Di pagi nan cerah yang diiringi lantunan suara burung bernyanyi dengan indah, ada lekuk sabit yang timbul dari bibir seorang Ibu yang sedang terbaring di rumah sakit. Udara sejuk pagi seolah menusuk ruas ruas pada kulit, memberikan kesejukan kepada orang yang merasakan. Tangisan yang sangat kencang menandakan lahirnya seorang putri yang sangat cantik. Pagi itu, lahirlah seorang anak wanita yang bernama Alana Kamila Rahman. Kehadirannya seolah sudah ditunggu dengan hangat oleh dunia.
  Aku Alana Kamila Rahman. Aku lahir di Bandung,08 April 2003. Aku lahir dari keluarga bahagia, dari seorang Ibu yang sangat cantik, baik, penyayang, dan hebat tentunya. Ibuku berprofesi menjadi guru agama di salah satu Sekolah Dasar. Aku juga punya Ayah yang sangat baik hati, tulus kasih sayangnya yang sekarang sudah jauh sekali dari aku dan keluargaku. Ya, Ayahku sekarang ada di tempat terbaik di sisi Allah. Oh iya,aku tidak melupakan satu hal juga. Aku punya kakak laki-laki yang sangat menyebalkan, sikapnya yang seperti cuek tapi sebenarnya sayang juga kepada keluarga.
  Aku punya hobi berenang, bernyanyi. Tapi bagiku, bernyanyi bukan sekedar hobi saja,orang orang berkata bahwa itu adalah bakatku dan aku percaya itu. Kalau sedih, pas banget dibawa nyanyi sambil bawain lagu-lagu sedih tuh.
 Aku Ana. Sejak kecil aku sangat ingin menjadi guru. Bahkan sampai sekarang, cita-cita aku ga pernah berubah, aku selalu ingin menjadi guru. Rasanya unik dan menyenangkan jika aku menjadi guru. Setiap hari, aku akan bertemu orang-orang yang semangat mencari ilmu, bisa berbagai pengetahuan juga dengan orang-orang. Tapi engga sampai disitu aja, aku punya banyak cita-cita. Aneh kan? Aku ingin jadi guru, penyanyi terkenal, ingin jadi penulis hebat, ingin jadi psikolog klinis juga.
  Aku Alana dan biasa dipanggil Ana. Tidak sedikit orang yang menganggap bahwa aku hidup tanpa kesedihan, tanpa masalah, tanpa beban.sebagian besar mengatakan bahwa hidupku selalu enak. Padahal aku juga sama-sama manusia seperti orang-orang diluar sana yang bisa merasakan sedih, senang, tertawa, bahagia. Aku juga sama  seperti manusia yang lainnya, hidupku penuh juga dengan lika-liku, penuh dengan tantangan yang luar biasa, penuh dengan kebahagiaan yang tiada tandingannya menurutku. Tapi aku bersyukur atas itu, sulitnya aku, susahnya aku, sedihnya aku, jatuhnya aku mungkin tidak mereka tau sehingga akhirnya mereka menyimpulkan bahwa "hidupku selalu baik-baik saja".Â
  Dari aku kecil bahkan mungkin hingga saat ini,perjalananku engga lurus lurus aja. Tentunya banyak sekali lika-liku yang aku hadapi. Sedari kecil aku selalu dihantui rasa gagal,padahal aku sudah yakin akan berhasil dan tidak akan gagal lagi,lagi,dan lagi.
  Saat itu,aku sedang duduk di bangku kelas 6 SD. Hal yang sudah biasa di lakukan di tingkat akhir adalah memikirkan dan membicarakan langkah Pendidikan yang akan di tempuh selanjutnya. Berhubung saat itu aku duduk di bangku kelas 6 SD,maka aku dan teman-temanku sering berbincang mengenai Sekolah Menengah Pertama yang akan dipilih.
"Jeng,mau lanjutin sekolah kemana nih?" tanya Adinda.
"Aku mau lanjut ke sekolah favorit dong, SMPN 1 Aksara. Kamu tau sekolah itu kan din?" Jawab Ajeng.
"Jelas lah aku tau, toh aku juga pengennya sekolah kesitu. Oh iya Na, kamu mau lanjut ke sekolah mana nih?" Ujar Dinda
Dengan rasa percaya diri yang penuh aku menjawab "Aku pun ingin masuk SMPN 1 Aksara Din,Jeng. Do'akan ya semoga kita semua bisa masuk ke sekolah favorit itu dan jangan lupa belajarnya harus lebih semangat"