Pintar oleh sebagian diidentikkan dengan seseorang yang mempunyai kemampuan lebih dari pada yang lain. Misalkan si A dikenal sebagai orang pintar matematika, karena hasil jawaban benarnya lebih banyak dari si B si C dan si D. Ataupun contoh yang lain, si B pintar kegamaannya karena ketika berargumen selalu benar sesuai dengan yang ada dalam buku. Jadi orang pintar adalah penilaian dari seseorang atau kelompok terhadap orang lain. Ketika berbicara penilaian maka yang ada adalah bersifat relatif.
Sekilas memang tampak bahwa banyak orang dianggap pintar tapi kurang rajin untuk membaca buku. Di sisi yang lain ada orang dikenal pintar karena memang rajin baca buku. Dan yang ke tiga ada yang rajin baca buku tapi sama sekali tidak tampak kepintarannya. Dan yang terahir ada yang memang kurang pintar karena memang kurang rajin baca buku. Kita dapat memposisikan diri kita pada posisi yang mana? Tentu kita pun boleh berargumen sebagaimana pengalaman kita masing-masing.
Ketika seseorang mahir dalam suatu bidang tertentu maka akan ada tiga jalan kemampuan baginya. Satu ia akan punya kemampuan menulis saja. Ke dua ia akan punya kemampuan menyampaikan saja. Dan yang ke tiga ia akan mampu berbicara keilmuannya dan juga mampu membuat tulisan-tulisan dari keilmuannya juga. Orang yang ke tiga ini tentu sudah banyak kita ketahui di lingkungan kita. Mereka rata-rata punya literasi tinggi. Kegiatan membacanya berjalan terus menerus. Sehingga wawasan ketika ia berbicara dan menulis dapat kita rasakan sendiri bahwa ia seorang pembaca buku.
Bagi saya menjadi orang rajin membaca buku merupakan suatu kepintaran yang lebih dari sekedar pintar berbicara dan mengolah kata. Mereka sudah mampu merasakan manfaat besar dari membaca. Mereka pun sudah menganggap bahwa membaca sebuah kebutuhan. Sehingga baginya satu-satunya jalan untuk mengetahui apapun itu adalah membaca.Â
Seorang yang rajin membaca buku akan tampak dari tulisan dan saat berbicara. Maka akan lebih baik lagi, kita menjadi orang cerdas dan pintar karena sudah menjiwai ilmu lewat buku, bukan sekedar berkata dan berceramah dari hasil omongan yang tak bereferensi. Buku yang dimaksud di sini mewakili segala bentuk kumpulan wawasan keilmuan.
Biarlah orang mengatakan bahwa kita ini bukan orang pintar, yang terpenting kita sudah bersahabat dengan buku. Untuk terus membaca tanpa batas waktu dan usia. Dengan rajin membaca buku, maka keilmuan kita dengan sendirinya akan tampak manfaat yang luar biasa. Kita pun bisa melihat bukti dari tokoh-tokoh terdahulu yang mempunyai wawasan keilmuannya dari kepedulian untuk terus membaca. Tokoh besar di Indonesia, bahkan tokoh-tokoh besar dunia. Semoga kita selalu dalam semangat untuk belajar, seminimal mungkin rajin membaca buku. Wallahu a’lam Bisshowab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H