aku ada sebelum engkau, anak ku
DIA, merendaku, menghiasiku, menataku
dan menghembuskan kehidupan sebelum engkau ada, anak ku
karena DIA...
aku bisa menyusui engkau
aku bisa memberikan engkau segala sesuatu
tempat berteduh
tempat bernaung
bahkan kehidupan....
kini aku bagaikan wanita tua
yang menangis di tepi sungai, di bawah sebuah pohon
menyendiri
menantikan akhir ku...
mengenang kemegahanku di alam ini, yang terkikis dan hilang...
Â
lupakah engkau padaku?
akulah pohon yang kau tebangi
akulah hewan yang kau buru demi hawa nafsumu
akulah air yang kotor akibat polusi
akulah udara yang kau hirup
akulah tanah tandus tempat kau berpijak
Â
tanganku tak sanggup lagi merangkulmu
wajahku pun tiada berseri jua
kakiku tergopoh
dan yang ada hanyalah duka di hatiku
Â
apa salah ku, anaku?
pernahkah aku menyakiti mu?
bagaimana caranya membalikkan hatimu?
Â
segalanya telah kuberikan...
pintaku...
rawatlah aku,
SELAGI MASIH ADA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H