Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pengasuhan tanpa Penyesalan

26 Maret 2023   05:22 Diperbarui: 26 Maret 2023   05:40 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian dari rezeki yang Allah hadirkan adalah rezeki pengetahuan, rezeki pemahaman, juga rezeki persepsi. Pun dalam konteks pengasuhan. Tak semua pasangan sudah dalam kondisi "masagi" alias mumpuni atau komprehensif saat memasuki babak rumah tangga. Ada yang sudah matang secara finansial, namun belum siap secara sosial emosi. Sebaliknya, sudah siap dengan ilmunya, namun teruji dari sisi materi. Atau bisa dua-duanya, di mana hampir semua aspek bekal bermula dari nol.

Dan yang namanya rezeki pengetahuan, rezeki pemahaman, maupun rezeki persepsi, tak selalu hadir di awal waktu. Artinya, kemampuan tersebut, kadang-kadang atau sering Allah hadirkan pada saat sedang berproses atau bahkan setelah kita melalui percobaan demi percobaan.

Contoh sederhananya adalah, seorang Ibu baru tahu aneka resep dan cara membuat makanan tambahan yang baik untuk bayi itu justru ketika si bayi sudah lewat satu tahun. Contohnya lagi, sepasang suami istri baru mendaoat sebuah teori "positive parenting" justru setelah lahir anak kedua atau ketiga. Atau misalnya sebuah keluarga baru merasakan model pengasuhan yang lebih baik setelah berpindah ke sebuah tempat dengan sebab tugas pekerjaan atau yang lainnya.

Itulah bagian dari fitrah manusia mendapatkan insight dalam menjalani peran sebagai kalifah di muka bumi. Dan hadirnya rezeki pengetahuan itu hakikatnya adalah pengayaan. Pengayaan diri kita sehingga lebih utuh dalam memandang. Bukan sebaliknya, pengetahuan dan pemahaman yang baru kita dapat, menjadi alasan untuk kita menyesali berbagai keadaan.

Sebagai contoh, barangkali ada di antara kita ada yang berada dalam kondisi menyesali proses pengasuhan selama ini. Atau barangkali pernah memiliki penyesalan, baik sebagai Ibu maupun sebagai Ayah.

  • Saya menyesal, kenapa dulu saya milih kerja, sementara anak-anak dititipkan. Dan beginilah akhirnya. Anak saya kurang perhatian
  • Kenapa ya, dulu saya membiarkan anak saya minum susu formula begitu saja. Bahkan dengan lelluasanya. Hari ini, orang-orang disiplin sekali mengikuti arahan kampanye ASI terbaik dan telaten sekali menampung ASI sampai berbotol-botol.
  • Kenapa saat saya hami atau saat saya pertama kali melahirkan, kok saya belum tahu ilmunya tentang baby blues . Saya dulu merasa tertekan, bingung

Bismillah. Yang sudah adalah sudah. Yang terlalui adalah bagian dari hikmah indah untuk kita menghadirkan yang terbaik.  Bahkan yang kita sesali belum tentu tepat untuk kita sesali. Karena memang idealnya kondisi tak selalu hadir di awal waktu atau di permukaan, sehingga terlihat "keren" atau istimewa di mata orang. Namun hakikat keorangtuaan adalah tentang belajar sepanjang hayat.

Demikian yang bisa saya bagikan. Peluk hangat untuk Ananda. Selamat menyambut mulianya bulan Ramadhan. Semoga Allah Swt. senantiasa menjaga dan memudahkan urusan kita.

Wallohua'lam bishshowaab. Semoga bermanfaat dan salam pengasuhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun