Masalah tantangan alam dan perubahan iklim menyebabkan permasalahan besar bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani, peternak, maupun nelayan.
Jadi bagaimana mungkin dengan situasi seperti ini kita dapat bersukacita  senantiasa?
Ternyata kita bisa bersukacita senantiasa jika kita ada di dalam Tuhan, karena kita memperoleh kekuatan apabila mengingat -ingat  karya Kristus dalam kehidupan dan percaya penuh akan  kasih dan kuasa Tuhan.
Sukacita merupakan kesatuan sempurna dalam anugerah keselamatan yang ada di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Sukacita adalah kedamaian dan kesukaan di dalam batin kita karena kita memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan sang sumber hidup, pencipta segalanya.
Sukacita juga salah satu bagian dari buah Roh. Hal itu tidak datang dengan sendirinya/serta-merta, tetapi  hanya  dialami jika orang percaya memiliki hubungan sehari-hari yang akrab dengan Yesus Kristus melalui berdoa, memuji Tuhan, membaca firman Tuhan, merenungkan, dan mempraktikkannya.
Tuhan Yesus pernah mengajarkan di dalam Yohanes 15:7, 10-11 bahwa sukacita penuh tidak dapat dipisahkan dari kondisi "tinggal di dalam firmanNya", mengasihi orang lain, dan menaati perintah-perintahNya .
Sukacita terjadi jika hidup orang percaya intim dengan Tuhan Yesus dan hal ini tidak dapat dihilangkan rasa sakit, penderitaan, problem, serta keadaan-keadaan sulit lainnya.
Situasi ini tercatat dalam Kisah Para Rasul 16:23-25
16:23 Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh. 16:24 Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat. 16:25 Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.
Paulus dan Silas telah mengalami penganiayaan secara fisik: punggung mereka terluka karena sudah didera/dicambuk, kaki mereka dipasung/terbelenggu, mereka ditawan dalam penjara. Namun, di tengan penderitaan itu, mereka mampu berdoa dan memberikan puji-pujian kepada Tuhan.
Sukacita yang ada di hati mereka tidak ditentukan oleh keadaan. Penderitaan tidak melenyapkan damai dan sukacita mereka karena mereka tinggal tetap dalam persekutuan yang kuat dengan Tuhan, sehingga musuh-musuh mereka tidak dapat menghancurkan iman dan kasih mereka kepada Tuhan.