke bawah dan 277 gram untuk kelas welter ke atas (Wahyu, 2010). Kelas welter merupakan kelas dengan petinju berbobot 60 hingga 71 kg.
Bila diamati lebih mendalam, desain sarung untuk olahraga tinju berbeda jauh dengan sarung tinju untuk olahraga MMA (Mixed Martial Arts), sarung tinju memiliki desain tertutup atau closed fist bukan fingerless, sehingga terbukti menghasilkan dampak rasa sakit pukulan (peak impact force) yang lebih rendah lima kali lipat dibandingkan dengan sarung tinju MMA.
Namun, bila dilihat dari cara bertandingnya, olahraga yang mengandalkan kepalan tangan yang dibungkus dengan sarung tinju tersebut dinilai lebih beresiko, karena tangan dikenai pukulan dengan durasi yang lebih lama dan serangan bertubi-tubi (load impact force) sehingga berpotensi fracture lebih tinggi dibandingkan dengan olahraga MMA sedangkan pukulan yang diterima dan dirasakan oleh petarung MMA lebih terasa dibandingkan petinju. Hal ini berpengaruh kepada kesempatan yang diberikan kepada tulang sekitar lengan berubah wujud / deformasi menjadi lebih tinggi, menyebabkan resiko cedera, salah satunya fracture saat olahraga tinju (Lee &McGill, 2014).
Berdasarkan beratnya, sarung tinju memilik berbagai macam berat dengan satuan Ounce disingkat Oz. Terdapat empat jenis satuan yang biasanya digunakan untuk pertandingan, yaitu 8,10,12, 14, dan 16 oz didasarkan pada berat petinju masing-masing. Semakin berat bobot petinju, maka ukuran sarung lebih besar (Adidascombatsport, 2020). Secara umum, ukuran 8, 10, dan 12 oz digunakan untuk bertanding, sedangkan 14 serta 16 oz digunakan untuk latihan (Lee &McGill, 2014).
Menurut Perkins (2018) ukuran 12 oz digunakan untuk kompetisi amatir dengan berat petinju dengan bobot yang lebih berat. Untuk keperluan hiburan, beberapa juga diproduksi sarung tinju dengan ukuran giant digunakan untuk maskot atau acara hiburan lainnya (SN, 2023). Berdasarkan kulitnya, terdapat tiga jenis bahan, yaitu vinyl, genuine leather, dan polyutherane leather. Harvey (2013) merekomendasikan menggunakan polyutherane leather untuk petinju pemula.
Perawatan sarung tinju cukup mudah, yaitu tinggal diangin-anginkan saja, serta bila diperlukan menggunakan glove deodorizers atau odor absorbers agar memberikan aroma yang segar (Yokkao, 2021; oneFC, 2023). Selain itu, setelah menggunakan sarung tinju dari latihan atau sparring, dilap dengan menggunakan lap kering, berbahan microfiber agar mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri. Sarung tinju perlu diletakkan ditempat yang kering, terbuka, dan terdapat ventilasi, sehingga keringat tidak menumpuk di sarung tinju yang berpotensi menyebabkan bau tidak sedap dan pertumbuhan mikroorganisme.
Kesimpulan
Kesimpulan dari tulisan ini, yaitu olahraga tinju membutuhkan sarung tinju sebagai pelindung lengan, kepalan tangan, dan kepala lawan dari cidera, terbuat dari kualitas kulit yang tinggi, dan terbagi menjadi berbagai macam ukuran. Desain sarung tinju dari zaman kekaisaran romawi mengalami perubahan yang berfokus pada kenyamanan petinju dan kepentingan perlindungan. Sarung tinju memiliki peak impact force yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan sarung tinju MMA.