Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pendidikan Keluarga

Menjalani Peran Pengasuhan Berkesadaran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meluruskan Persepsi tentang Penafsiran Anak Hebat

19 Juni 2020   10:25 Diperbarui: 19 Juni 2020   10:29 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun satu hal yang layak kita muhasabahi atau kita tafakuri adalah tentang seberapa besar bekal kecakapan hidup anak-anak kita. Seberapa kita adil terhadap pentingnya konseptual dan bermaknanya nilai-nilai operasioanal. Atau dalam kata lain, seberapa mampu anak-anak kita mengimbangi konseptual yang mereka dapat dengan kemampuan operasional yang mereka miliki.

Jangan sampai, generasi kita hanyalah seorang generasi yang cakap pada tatatan konsep saja, sementara dalam tataran konteks, mereka gagap alias tak mampu mengaplikasian dalam kehidupan sesungguhnya. Sedangkan saat memasuki kehidupan nyata, tentu tak akan sesederhana saat masih menempuh studi di sebuah jenjang pendidikan. Kehidupan nyata jauh lebih memiliki kompleksitas yang kadang-kadang penuh dengan KEKAGETAN, penuh dengan keharusan BERIMPROVISASI, penuh dengan keragaman opini dari orang-orang sekitar.

Contoh sederhananya adalah saat seorang mahasiswa informatika dituntut untuk dapat menghasilkan sebuah sistem. Jika mahasiswa tersebut hanya terbatas pada kemampuan konseptual, maka produk sistem yang dibuatnya jelas akan terbatas pada penghitungan yang telah distandaran oleh contoh-contoh yang ada pada literatur.

Sebaliknya, bagi mahasiswa yang mahir dalam berpikir secara operasional, tentu akan jauh lebih kreatif dan kontekstual. Ia akan berpikir tentang lingkungan sekeliling. Ia akan menggagas sesuatu yang ada nilai kebermanfaatannya untuk lingkungan atau orang-orang sekitar. Mungkin dia akan berpikir tentang bagaiamana caranya membuat sistem input tabungan di sekolah-sekolah negeri yang bisa dieperasikan secara mudah oleh oara siswa. 

Atau mungkin ia akan menghitung berapa banyak masjid yang ada di lingkungannya yang memerlukan penghitungan infaq, zakat dan shodaqoh yang lebih sistemik dan memudahkan para amil. Atau mungkin saja dia berpikir tentang bagaimana membantu para ibu muda yang ketakutan akan kebablasan bobot tubuh, sehingga ditawarkan sebuah cara penghitungan efektif terkait asupan kalori sehari-hari.

Bismillah. Mari jadikan anak-anak kita generasi yang berdaya. Yang tak sebatas mampu berhitung dan memiliki nilai rapot yang bagus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun