Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyederhanakan Pengasuhan Positif

20 Februari 2022   20:10 Diperbarui: 20 Februari 2022   20:15 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia pengasuhan anak kadang atau seringkali dianggap rumit, atau bahkan dianggap sesuatu yang susah dicarikan solusinya. Hal demikian cukup wajar adanya. Terlebih, ketika konteksnya berupa "ulah" (mari kita haluskan dengan istilah "sikap") yang membuat kita bingung menghadapinya. 

Mogok sekolah, mogok berteman, mogok makan, harus selalu menang dan tak mau disalahkan meski sudah jelas salah, dan lain-lain. Dan bukan tak ada seorang Ibu atau seorang Ayah yang merasa give up alias menyerah dalam menghadapi masalah anaknya.

Namun di luar konteks "rumit" yang ada, kita juga butuh menurunkan rasa rumit tersebut dengan mencoba menyederhanakan persepsi pengasuhan itu sendiri.

Satu, coba refleksi kembali tujuan kita memiliki anak, mendidik dan membesarkannya. "Untuk apa sih?"

Dua, pasang kembali persepsi yang tepat dengan tetap berusaha menghimpun sugesti-sugesti positif. Yakini bahwa mereka (anak-anak kita) adalah investasi jangka panjang, di mana mereka akan balik menyayangi, menjaga, dan menaikkan kita.

Tiga, mulai dari hal-hal sederhana dalam bentuk kata-kata.

Dan izinkan saya menyampaikan lebih panjang untuk poin yang ketiga. Mengapa butuh memulai degan kata-kata? Alasan pertama, karena kata itu murah alias tak perlu energi banyak untuk mengeluarkan kata. 

Alasan kedua, meminjam filosofi bahasa Sunda yakni "had ku basa gorng ku basa". Artinya, kata bisa menentukan kebaikan dan keburukan. Oleh karenanya, pengasuhan yang baik, mari mulai dari kata.

Berkaitan dengan kata-kata, ada sebuah pengembangan ilmu pengetahun yang disebut neurosains. Artinya, bagaimana kita harus berusaha menjaga otak anak-anak kita dari teriakan, dari ancaman dan sejenisnya. Supaya apa? Supaya kecemerlangan otaknya tetap terjaga. 

Sebaliknya, beri anak asupan pengetahuan dan pengalaman yang baik agar otaknya pun berkembang dengan positif. Demikian salah satu prinsip dari neurosains.

Pun di dunia komunikasi, ramai digunakan pengembangan Neuro Linguistic Programming atau NLP. NLP adalah sebuah struktur internal pada manusia yang bermanfaat bagi manusia itu sendiri dan bersikap psikoterapi.

Nah, berkaitan dengan neurosains dank ke-NLP-an, dalam dunia pengasuhan, itu ada istilah positive parenting. Sebuah teknik yang diupayakan dalam menghadapi anak-anak dengan perilaku dan kata-kata yang baik. Sederhananya seperti apa?

Berikut beberapa contoh teknik pengasuhan positif, di mana dasarnya adalah KATA-KATA.

Konteks: Mengingatkan anak agar duduk tertib.

Negatif: "Kenapa duduknya kayak gitu? Yang betul dong!"

Positif: "Boleh duduk yang baik." atau "Silakan duduk yang manis"

Konteks: Mendorong anak yang cukup pesimistis menghadapi tugas

Negatif: "Lah kamu mah pekerjaan segitu doang. Masa gak bisa?"

Positif: "Kakak pasti bisa. Ayo dicoba lagi. Atau kalau boleh tahu, kesulitannya di mana?"

Konteks: Megarahkan anak supaya mau membantu pekerjaan di rumah

Negatif: "Kamu mah da cuma mau enaknya aja. Giliran bantu beberes, malesnya gak ketulungan."

Positif: "Bisa bantu Mama ya Kak. Tolong angkat jemuran."

Demikian tiga contoh dari sekian banyak teknik positive parenting yang bisa kita jelajahi. Teknik yang sebetulnya, mudah, murah, dan maslahat. Semoga langkah sederhana ini menjadi penegas bahwa kita adalah orang tua yang senantiasa baik.

Terima kasih dan salam pengasuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun