Hari ini setangkai bunga mengetuk pintu kamarku. Dia bilang ingin menjemputku dari kekalutan rasa ragu.Â
"Apa yang kamu cari?" Tanyanya dengan perlahan.
Aku sendiri tidak tahu. Rasanya saat ini aku kembali kehilangan arah. Tali-tali yang selama ini kuandalkan untuk melewati tembok-tembok tinggi itu kini terlihat usang dan tak bisa lagi kupercaya untuk menahan tubuhku.
Aku tidak tahu. Rasanya kembali seperti berlari-lari di tengah hutan gelap. Tanpa penerangan, tanpa tujuan, tanpa seseorang. Aku kembali tersesat. Aku kembali tersesat dan merasa begitu ketakutan.
Saat melayangkan semua kekalahanku ke angkasa, Â tangannya dengan lembut menggenggamku. Dia menatapku dengan berjuta keajaiban yang selama ini kulupakan. Betapa bodohnya aku yang berpikir bahwa aku sendirian.
Kini ia menarikku dengan senyuman. Mengajakku menari di antara bunga-bunga yang bertebaran. Memintal satu per satu harapan yang terlihat usang.
Bagiku, dia adalah cinta dan kegembiraan. Setangkai bunga yang mengetuk pintu kamarku setiap kali aku hendak menyerah. Kuharap suatu hari nanti, aku bisa memanggil namannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H