Mahasuci Allah. Sangat benar dalam salah satu ucapan zikir. Laa haula walaa quwwata illa billaaah. Bahwa memang kalau bukan takdir Allah, kalau bukan karena Allah yang memberi kekuatan, sesungguhnya diri ini butiran debu.Â
Kita yang hari ini adalah guru, dengan sepenuh sungguh memohon bimbigan Allah Swt, lalu kita bergerak untuk maju, lalu kita sabar dalam proses, lalu kita rendah hati untuk terus belajar, lalu kita tetap antusias menyambut gagasan, lalu kita sukacita untuk memproduksi ide-ide, lalu kita mampu mengabaikan keluhan. Guru peradaban itu insyaAllah sangat layak untuk kita dapat.
Tafakur diri atas segala kelemahan sebagai guru. Menakar jiwa tentang apakah perjalanan memberi sumbangsih di dunia pendidikan ini bermakna atau tidak.
Malu. Malu hati atas jalan juang yang masih belum menjelma. Namun di saat yang sama, memohon bimbingan-Nya untuk tak dicabut motivasi diri.
Takzim dari lubuk terdalam. Untuk para guru yang telah memapah jiwa ini hingga tetap mampu berdiri dan berkata. Guru di dunia sekolastik, guru di organisasi, guru di jalan amar ma'ruf nahy munkar. InsyaAllah saya bersaksi, bahwa engkau adalah sebaik-baik wasilah menuju manusia seutuhnya.
Dirgahayu untuk para guru. Patriotmu, masa depanku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H