Mohon tunggu...
Michael Hananta
Michael Hananta Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Benarkah Nominasi Hillary Clinton Hasil Kecurangan?

26 Juli 2016   17:04 Diperbarui: 27 Juli 2016   11:36 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benarkah Nominasi Hillary Clinton Hasil Kecurangan? Sumber: slate.com

Kalau minggu lalu Partai Republican telah (sukses) mengadakan Republican National Convention, kini giliran partai seberang, Demokrat, mengadakan konvensi nasional di Philadelphia. Democratic National Convention (DNC) resmi dimulai hari Senin 25 Juli 2016 malam, atau pagi hari tadi menurut waktu Indonesia. 

DNC tahun ini diprediksi tidak akan kalah menarik dibandingkan RNC seminggu sebelumnya. Baru hari pertama DNC, banyak politikus Demokrat terkenal sudah ditunjuk menjadi pembicara headliner. Nama-nama seperti First Lady Michelle Obama, Senator Elizabeth Warren dari Massachusetts, dan bahkan Bernie Sanders mendapat kesempatan untuk berbicara di hadapan publik simpatisan Partai Demokrat di Wells Fargo Center, Philadelphia.

Akan tetapi, belum saja DNC dimulai, sudah banyak kontroversi yang terjadi. Kampanye "Bernie or Bust" memang menjadi salah satunya, terutama yang dilakukan oleh para pembenci Hillary Clinton. Tetapi satu momen yang begitu menghebohkan adalah bocornya rangkaian email sejumlah petinggi Partai Demokrat dengan sejumlah reporter media massa di WikiLeaks, yang menunjukkan bahwa telah terjadi banyak kecurangan dalam proses pemilihan kandidat presiden Partai Demokrat. 

Beberapa lembaga menyimpulkan bahwa bocornya email ini adalah hasil kelakuan para hacker dari Rusia, meskipun WikiLeaks belum mengumumkan secara resmi siapa yang membocorkan informasi ini. Rangkaian surel dengan jumlah total lebih dari 19.000 email itu menunjukkan betapa "kejam"-nya para pejabat Demokrat terhadap Bernie Sanders, dan lebih menjagokan Hillary Clinton sebagai nominasi Partai Demokrat. Kasus ini pun memaksa pihak kepanitiaan DNC untuk mengajukan permohonan maaf kepada Bernie Sanders beserta dengan seluruh kampanye dan pendukungnya.

Dalam kasus ini, satu nama mencuat: ketua komite Democratic National Convention 2016, Debbie Wasserman Schultz. Beberapa saat menjelang bocornya rangkaian email tersebut, Schultz akhirnya memilih untuk mengundurkan diri sebagai chairperson DNC setelah DNC selesai, dan digantikan untuk sementara oleh Donna Brazile. Schultz dianggap menjadi "dalang" dari "persekongkolan" untuk menyingkirkan Bernie Sanders tersebut. Apa yang sebenarnya dilakukan Schultz yang memaksanya untuk mengundurkan diri?

Debbie Wasserman Schultz. Sumber: floridapolitics.com
Debbie Wasserman Schultz. Sumber: floridapolitics.com
Salah satu rangkaian email tersebut mempertanyakan kepercayaan yang dianut Bernie Sanders. Selama ini Sanders memang dikenal sebagai seorang Yahudi, namun hal itu hanya sebatas pengakuannya bahwa ia dibesarkan di lingkungan keluarga beragama Yahudi. Jadi, Sanders secara teknis bukanlah seorang beragama Kristiani. 

Akan tetapi para staf DNC merasa status agama Sanders ini akan sangat mempengaruhi kemungkinannya mendapat electoral votes di beberapa negara bagian dengan latar belakang aliran Southern Baptist yang kuat. Bahkan ada staf yang dalam emailnya menuduh Sanders seorang ateis, dan di rangkaian email itu Schultz juga menulis "Dia tidak akan menjadi presiden."

Rangkaian email lainnya menunjukkan penghinaan Schultz kepada kampanye Bernie Sanders, khususnya ditargetkan kepada sang manajer kampanye, Jeff Weaver. Schultz dalam emailnya terbukti menghina Weaver dengan kata-kata kasar seperti "Damn liar", "an ASS", dan "scummy". Selain itu, Schultz juga dianggap menyalahgunakan kekuasaan dengan menggunakan dana DNC untuk keperluan dirinya sendiri, seperti memesan tiket Broadway Hamilton! dan memesan sebuah lemari untuk kepentingan pribadi.

Sebelum munculnya kasus ini, Debbie Schultz sesungguhnya sudah dikritik berbagai pihak. Mika Brzezinski, reporter Morning Joe di MSNBC pada Mei 2016 lalu sudah "menuntut" Schultz untuk mengundurkan diri, dengan alasan bahwa Schultz telah terekspos terlalu berpihak kepada Hillary Clinton dan tidak cocok lagi menjadi ketua DNC yang seharusnya bersikap senetral mungkin.

Anehnya, dalam rangkaian email bocor itu, Schultz sepertinya merasa sakit hati dan menuntut Mika Brzezinski untuk meminta maaf secara formal. Selain itu, Bernie Sanders juga menuntut Schultz agar mundur dari jabatannya, jauh sebelum kasus ini mencuat. Setelah email tersebut bocor, Bernie memang mengungkapkan kekecewaannya, namun tidak terkejut dengan hal tersebut.

Hal yang cukup menggelikan justru terjadi pasca mundurnya Debbie sebagai chairwoman DNC. Presiden Barack Obama mengeluarkan statement yang menunjukkan apresiasinya terhadap kerja keras Schultz beserta stafnya dalam menyelenggarakan DNC. Mungkin Obama mencoba bersikap netral, akan tetapi tentu publik menganggap Obama justru membela Schultz. Hal yang sama juga dilakukan Hillary Clinton. Anehnya, pada hari yang sama dengan pengunduran dirinya, Schultz justru bergabung dengan tim kampanye Hillary dan dijadikan honorary chair. Kok aneh?

Debbie Wasserman Schultz berkampanye untuk Hillary Clinton. Bersekongkol? Sumber: www.al.com
Debbie Wasserman Schultz berkampanye untuk Hillary Clinton. Bersekongkol? Sumber: www.al.com
Kasus ini menimbulkan pertanyaan: benarkah selama ini kemenangan demi kemenangan yang diraih Hillary adalah hasil kecurangan? Benarkah nominasi Hillary sudah direncanakan sejak awal tahun 2015 oleh Debbie Schultz dan staf-stafnya? Apakah kasus ini semakin menunjukkan bukti bahwa sistem pemilihan benar-benar sudah disabotase dan Bernie Sanders sang pejuang rakyat menjadi korban dari persekongkolan ini? Dan yang lebih menghebohkan: benarkah Hillary Clinton hanyalah seorang penggila kekuasaan yang berkerudung di bawah statusnya sebagai "calon presiden wanita AS pertama dalam sejarah"?

Perlu diakui, kasus ini sesungguhnya justru akan semakin merusak citra Hillary di hadapan masyarakat. Tidak heran bila kampanye Bernie or Bust semakin merajalela. Tidak heran bila Donald Trump semakin menggila dan mendapat banyak pendukung baru. Tidak heran bila berbagai hasil polling menunjukkan ketertinggalan Clinton terhadap Trump dengan selisih angka yang semakin tinggi. Belum tuntas kasus email pribadinya, belum tuntas kasus Benghazi, kasus baru ini semakin mengikis peluang Hillary mengalahkan Trump pada November nanti.

Apakah orang Indonesia sampai sekarang masih menganggap Hillary Clinton akan menjadi presiden AS yang jauh lebih baik dibandingkan Donald Trump? Belum sadarkah kita bahwa siapapun presiden AS berikutnya, ia mungkin akan menjadi penguasa paling berbahaya sedunia. Nah, bagaimana menurut Anda?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun