Mohon tunggu...
sharkcutiee
sharkcutiee Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Masyarakat Dituntut Mandiri

5 Januari 2025   20:07 Diperbarui: 5 Januari 2025   20:11 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketidakmampuan pemerintah dalam menangani kerusakan lingkungan akibat pertambangan telah menjadi sorotan tajam di berbagai daerah pesisir Indonesia. Masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada kekayaan alam kini harus menghadapi kenyataan pahit, laut tercemar, hasil tangkapan menurun, dan ekosistem hancur. Alih-alih memberikan perlindungan, pemerintah sering kali terkesan abai atau bahkan menjadi fasilitator utama eksploitasi sumber daya alam, yang ironisnya mengorbankan masyarakat kecil demi kepentingan segelintir elit ekonomi.

Salah satu indikator ketidakbecusan pemerintah adalah lemahnya penegakan hukum terhadap perusahaan tambang yang melanggar aturan lingkungan. Banyak perusahaan diberi izin beroperasi meskipun dampak lingkungan dan sosialnya sudah jelas membahayakan. Bahkan, proses pemberian izin sering kali sarat dengan praktik korupsi, sehingga mengorbankan analisis dampak lingkungan yang seharusnya menjadi dasar pertimbangan. Ketidakmampuan ini diperparah oleh lemahnya pengawasan di lapangan, yang membuat kerusakan lingkungan semakin tak terkendali.

Kehancuran alam akibat ketidakmampuan pemerintah mengurusi alam dapat terlihat nyata pada kasus masyarakat pesisir Torobulu Konawe Sulawesi Selatan, masyarakat sering kali ditinggalkan untuk menghadapi dampak buruk sendirian. Ketika laut mereka tercemar limbah tambang, pemerintah jarang hadir untuk memberikan solusi nyata. Bahkan, laporan masyarakat tentang kerusakan lingkungan sering kali diabaikan atau ditanggapi setengah hati. Ketidakpedulian ini menciptakan kesenjangan besar antara kebutuhan masyarakat dan tanggung jawab pemerintah.

Karena pemerintah gagal melaksanakan tugasnya, masyarakat akhirnya harus turun tangan mengadvokasi sesama. Mereka membentuk kelompok-kelompok advokasi mandiri, bekerja sama dengan organisasi non-pemerintah, hingga membawa isu ini ke ranah internasional untuk mendapatkan perhatian lebih luas. Ini adalah bentuk perlawanan nyata terhadap ketidakadilan, namun perjuangan ini tidaklah mudah. Masyarakat sering menghadapi intimidasi dari pihak-pihak yang berkepentingan, keterbatasan sumber daya, dan kurangnya pengetahuan hukum untuk melindungi hak mereka.

Keterlibatan masyarakat ini juga mencerminkan ketahanan dan solidaritas komunitas pesisir. Mereka memahami bahwa keberlanjutan hidup mereka tidak bisa terus bergantung pada pemerintah yang sering hanya memprioritaskan pertumbuhan ekonomi tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat kecil. Masyarakat sadar bahwa jika mereka tidak bertindak, tidak akan ada pihak lain yang benar-benar memperjuangkan nasib mereka.

Namun, bukan berarti masyarakat harus memikul seluruh beban ini sendirian. Pemerintah tetap memiliki tanggung jawab moral dan hukum untuk melindungi warganya. Ketika masyarakat sudah mulai bergerak sendiri, hal ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi pemerintah untuk segera memperbaiki kinerjanya. Mereka harus memperketat pengawasan, memberlakukan sanksi tegas terhadap perusahaan yang melanggar, dan menyediakan bantuan nyata bagi masyarakat terdampak.

Ketidakbecusan pemerintah dalam menangani kerusakan lingkungan akibat tambang adalah cerminan dari kegagalan sistemik yang membutuhkan perbaikan mendesak. Di sisi lain, gerakan masyarakat menunjukkan bahwa perjuangan untuk keadilan lingkungan masih memiliki harapan. Kolaborasi antara masyarakat dan pihak-pihak independen adalah langkah penting untuk menekan pemerintah agar bertindak lebih tegas dan adil. Dengan terus bersuara dan bergerak, masyarakat pesisir tidak hanya memperjuangkan hak mereka sendiri, tetapi juga masa depan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Menumbuhkan Kesadaran Kritis melalui Advokasi Masyarakat

Di tengah ketidakberdayaan akibat ketidakbecusan pemerintah, masyarakat memiliki kekuatan yang tidak bisa diremehkan, kemampuan untuk menumbuhkan kesadaran kritis. Advokasi yang berbasis komunitas dapat menjadi langkah awal untuk memahami, mengorganisasi, dan memperjuangkan hak-hak mereka yang sering kali terabaikan. Kesadaran kritis tidak hanya membantu masyarakat memahami permasalahan yang mereka alami, tetapi juga membuka jalan untuk mencari solusi bersama.

1. Edukasi dan Penyadaran Kolektif
Langkah pertama yang bisa dilakukan masyarakat adalah menyelenggarakan forum-forum diskusi atau kegiatan edukasi di tingkat lokal. Forum ini dapat digunakan untuk membahas dampak kerusakan lingkungan akibat tambang, hak-hak mereka sebagai warga negara, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk melindungi sumber daya alam mereka. Melalui diskusi ini, masyarakat dapat saling berbagi pengalaman dan pengetahuan, sehingga tercipta kesadaran bersama bahwa masalah ini bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi merupakan persoalan kolektif.

Selain itu, masyarakat dapat memanfaatkan media sosial dan platform digital lainnya untuk menyebarkan informasi dan meningkatkan kesadaran publik. Kampanye digital seperti petisi online, video dokumenter, dan poster edukatif bisa menjangkau audiens yang lebih luas dan menarik perhatian pihak-pihak di luar komunitas lokal.

2. Pengorganisasian Komunitas
Kesadaran kritis tidak cukup jika tidak diiringi dengan tindakan nyata. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengorganisasi diri mereka dalam kelompok-kelompok advokasi. Kelompok ini dapat berfungsi sebagai wadah untuk menyusun strategi, menggalang dukungan, dan mendesak pemerintah atau perusahaan tambang untuk bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi.

Kelompok advokasi juga dapat bermitra dengan organisasi non-pemerintah (LSM) yang memiliki pengalaman dalam menangani isu-isu lingkungan dan hak asasi manusia. Kolaborasi ini memberikan masyarakat akses ke sumber daya, pelatihan, dan dukungan hukum yang sebelumnya mungkin sulit dijangkau.

3. Menggalang Dukungan Publik dan Media
Masyarakat perlu membangun narasi yang kuat untuk menarik perhatian publik dan media. Narasi ini penting untuk menyoroti hubungan antara kerusakan lingkungan dan dampaknya pada kehidupan sehari-hari masyarakat pesisir. Dengan menjadikan isu ini relevan bagi banyak pihak, masyarakat dapat menggalang solidaritas dari akademisi, aktivis, hingga masyarakat umum.

Media memiliki peran strategis dalam membawa suara masyarakat pesisir ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan mendokumentasikan dan mempublikasikan kondisi di lapangan melalui artikel, liputan televisi, atau media sosial, masalah ini dapat menarik perhatian yang lebih luas, baik di tingkat nasional maupun internasional. Sebagai contoh, kasus nelayan di Jawa Tengah yang kehilangan mata pencaharian akibat aktivitas tambang pasir laut sempat menjadi sorotan media. Dukungan publik yang masif berhasil menekan pihak berwenang untuk mengevaluasi ulang izin operasional tambang tersebut.

4. Mendorong Perubahan Kebijakan
Kesadaran kritis yang telah dibangun harus diarahkan untuk memengaruhi kebijakan. Masyarakat dapat memanfaatkan jalur hukum untuk menggugat perusahaan tambang yang melanggar aturan lingkungan atau mendesak pemerintah untuk memperketat regulasi dan pengawasan. Selain itu, masyarakat dapat melibatkan diri dalam proses pengambilan keputusan, seperti menyampaikan aspirasi dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RT&RW) atau konsultasi publik terkait proyek tambang.

5. Membangun Solusi Alternatif
Advokasi yang efektif juga perlu berorientasi pada solusi. Masyarakat pesisir dapat mengembangkan alternatif mata pencaharian seperti ekowisata, budidaya ikan yang berkelanjutan, atau usaha kreatif berbasis lokal. Dengan menunjukkan bahwa ada cara untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa merusak lingkungan, masyarakat tidak hanya memperjuangkan hak mereka tetapi juga memberikan contoh nyata tentang bagaimana pembangunan yang berkelanjutan dapat dilakukan.

Kesimpulan
Advokasi berbasis masyarakat yang menumbuhkan kesadaran kritis adalah kunci dalam menghadapi ketidakbecusan pemerintah. Dengan langkah-langkah strategis seperti edukasi, pengorganisasian, penggalangan dukungan publik, dan solusi alternatif, masyarakat pesisir dapat memperjuangkan hak mereka sekaligus menginspirasi perubahan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun