Singkatnya, RNC berhasil menjadi platform yang sempurna ketika para simpatisan Republican mampu kembali menyuarakan ide yang sama untuk menumbangkan dominasi Partai Demokrat di pemerintah.
RNC tahun ini menjadi momen yang sungguh berharga bagi Donald Trump. Memang tercatat bahwa banyak tokoh-tokoh penting Partai Republican menolak untuk menghadiri konvensi tahun ini. Kedua Presiden Bush menolak untuk hadir, bahkan nomineePartai Republican pada dua pilpres terakhir, John McCain (2008) dan Mitt Romney (2012) menolak pula untuk hadir. Banyak sekali senator yang juga absen dalam konvensi kali ini. Alasannya hanya satu: Trump. Akan tetapi, RNC kali ini seolah-olah menjadi momen terhebat Trump dalam hidupnya. Seolah-olah Trump terlepas dari segala kontroversi yang melekat dalam dirinya. Seolah-olah "dosa-dosa" yang dilakukan Trump selama kampanyenya "dihapuskan" begitu saja.
Siapa tokoh di balik semua itu? Jawabannya: The Trumps. Ya, keluarga Trump dan berbagai perwakilan korporasi milik Trump lah yang berhasil mencuri hati publik RNC. Trump beruntung karena seluruh anggota keluarganya mendapat kesempatan untuk berbicara di hadapan publik RNC, mulai dari sang istri, Melania, dan keempat anaknya, Tiffany, Ivanka, Eric, dan Donald, Jr.
Mereka berhasil meyakinkan publik lewat pidato-pidato mereka bahwa Trump mampu menjadi seorang presiden yang luar biasa. Keberhasilan itu tidak lepas dari usaha mereka untuk menggambarkan Donald Trump dari sisi lain, dari sisi seorang anak yang memandang ayahnya sebagai sosok yang peduli terhadap semua orang dan memiliki jiwa patriotisme yang tinggi terhadap AS. Publik pun segera "terbius" oleh pidato-pidato mereka, dan mereka merasakan suatu kebanggaan yang berbeda setelah mereka siap untuk mendukung Trump sebagai nominasi partai mereka. Partai GOP secara resmi "berubah nama" menjadi The Trump Party.
Kalau dulu berbagai polling menunjukkan keunggulan telak Hillary atas Trump, sekarang selisih angka itu semakin kecil, bahkan dalam beberapa survei pun Trump unggul atas Hillary. Hillary perlu mengerahkan segalanya untuk mengalahkan Trump. Democratic National Convention minggu depan menjadi "kesempatan terakhir" Hillary untuk menyatukan dukungan Partai Demokrat sebelum melangkah ke tahap terakhir: kampanye general election. Hillary masih mengemban tugas besar untuk menarik hati para pendukung Sanders agar mendukung dirinya.
Pilihan running mate-nya juga harus benar-benar cermat dan tepat sehingga mampu menjadi boost yang besar bagi kampanyenya. Hillary perlu menyadari bahwa ia bisa saja mengalahkan Trump dengan selisih tinggi, tetapi hal yang sungguh bertolak-belakang dari itu juga bisa saja terjadi.
Kalau presiden AS ke-45 adalah Presiden Donald J. Trump, apakah Indonesia siap menghadapinya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H