Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tukmaninah Berhijrah

20 Agustus 2020   06:57 Diperbarui: 20 Agustus 2020   07:15 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Miarti Yoga

Allohumma sholli 'alaa muhammad.

Sholawat dan salam kuhaturkan untuk kekasih Allah. Muhammad Sholallaahu 'alaaihi wasallam.

Selayaknya ada yang terbarukan dan tersegarkan. Semangat, kebaikan, kesadaran, dan hal-hal lain yang menjadikan kita lebih fokus berperan.

Selayaknya pula, kita secara berulang mengepompong untuk sekadar menjadikan jiwa ini lebih baru yang sekaligus sebagai simbol perbaikan.

Namun tak sedikit di antara kita yang justru masih belum percaya diri dengan adanya perubahan. Masih belum cukup merasa pantas dengan perubahan yang ada. Sesederhana mengubah kebiasaan kecil, pun tak mudah. 

Persis seorang istri yang sangat tak terbiasa mengecup tangan suami sebagai tanda hormat, lalu saat konteks tersebut hendak dicoba, maka bercampuraduklah antara rasa malu, enggan, risih, sungkan dan ragu.

Dan hal demikian menjadi sebuah contoh sederhana bahwa proses hijrah jiwa itu tak mudah. Terlebih saat manusia telah lama terpatok oleh paradigma orang sekeliling, terkotak olah STIGMA, dan terkerangkeng oleh konsensus yang ada.

Demikian pula keberadaan kita di dalam berorganisasi, keseharian kita memutar roda bisnis pribadi, kefokusan kita menjalani bidang garapan, idealnya memiliki kemampuan mengagetkan diri dan mengagetkan orang sekeliling dengan konteks hijrah.

Hijrah apa yang bisa kita lakukan? Hijrah inovasi. Hijrah kreativitas. Sebagaimana Al Qur'an telah mengingatkan kita, baik secara eksplisit maupun implisit.

"Orang-orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, pasti kami akan memberikan tempat yang baik di dunia. Dan pahala di akhirat pasti lebih besar, sekiranya mereka mengetahui."

(QS. An Nahl; 41)

 Dan berhijrah pun butuh kedewasaan menghadapi. Tidak memporsir diri berlebihan untuk menempuh hijrah, tidak pula melakukan perbaikan dengan modal apa adanya atau sekadar mengikuti instruksi atau sama sekali tak bersubstansi.

Mengapa berhijrah butuh kedewasaan menghadapi? Karena sangat banyak orang berhijra tanpa takaran rasa. Banyak orang berhijrah untuk menempuh kesan "keren" di mata orang. Misalnya, kita merespons sesuatu sedemikian antusias, selang berapa hari, kita mengalami penurunan semangat yang cukup drastis.

Pun dalam mengawal anak-anak. Kadang-kadang kita terjebak dengan rasa puas yang terburu-buru. Misalnya, melihat anak mau mencuci piring (terlepas apakah karena tugas sekolah atau memang sebuah kesadaran). 

Kita merasa bangga, kita merasa senang, dan kita tak bisa mengelak dari perasaan "senang karena terbantu". Tetapi, besok atau lusa, anak kita tiba-tiba negosiasi dengan berbagai alasan, hingga tak ada satu cangkir pun yang dicucinya. Demikian pula dengan aktivitas mereka lainnya seperti membaca buku atau tilawah.

Sangat mungkin terjadi, FLUKTUASI yang begitu BERGELOMBANG. Hari ini membaca buku hingga lupa waktu, esok harinya tak menyentuh sama sekali karena tergerus dengan jadwal nonton yang full time.

Oleh karena itu, hijrah pun butuh manejemen tersendiri. Hijrah butuh tukmaninah.

Dan memang hakikat hijrah adalah suatu tindakan mulia berorientasi kepada perbaikan diri, baik secara individual maupun kolektif dengan janji indah dari Allah bagi yang mau melaksanakannya. Janji kesuksesan besar di dunia, dan kebahagiaan yang jauh lebih besar di akhirat.

Mari hadirkan sekecil apa pun perubahan. Dan jadilah kita penggerak atas perubahan itu. Karena kita tak pernah tahu, tentang banyaknya orang yang merasakan tentang betapa berharganya sebuah nilai, yang tanpa sadar kita antarkan melalui hijrah-hijrah kita di ruang sosial.

Wallaahu A'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun