Mohon tunggu...
Micariandy F K
Micariandy F K Mohon Tunggu... Penulis - Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Jember

Planologi UNEJ 2018

Selanjutnya

Tutup

Money

Peran Analisis LQ dalam Upaya Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

5 Desember 2019   11:06 Diperbarui: 5 Desember 2019   11:04 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator dari sebuah proses pembangunan ekonomi yang dilaksanakan di suatu wilayah, baik lingkup nasional maupun regional (daerah). Secara berkala, tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu wilayah akan menunjukkan karakteristik serta tingkat kesejahteraan masyarakat setempat. Pertumbuhan ekonomi sendiri diartikan sebagai sebuah proses kumulatif dari perubahan kondisi perekonomian suatu wilayah secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode waktu tertentu. Dalam prosesnya, terdapat banyak sekali variable yang dapat mempengaruhi proses perubahan tersebut secara komprehensif.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu perangkat data statistic ekonomi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah dalam periode waktu tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pada prinsipnya, PDRB adalah total jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh keseluruhan unit usaha, dan jumlah nilai barang serta jasa akhir yang diproduksi oleh tiap unit ekonomi di wilayah tersebut.

Secara berkala, perubahan data statistik PDRB suatu wilayah akan dapat merepresentasikan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada setiap sektor usaha dalam memberikan kontribusinya terhadap proses pembangunan ekonomi di wilayah. Jika ditelaah, maka akan ditemui perbedaan kontribusi dari tiap sektor. Begitu pula sektor dengan peringkat kontribusi tertinggi akan berbeda antar satu wilayah dengan wilayah yang lain. Hal ini bergantung pada potensi kekayaan sumber daya serta kecenderungan arah pembangunan yang dimiliki oleh setiap wilayah.

Pada faktanya, tidak ada wilayah yang mampu mendapatkan kontribusi maksimal dari setiap sektor unit usaha yang dimiliki. Hal ini disebabkan oleh berbagai keterbatasan, baik dari keterbatasan kondisi alam maupun keterbatasan sumber daya manusia yang tersedia. Jika sudah terdapat satu sektor dominan yang berkembang dengan pesat, maka kemungkinan sektor-sektor lain tidak akan mampu meyamai tinggi kontribusi sektor yang pertama.

Seperti halnya sebuah wilayah yang memiliki keunggulan dalam sektor pertanian, maka dapat diperkirakan bahwa kontribusi sektor industrinya tidak terlalu dominan. Hal ini berkaitan dengan kondisi karakteristik masyarakatnya yang secara umum lebih cenderung pada karakter penduduk pertanian, dimana mayoritas memilih bekerja sebagai seorang petani.

Sifat penduduk yang terbiasa demikian umumnya lebih sulit menerima hal baru, seperti masuknya sektor industry yang teramat jauh berbeda dengan apa yang mereka geluti selama ini. Selain itu, kelestarian lahan pertanian tentu akan terganggu jika didapati titik-titik industry penghasil limbah yang umumnya berpotensi menyebabkan degradasi lingkungan. Maka dari itu, setiap wilayah perlu menelaah sektor mana yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan secara prospektif.

Salah satu metode sederhana yang dapat dilakukan untuk mengetahui sektor potensial dari setiap wilayah adalah dengan menggunakan metode perhitungan Location Quotient (LQ). Rumus perhitungan LQ menjadi salah satu operasi hitung dalam pertumbuhan ekonomi regional yang paling sederhana, karena data yang dibutuhkan relatif sedikit dan mudah didapat, seperti halnya data PDRB. Cara kerja LQ adalah dengan menunjukkan perbandingan kontribusi setiap sektor pada suatu wilayah dengan kontribusi sektor tersebut dalam lingkup wilayah yang lebih besar, seperti halnya sektor pertanian di kabupaten dengan sektor pertanian yang ada di provinsi.

Dari hasil perbandingan tersebut selanjutnya dapat diketahui bagaimana prospek sektor terkait terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah. Dimana jika hasil LQ = 1, maka sektor tersebut telah menjadi sektor basis yang dianggap mampu memenuhi kebutuhan local wilayahnya dengan baik. Sementara jika hasil LQ menunjukkan angka >1, maka  sektor tersebut telah memiliki potensi ekspor karena telah melebihi kebutuhan local wilaya, sehingga dapat diditribusikan ke luar wilayah sebagai salah satu cara meningkatkan pendapatan regional.

Sedangkan ketika hasil LQ < 1, maka sektor tersebut dianggap belum bisa memenuhi kebutuhan wilayah, sehingga perlu adanya kebijakan yang mengatur untuk meningkatkan hasil produksi dan penjualannya. Dengan hasil analisis yang telah dilakukan, maka pemerintahan daerah akan dapat menentukan langkah yang paling tepat dalam upaya peningkatakan ekonomi wilayahnya secara signifikan berdasar pada potensi yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun