Mohon tunggu...
Mia Rosmayanti
Mia Rosmayanti Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Menulislah dan jangan mati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tari Sang Bunga Matahari

19 Agustus 2024   19:48 Diperbarui: 19 Agustus 2024   20:02 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskan apa yang kurasakan saat ini. Rasanya aku tenggelam, ditarik ke dalam jeruji air hujan berbentuk jarum-jarum mengerikan. Mengoyak perasaanku tanpa ampun, tak peduli kalaupun aku merintih dan menggigil.

Di dunia ini, ada banyak hal yang tak bisa kita hindari. Layaknya siaran radio sekali tayang yang lupa kudengarkan, ada banyak hal dalam hidup yang terlewatkan begitu saja. Tak ada cara untuk kembali lagi. Meskipun begitu, kuharap aku bisa melewati hari ini dengan baik. Setidaknya lebih baik dari kemarin. Ah... lagi-lagi aku mengikatkan diri pada hal-hal yang telah terjadi.

Aku ingin tahu, bagaimana caranya memperlakukan sebuah harapan dengan benar? Bukan sekali dua kali aku melihat harapan menghancurkan segalanya. Harapan akan kehidupan yang lebih baik, hari-hari penuh harapan yang membuat mata gadis itu terbangun setiap pagi. Dengan langkah tertatih dan hati yang membusuk, dia masih terus menggantungkan dirinya pada mimpi-mimpi kehidupan yang lebih baik. Meskipun begitu, dia tidak bisa menolak kekosongan di hatinya.

Dari mana sebenarnya perasaan kesepian itu?

Setiap orang ditakdirkan untuk melewati satu garis jalan hingga menuju kematiannya. Mengikuti skenario yang kadang kala cacat dan melukai lebih banyak orang daripada yang terlihat dengan mata. Kehidupan seperti itu, apakah memang layak untuk dijalani? 

Dengan langkah tertatih dan harapan yang membuat setiap lukanya terasa semakin sakit, apa yang membuatnya bertahan sejauh ini? Apa yang membuatnya tersenyum menyinari bunga-bunga matahari di jalanan sepi ini? Apa yang sebenarnya dia cari di tengah kehidupan yang tandus ini?

Aku ingin tahu. Aku ingin ikut menari bersamanya. Meski sekat antara padang tandus dan hari-hari hujan berkepanjangan ini tak mungkin bisa terbuka. Aku akan menjadi bayangannya. Aku akan menari di bawah kaki-kaki kecil hingga hujan dalam hatiku benar-benar berhenti. 

Baca juga: Isolation

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun