Sejenak Memandangi Fitrah Diri
Kita hari ini, sebagai orang tua, bukan tak pernah melalui gemuruhnya rasa saat kesulitan menghadapi kerewelan anak. Bahkan menghadapi tangisannya yang sengaja meledak di hadapan orang-orang.
Kita hari ini, sebagai orang tua yang telah berusaha sabar, bukan tak pernah digoda oleh sikap anak yang menolak untuk diajak mengambil sebuah pilihan.
Kita hari ini, sebagai orang tua lama maupun orang tua baru, bukan tak pernah merasakan sesak di dada akibat kenyataan pada diri anak yang tak sesuai ekspektasi.
Kita hari ini, sebagai orang tua yang telah berhati-hati memilih kata, bukan tak pernah dikagetkan oleh bahasa anak kita yang tetiba kasar dan entah dari mana mendapatkannya.
Dan tak sedikit, melalui chat demi chat yang masuk pada hampir setiap kelas seminar online yang saya layani, para peserta mengeluhkan tentang bagaimana menyikapi keberadaan anak dengan segala dinamikanya.Â
Ada yang mempermasalahkan karena pendiamnya, ada yang mengeluhkan karena malasnya, ada yang mencemaskan karena ketergantungannya pada gadget, dan ada pula yang galau akan minat bakatnya yang konon hingga hari ini belum terlihat jelas di bidang apa. Â
Dan tak sedikit saya dapati, orang tua secara telak memarahi anaknya hanya karena tangisnya yang tak berhenti saat dirinya harus beraktivitas.
Namun hal demikian tentu saja menjadi bahan "mata kuliah" sepanjang zaman yang harus kita pelajari dan amalkan. Agar kita tetap mampu bijaksana menjalani peran "orang tua".
Orang Tua yang Powerful akan Melahirkan Generasi yang Powerful
Menjadi orang tua memang perlu "powerful". Tak cukup bermodal keresahan, tak cukup bicara, tak cukup bergerak, tak cukup mengingatkan, dan tak cukup dengan mematok target-target.