Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Trauma, Sekolah, dan Pengasuhan

5 Maret 2022   00:52 Diperbarui: 6 Maret 2022   22:15 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi trauma anak. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Dahulu, para siswa merasaa wajar menghadapi gurunya yang sering membentak, menghukum hingga memukuli tubuhnya dengan penggaris. Karena memang budaya yang melekatnya memang demikian. Sehingga menunduk dan berkata "iya" dianggap sebagai bentuk pertahanan terbaik. 

Lain halnya dengan zaman sekarang. Paradigma pembelajaran yang semakin hari semakin menunjukkan perubahan, penyikapan yang terus menerus diupayakan jauh lebih arif dan lebih bijaksana, secara tidak langsung membuat para siswa diperlakukan dengan lebih ramah dan toleran oleh guru dan pihak sekolah. 

Maka sangat wajar jika anak zaman sekarang merasakan trauma yang mendalam saat mendapat penyikapan yang sangat jauh dari kata bijaksana. Oleh karenanya kita patut memberi ruang pemakluman atas rasa sakit pada batin buah hati kita.

Dan bagi siapapun yang pernah melewati satu gejala yang sama --trauma oleh pihak sekolah-, kiranya dapat memperhatikan hal-hal berikut.

Tetaplah berpersepsi POSITIF bahwa mereka pasti bisa berubah dan kesakithatiannya dapat melunak seiring waktu. Karena hakikatnya, persepsi adalah proyeksi (perseption is projection). Jadi, hindari sedih yang berlarut. Bismillah dan yakin pasti ada solusi.

Dekaplah mereka dengan intensitas yang lebih sering dari biasanya.

Sibukkan mereka dengan kegiatan, dengan berbagai aktivitas, dengan berbagai pengalaman.

Beri mereka ruang untuk menekuni sebuah passion. Sehingga mereka akan berkarya produktif dengan rasa senang alias tanpa paksaan. Melukis, menggambar, mendesain, merakit, menulis dan sekian passion lain yang sangat mungkin mereka gandrungi. Dan jika karyanya telah mengemuka, maka mereka akan berteriak "eureka" serta meyakini bahwa dirinya layak dan mampu.

Kurangi bahkan sebaiknya hindari mengangkat kehidupan atau hal-hal terkait yang menyebabkan mereka sakit hati yang mendalam. 

Oleh karenanya, tutup obrolan tentang bapak atau ibu gurunya yang telah memberi luka, tutup obrolan tentang lingkungan sekolah yang membuat mereka enggan beraktivitas.

Demikian yang dapat saya bagikan. Semoga bermanfaat. Allohu a'lam bish showaab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun