Mohon tunggu...
Misbahuddin
Misbahuddin Mohon Tunggu... -

Saya Mahasiswa dari kota pamekasan yang kuliah di Universitas Islam Malang mengambil Jurusan Pendidikan Matematika. Di samping kuliah UNISMA saya juga kuliah di jurusan Pendidikan Agama Islam di UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Sejarah dengan "Membaca Indonesia" di Kompas

2 April 2017   10:05 Diperbarui: 4 April 2017   15:11 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Koran kompas setiap hari menyajikan rubrik “membaca Indonesia” yang bertemakan tidak lepas dari sejarah bangsa. Sejarah yang diangkat sangat erat kaitannya dengan perjuangan dalam membela Indonesia. Berbagai sejarah perjuangan para pahlawan dan peninggalannya diulas secara singkat, padat dan jelas untuk dipahami. Rubrik ini mengimplementasikan pesan Sukarno yang terdapat dalam jargonnya yang berbunyi Jasmerah (jangan sekali-kali melupakan sejarah).

Khazanah keilmuan tentang sejarah Indonesia lebih mudah dipahami dari pada membaca buku-buku tebal tentang sejarah. Kepedulian untuk tetap menjaga Negara Kesatuan Republik Indoensia salah satunya dengan mengenal sejarahnya. Banyak ibrah yang dapat diambil setelah membaca rubrik “membaca Indonesia”. Topik yang disajikan setiap harinya pun berubah-rubah.

Banyak tokoh-tokoh pejuang bangsa dalam melawan penjajah yang baru dikenal ketika membaca Indonesia di kompas. Saya kira pendidikan sejarah di sekolah akan lebih menarik jika guru mengklaping atau mengoleksi tulisan-tulisan di koran apapun yang mengandung nilai nasionalisme. Dari papa monoton pada buku mata pelajaran yang terkadang membuat siswa malas untuk mengikuti pelajaran sejarah.

Menariknya lagi, pada rubrik ini disajikan diagram berupa alur singkat dari berbagai rentetan kejadian. Ditambah gambar dokumentasi yang diambil dari foto terbaru. Banyak rasa keingintahuan untuk mengunjungi tempat yang digambarkan pada rubrik “membaca Indonesia”. Karena sejatinya yang digambarkan itu masih ada. Tokohnya pun yang diwawancari oleh pihak reporter masih ada, sehingga kevalidan informasi yang didapat lebih dapat dipercaya karena diceritakan langsung.

Rubrik seperti inilah saya kira lebih mengundang minat baca karena bahasa yang digunakan mudah dipahami. Tidak seperti pada rubrik opini yang mungkin hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menangkap dari apa yang disampaikan penulis. Membaca sejarah memang tidak akan menarik jika tidak dikemas dengan pola susunan dan tampilan yang menarik. Berbeda dengan yang ada di kompas, rubrik “membaca Indonesia” memang diambil dari sumber terpercaya, narasumber yang diwawancarai pun keturunan atau orang dekat dengan tokoh yang terdapat dalam sejarah.

Perjalanan untuk menjadi Negara Indonesia memang bukan sesuatu yang mudah. Jika mau mengenal lebih dalam lagi ada banyak perlawanan yang membutuhkan darah juang dari para pejuang yang cinta tanah air Indonesia. Era baru saat ini hanyalah menikmati hasilnya, tinggal menjaga dan merawatnya. Jika menjaga saja tidak bisa maka setidaknya tidak merusak bangsa dan negeri tercinta ini. Karena Sukarno pun pernah berorasi ketika Indonesia merdeka, bahwa perlawanan berat untuk selanjutnya adalah melawan bangsa kita sendiri. Hal ini mempunyai makna bahwa banyak bangsa ini akan dirusak oleh bangsa sendiri ketika rasa cinta tanah airnya hilang seperti halnya korupsi terhadap uang negara.

Maka sangatlah berterimakasih kepada tuhan yang telah mengutus para pejuang baik yang tertulis namanya di sejarah maupun yang tidak tertulis. Mereka berjuang dengan bertaruh nyawa demi anak dan cucunya bisa hidup damai dan tentrem. Inilah beberapa hikmah yang dapat diambil dari “membaca Indonesia”. Setiap kali membaca setiap kali perenungan diri ini ada. Setiap kali menghayati maka disitulah kita merasa untuk terus menjaga dan merawat bangsa ini. Wallahu alam bisshowab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun