Mohon tunggu...
Michael Hananta
Michael Hananta Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Debat Perdana Donald Trump vs Hillary Clinton, Siapa yang Menang?

28 September 2016   23:22 Diperbarui: 29 September 2016   07:22 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Debat perdana antara Donald Trump dan Hillary Clinton. Sumber: latimes.com

Kurang lebih 36 jam yang lalu, momen politik yang paling ditunggu-tunggu masyarakat Amerika Serikat akhirnya berlangsung. Peristiwa politik terpenting dalam pergerakan politik AS tahun ini akhirnya diselenggarakan. 

Tanggal 26 September 2016 pukul 21.00-22.30 ET (atau Selasa, 27 September 2016 pukul 08.00-09.30 WIB), debat perdana calon presiden AS dilangsungkan di Hofstra University, NY. Kandidat presiden dari Partai Republican, Donald Trump berhadapan secara langsung untuk pertama kalinya dengan kandidat presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton. Kedua tokoh paling kontroversial ini akhirnya berkesempatan untuk saling berdebat dan adu pemikiran mengenai visi-misi mereka dalam meraih kursi kepresidenan negara adidaya.

Debat pertama dari ketiga rangkaian acara debat presiden ini menjadi kesempatan pertama kalinya Donald Trump, sang political outsider menandingkan pemikiran dan rencana-rencananya dengan Hillary Clinton sang politikus "senior" yang telah berkarya di dunia politik selama 30 tahun terakhir. 

Kedua orang "gila" ini akhirnya mendapatkan kesempatan unjuk gigi untuk menjatuhkan satu sama lain. Dan sesuai prediksi, debat 90 menit ini berlangsung dengan cukup panas.

Debat kemarin dibagi menjadi beberapa segmen berisi topik-topik berbeda. Topik-topik tersebut antara lain lapangan pekerjaan dan ekonomi, sedikit kasus pribadi tiap kandidat, rasialisme di AS, serta pertahanan dan keamanan di AS. 

Di setiap topik, kedua kandidat memiliki berbagai pemikiran yang saling bertentangan, dan keduanya tidak takut untuk mengungkapkan pemikiran mereka dan menyerang pendapat-pendapat oposisinya. Keduanya juga saling menyerang di tingkat personal. 

Baik Trump maupun Clinton menganggap bahwa lawannya tidak siap secara temperamental untuk menjadi presiden. Debat ini berlangsung begitu seru dan menarik, bahkan Nielsen mencatat bahwa debat berdurasi total 98 menit ini adalah debat presiden dengan penonton terbanyak, dengan angka mencapai lebih dari 84 juta penonton. Rekor ini mengalahkan rekor jumlah penonton debat antara Jimmy Carter dan Ronald Reagan 36 tahun silam.

Mengenai ekonomi dan lapangan pekerjaan, Trump dan Clinton memiliki rencana yang saling bertolak-belakang. Trump ingin menurunkan pajak, dan Trump berpikir itu akan menstimulasi berbagai perusahaan untuk mendirikan cabang-cabang usaha baru yang akan meningkatkan lapangan kerja di AS. 

Sementara itu Clinton berjuang untuk meningkatkan pajak bagi kaum menengah ke atas, khususnya kaum korporat serta millionaire dan billionaire. Clinton bercita-cita memperoleh lebih banyak pemasukan dari pajak korporasi supaya kaum menengah memiliki lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan lapangan kerja baru yang diusahakan oleh pemerintah.

Kedua kebijakan yang berbeda ini mungkin dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan ekonomi kedua kandidat. Keluarga Donald Trump termasuk keluarga businessman yang sukses dan termasuk dalam kaum korporat. Donald Trump sendiri juga memulai usahanya dari pinjaman ayahnya sejumlah beberapa juta dolar dan pada akhirnya usaha real estate-nya menjadi salah satu perusahaan tersukses di dunia. Sehingga tidak mengherankan bila Trump memiliki pemikiran yang sesuai dengan expertise-nya dan cenderung berbeda dengan pemikiran politikus seperti Hillary Clinton. 

Sementara itu rencana ekonomi Hillary Clinton lebih berpihak pada kaum kelas menengah. Berbeda dengan Trump, Hillary berasal dari keluarga kaum menengah yang berjuang untuk menunjang kehidupan ekonomi keluarganya. Oleh sebab itu Clinton berpikir bahwa pemerataan pajak akan meningkatkan kehidupan ekonomi AS.

Kedua kandidat berdebat seru mengenai topik ini. Selain itu Trump juga mengkritik NAFTA yang dibentuk pada era kepresidenan Bill Clinton, yang dianggapnya berpengaruh buruk terhadap ekonomi AS. Trump juga mengkritik Clinton yang mendukung kerjasama Trans-Pacific Partnership, karena Trump berpikir TPP hanya akan merusak kehidupan ekonomi AS. 

Apalagi Trump menuduh Clinton plin-plan mengenai pandangannya tentang TPP, dan menganggap Clinton menjadi "takut tidak akan bisa memenangkan debat ini" karena pandangannya tentang TPP belum mantap. Akan tetapi Clinton hanya mengakhirinya dengan kalimat "Well, Donald, I know you live in your own reality, but that's not the facts."

Debat semakin seru ketika segmen beralih ke topik pertahanan dan keamanan AS. Seperti diketahui, Trump bersikap ekstrem dalam menghadapi radikalisme Islam dan pandangannya tentang Meksiko. Trump tetap bersikeras akan melarang Muslim masuk ke AS dan melakukan profiling terhadap seluruh Muslim, sekalipun ia seharusnya sadar kebijakan itu akan membuat Trump dicap rasis dan melukai rakyatnya sendiri yang beragama Islam. Keinginannya untuk membangun tembok pembatas dengan Meksiko dan mengusir imigran-imigran ilegal dari Meksiko juga tidak pernah hilang. Trump masih saja berpikir bahwa itulah satu-satunya solusi untuk menyelamatkan AS dari pengaruh buruk Meksiko.

Terkait radikalisme Islam, Trump juga tetap menganggap Barack Obama dan Hillary Clinton adalah "pendiri ISIS". Maksudnya, Trump beranggapan bahwa militer AS terlalu cepat meninggalkan Timur Tengah, yang menyebabkan masih banyak simpatisan Al Qaeda dsb. yang menyatukan diri dan membentuk ISIS. Tidak heran bila Obama dan Clinton secara tidak langsung adalah "pendiri" ISIS. 

Menghadapi kritik pedas semacam itu, Clinton menanggapi dengan mengatakan bahwa kebijakan Trump yang semacam itu hanya akan memperburuk keadaan. Clinton berpendapat bahwa ia telah menjalankan tugasnya dengan baik sebagai Secretary of State (Menteri Luar Negeri) yang telah terbang ke 112 negara (termasuk Indonesia) untuk menegosiasikan perdamaian dan kerjasama.

Titik paling seru muncul di bagian mendekati akhir. Kedua kandidat saling menyerang di level personal. Trump mengkritik habis-habisan skandal email Hillary Clinton yang membuatnya mendapat cap yang begitu buruk di tengah masyarakat AS. Sementara itu Clinton menyerang Trump yang terus menolak untuk merilis laporan pajaknya, berpikir bahwa kemungkinan besar Trump "tidak sekaya yang diketahui orang" karena Trump menolak untuk membayar pajak. 

Clinton sendiri lagi-lagi mengakui kesalahannya yang telah menggunakan server surel pribadi untuk menangani urusan negara, meskipun Trump tetap beranggapan bahwa hal itu menandakan ketidaksiapan Clinton untuk menjadi presiden. Berbeda dengan Clinton yang mengakui kesalahannya, Trump justru terus membela diri terkait penolakannya merilis laporan pajaknya.

Bagaimana pandangan media dan masyarakat setelah debat ini berlangsung?

Debat ini jelas sekali menjadi panggung pembuktian karakter masing-masing kandidat di hadapan masyarakat AS (dan possibly masyarakat dunia). Di layar kaca, masyarakat terus berusaha mengenali lebih jauh janji-janji yang diutarakan tiap kandidat untuk menarik perhatian masyarakat dan memperoleh suara mereka.

Kebanyakan polling menunjukkan kemenangan Hillary Clinton atas Donald Trump. Salah satunya adalah polling CNN/ORC yang menunjukkan bahwa Clinton memenangkan debat itu dengan angka lebih dari 60%. Clinton memang terlihat cukup santai, sabar, dan banyak tersenyum dalam menghadapi Trump yang berusaha keras untuk menjatuhkannya. 

Best moment Hillary Clinton kemungkinan adalah responnya menghadapi kritikan Trump yang menganggap Clinton tidak memiliki temperamen yang baik dan kesehatan yang memadai untuk memegang jabatan presiden. Jawaban Clinton pun tidak kalah panas. 

"Whew! Okay. I think Donald just criticized me for preparing for this debate. And yes I did. And you know what else I prepared for? I prepared to be president. And that’s a good thing.” Momen kedua terbaik dari Clinton adalah ketika ia menanggapi kritikan Trump yang mengatakan bahwa ekonomi AS tidak pernah maju karena terus berkutat pada janji-janji politikus busuk seperti Hillary Clinton. Clinton pun menjawab dengan cerdas "Maybe it's because you haven't paid your taxes!"

Hillary Clinton terlihat lebih santai dan lebih siap dalam menjalani debat. Sumber: qz.com
Hillary Clinton terlihat lebih santai dan lebih siap dalam menjalani debat. Sumber: qz.com
Kaum konservatif, khususnya mereka yang merupakan pembenci Hillary Clinton sampai mati, berusaha mengatakan segala hal untuk mengatakan hal positif tentang penampilan Trump dalam debat tersebut. Kenyataannya, Trump sepertinya begitu tertekan dalam debat tersebut. 

Trump berkali-kali mencoba untuk setengah berteriak dalam mengungkapkan pemikirannya. Trump juga berkali-kali panik, buktinya ia berkali-kali sniffling sepanjang debat, banyak sekali minum air untuk meredakan ketegangan, dan terus menginterupsi pernyataan-pernyataan Clinton.

Trump juga terlihat kurang siap dalam menghadapi debat tersebut, terbukti ia hanya bisa bicara ngalor-ngidul ketika Clinton membuka beberapa topik spesifik seperti cyber warfare, subsidi family leave, dsb. 

Trump bahkan menyalahkan berbagai pihak dalam debat ini, seperti mengkritik Lester Holt yang terkesan lebih kritis terhadap Trump dan tidak menguak skandal-skandal Clinton lainnya seperti kasus Benghazi, kebohongan-kebohongan Clinton, dll.

Debat pertama ini sesungguhnya tidak bisa ditentukan siapa pemenangnya. Sesungguhnya perkara siapa yang menang atau kalah ada di tangan penonton sendiri. Sekalipun Politifact mengatakan bahwa pernyataan-pernyataan Clinton banyak yang lebih akurat daripada pernyataan-pernyataan Trump, semuanya tetap di tangan masyarakat yang nantinya menjadi voter sesungguhnya. 

Debat berikutnya sudah dijamin akan semakin intens dan "menjijikkan". Jelas sekali, dalam debat tersebut, keduanya tidak menyukai satu sama lain!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun