Dari dulu hingga sekarang kami mengetahui istilah "Body Shaming" ini baik dalam bentuk ejekan ataupun juga dalam chattingan kami sehari hari. Di dalam artikel ini akan tercantuk referensi artikel lain yang lebih lanjut menjelaskan bagaimana Body Shaming ini dapat menjadi sebuah tindakan yang sebaiknya tidak dilakukan.
Fakta dalam artikel ini tercantum di "Body shaming adalah tindakan mencela dan mempermalukan seseorang dengan membuat ejekan atau perundungan tentang penampilan fisik seseorang." Yang menyatakan definisi dari body shaming, sedangkan opini dalam artikel ini tercantum di : "Istilah body shaming pasti sudah tidak asing lagi terdengar di telinga masyarakat Indonesia". Penulis menyatakan opininya mengenai popularitas body shaming yang sudah menjadi hal yang umum.
Tujuan penulisan dalam artikel ini tercantum di : "Dan yang paling parah, diskriminasi seperti itu akan membuat korban untuk menyakiti diri sendiri serta meningkatkan depresi hingga memicu pikiran untuk melakukan bunuh diri. Kalau sudah seperti itu, siapa yang akan disalahkan?" Penulis menyatakan bahwa tujuan penulisan dari artikel ini adalah untuk mencegah dampak dampak tersebut untuk terjadi. Ragam bahasa dalam artikel ini pada umumnya menggunakan bahasa yang gaul agar dapat terhubung dengan pembaca. Dan terakhir, profil penulis dalam artikel ini tercantum di : "Galuh Kinaya Putri, Mahasiswa/Poltekkes Kemenkes Yogyakarta - Mahasiswa/Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Hobi: Berolahraga". Penulis menuliskan profilnya pada bagian artikel paling awal
Apa saja dampaknya? Lebih dibahas dalam artikel dibawah ini :Â
Dampak Body Shaming Pada Mental dan Cara Mengatasinya
Penulis menuliskan fakta mengenai definisi body shaming dalam paragraf paling awal yang bertuliskan bahwa body shaming adalah tindakan seseorang menjelekkan fisik orang lain. Lalu penulis menuliskan opininya yaitu bahwa body shaming tidak layak dilakukan dikarenakan dengan tidak sadar, para body shamer menghina korbannya hingga mereka dapat kurang percaya diri dan mencapai berbagai hasil resiko dan bahaya yang tinggi.
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mencegah dampak-dampak dari body shaming tersebut terjadi (yang diantaranya merupakan tidak percaya diri, bahkan sampai bunuh diri. Tujuan tersebut ia sampaikan dengan cara mencegah body shaming tersebut dengan menghargai orang lain serta lebih banyak berbicara mengenai hal hal yang positif. Ragam bahasa yang dipakai oleh penulis merupakan bahasa umum (tidak terlalu bergaul tidak terlalu baku). Profil penulis merupakan Dwi Latifatul Fajri yang selama masa perkuliahan, aktif dalam kegiatan jurnalistik di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) dan Himakom.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi dari Body Shaming merupakan tindakan menghina dan mempermalukan seorang mengenai kondisi fisiknya. Maka perbuatan tersebut tidak layak dilakukan dikarenakan itu dapat membawa pengaruh pengaruh buruk yang dapat berdampak keras terhadap korban Body Shaming.
Dengan pengaruh dan akibat dari body shaming tersebut. Dapat dihubungkan bahwa peristiwa body shaming seperti skenario dimana semua orang berjalan di tempat yang dingin bersama sama. Namun dengan seseorang melakukan tindakan body shaming tersebut seperti mengambil pakaian hangat yang dipakai seseorang tersebut. Maka orang tersebut menjadi semakin dingin hingga pada akhirnya dapat membuat orang itu dalam kondisi yang kritis. Sedangkan sebaliknya, dengan memberikan komplimen dan pujian terhadap orsng tersebut, seakan akan kita memberikan ia kain yang hangat untuk terus berjuang dan berjalan.
Manusia dapat dinyatakan sebagai makhluk hidup yang terus berevolusi maka tiap masalah yang dijumpai pun pada akhirnya akan dapat dipecahkan dan ditemukan solusi. Dapat dilihat evolusi tata tertib dan budaya berbicara pada hari ini yang sudah berkembang. Dengan budaya berbahasa hari ini lebih teratur dan lebih bertujuan untuk memberikan keuntungan bagi semua pihak. Sedangkan 30-40 tahun yang lalu, orang orang dapat berbicara tanpa batasan dan pembicaraan tersebut dapat digunakan untuk mengucilkan orang orang.