Mohon tunggu...
Michael Alberth
Michael Alberth Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Michael Alberth adalah mahasiswa Universitas Airlangga,mempunyai minat yang cukup terutama dalam bidang Kajian budaya,Gaya hidup & Fashion.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menilik Arti Kata Mewah, Selalu bernilai mahalkah?

25 Mei 2023   02:49 Diperbarui: 2 Juni 2023   09:38 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Industri fashion mewah, khususnya telah mendapat sorotan karena dianggap elitisme dan promosi eksklusivitas. Melalui konten viral lewat akun Zoe Taco, dengan judul: Tas mewah pertama saya dari C&K, yang dibeli oleh Ayahnya sebagai hadiah menimbulkan berbagai jejak komentar. Ada banyak orang yang melontarkan komentar kebencian yang menunjukkan bahwa merek tersebut bukanlah sesuatu kemewahan dan tidak dapat digolongkan sebagai  barang mewah. Merek mewah saat ini dibedakan dari merek lain di pasar dengan menerapkan strategi penetapan harga premium dan memposisikan diri sebagai simbol kelas sosial yang tinggi. Meskipun demikian, mengkategorikan fashion kelas atas sedemikian rupa dapat berdampak buruk pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Melabelkan arti mewah pada suatu barang ini mempengaruhi beberapa aspek,diantaranya ialah : Manifestasi kesenjangan sosial, Biaya selangit yang tidak sesuai dengan keunggulan, dan Memperkuat perspektif Marxisme.

Busana mewah seringkali berfungsi untuk memperkuat gagasan bahwa kemakmuran material dan prestise sosial saling terkait secara intrinsik. Fenomena ini melambangkan pola konsumerisme yang berulang, yang memberi insentif kepada individu untuk terus-menerus terlibat dalam aktivitas pembelian sebagai cara untuk mempertahankan posisi mereka di ranah sosial. Fenomena ini menimbulkan perpecahan di antara individu-individu kaya dan berpenghasilan rendah dalam masyarakat, yang mengakibatkan manifestasi kesenjangan sosial.

Biaya selangit yang terkait dengan barang dagangan fashion mewah sering kali digantikan oleh kualitas unggul bahan yang digunakan dalam pembuatannya serta tingkat pengerjaan sempurna yang digunakan dalam produksinya. Meskipun demikian, perbedaan kaliber yang terlihat antara fashion mewah dan komoditas faahion lainnya sering diabaikan, dan, dalam keadaan tertentu, tidak berlaku. Ini menyiratkan bahwa konsumen mengeluarkan biaya yang sangat tinggi demi nama merek, tanpa peningkatan yang signifikan dalam nilai intrinsik produk itu sendiri.

Perspektif dari lensa Marxis berpendapat bahwa kelas Fashion Mahal yang berkutip mewah berfungsi sebagai manifestasi dari perjuangan status sosial atau kelas sosial, yang endemik dalam masyarakat kapitalis. Industri High Fashion sebagai entitas kolektif berfungsi atas dasar pembuatan barang dagangan eksklusif dan mewah yang memerintahkan struktur harga premium. Penerapan strategi penetapan harga ini menghasilkan kapasitas untuk mempertahankan tingkat eksklusivitas dalam industri, sehingga memfasilitasi penyediaan produk dan layanan yang sebagian besar melayani konsumen yang kaya dan istimewa.

Industri High Fashion hanya berfungsi sebagai contoh fungsi kapitalisme melalui konseptualisasi nilai dalam kaitannya dengan pengertian kemewahan dan status sosial. Industri fashion sangat menghargai praktik mengenakan pakaian yang berafiliasi dengan merek-merek mewah, sehingga menciptakan lambang kedudukan sosial dan kemakmuran seseorang. Oleh karena itu, tidak dapat disangkal bahwa industri bertanggung jawab untuk menghasilkan gagasan nilai palsu yang terkait erat dengan kelas sosial ekonomi dan prestise, daripada nilai inheren yang otentik. Sudah tidak relevan lagi bagi kita untuk membedakan mana barang yang mewah dan mana yang tidak, serta memikirkan individu atau institusi mana yang pantas untuk memeringkatkan kelas-kelas tersebut. Coco chanel mengatakan bahwa beberapa orang menganggap kemewahan adalah kebalikan dari kemiskinan, itu bukan kebalikan dari kevulgaran. Sehingga tidak ada tindakan yang lebih vulgar daripada tindakan mengukur segala sesuatu hanya berdasarkan nilai uangnya. Ini merupakan sebuah tindakan yang tidak berkelas tetapi juga jauh dari kata mewah. Kemewahan sesungguhnya berarti mengakui bahwa itu tidak bergantung pada label, kekayaan materi, atau perspektif orang lain, melainkan berasal dari nilai berharga barang itu sendiri dari pemiliknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun