Mohon tunggu...
Mian Nauli
Mian Nauli Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang karyawan swasta

Saya perempuan, umur diatas 50 tahun. Tertarik pada bidang hukum, kuliner, musik, dan wisata.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pendidikan dalam Jemaat

3 Juni 2021   15:51 Diperbarui: 3 Juni 2021   15:55 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

2 Timotius 3:15-17

"Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat  kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik".

1. Gereja dan Tugasnya

(1)  Secara etimologis Kata "gereja" berasal dari bahasa Portugis igreja, yang mempunyai akarnya dalam bahasaYunani ekklesia, yang berarti perkumpulan umum atau persidangan publik. Istilah ekklesia dipakai oleh orang-orang Kristen mula-mula, khususnya yang berbahasa Yunani, untuk menyebut perkumpulan mereka baik dalam lingkup lokal maupun umum. Perkumpulan orang-orang Kristen mula-mula itu disebut ekklesia tou theou (perhimpunan dari Allah). Kata bahasa Inggris church, berasal dari bahasa Yunani kyriakon arti harafiahnya "milik Tuhan". Kata ini dipakai lebih kemudian dari pada ekklesia ketika gereja sudah mulai lebih terorganisasi, awalnya menunjuk pada gedung gereja.

(2)  Secara umum gereja mempunyai tiga tugas yaitu koinonia (persekutuan), marturia (kesaksian), dan diakonia (pelayanan). Di dalam tugas- tugas tersebut, Miller sebagaimana yang dikutip oleh Boehlke menyatakan bahwa gereja juga memiliki 6 fungsi, yaitu: Pertama, Gereja sebagai persekutuan yang beribadah. Orang belajar beribadah dengan mengambil bagian dalam kebaktian. Kedua, Gereja adalah persekutuan yang menebus. Artinya, kebutuhan dasar para anggotanya terpenuhi dan hubungan, yang terputus dapat dipersatukan serta disembuhkan kembali. Ketiga, Gereja sebagai persekutuan belajar mengajar. Gereja menyediakan kesempatan belajar bagi orang dari segala usia. Dalam gereja, orang mencari jawaban dari Injil terhadap pertanyaan yang ditimbulkan oleh pengalaman hidup. Keempat, Gereja adalah persekutuan yang peduli akan kebutuhan orang lain terutama yang sakit, miskin, lemah, dan kesepian. Gereja berusaha melayani siapapun, khususnya yang paling hina dan lemah. Kelima, Gereja adalah persekutuan yang ingin membagikan iman kepada orang yang belum menerima kabar baik. Dengan mendukung usaha ini, warga gereja mengaminkan amanat Tuhan yang bersifat am. Keenam, Gereja adalah persekutuan yang bekerja sama dengan kelompok lain. Kerja sama ini dapat dilakukan dengan sesama orang Kristen atau berbeda agama demi pendidikan, untuk tujuan hak asasi manusia, keadilan sosial, perdamaian dengan masyarakat setempat dan perdamaian antar bangsa.

(3)  Yohanes Calvin adalah seorang pemimpin Gereja reformasi gereja Swis abad ke 16. Calvin menggambarkan pentingnya gereja sebagai tempat manusia menerima, merawat dan mengembangkan keselamatan (Gereja bukanlah keselamatan, ia adalah tempat di mana manusia menerima dan merayakan keselamatan yang sudah disediakan oleh Allah sambil menunggu penyataan yang sempurna dari keselamatan di dalam Kerajaan Allah). Metafora yang dipakai yaitu: Gereja sebagai ibu orang percaya (mother of the faithful).

(4)  Keberadaan gereja sebagai mother of the faithful (mater fidelium) tidak dapat dilepaskan dari hakikatnya sebagai eklesia, the pilgrim people of God, orang- orang peziarah Tuhan.

    Sebagai Mother of the faithful yang juga mengemban fungsi sebagai persekutuan belajar mengajar, yang menyediakan kesempatan belajar bagi orang dari segala usia, Gereja semestinya melatih dan membina warga jemaatnya untuk belajar menemukan jawaban dari pengalaman hidupnya menuju Rumah Bapa melalui media belajar yang telah tersedia.

2. Pendidikan Dalam Jemaat

(5)  Dalam bahasa Indonesia kata "pendidikan" memiliki banyak persamaan: membina,  mendidik, mengkader: mengarahkan: mendewasakan: menuntun: membentuk: memotivasi: membaharui: membangun: membimbing: memelihara dan memimpin. Pendidikan jemaat merupakan suatu proses belajar mengajar seumur hidup dan merupakan suatu proses untuk mencapai perubahan hidup, yang terdiri dari tiga hal, yaitu perubahan pengetahuan (kognitif), perubahan sikap (afektif) dan perubahan perbuatan.

(6)  Jelaslah sudah bahwa Pendidikan Jemaat memang mempunyai ciri khas, yaitu terutama ditujukan kepada jemaat untuk memampukan  ia bertindak secara bertangung  jawab sebagai pengikut Tuhan Yesus. Usaha Pendidikan Jemaat kategori dewasa lebih banyak ke arah melayani orang supaya ia dimungkinkan mewujudkan tugas dan panggilannya di tengah-tengah dunia dan masyarakat di mana ia berada, dengan segala apa yang ada padanya.

(7)  Pengetahuan mengenai keterkaitan antara hal-hal teologis dengan hal-hal sekuler pun adalah kebutuhan orang dewasa. (8), sehingga gereja sebagai komunitas belajar dapat memberikan pendidikan formatif dan kritis bagi warga jemaatnya. (9) Dalam ranah pendidikan untuk mencapai ilmu pengetahuan, proses belajar sangatlah penting. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. (10) Agar warga jemaat dapat terbina menjadi anggota gereja yang menemukan jawaban pengalaman hidupnya, mengalami perubahan pengetahuan dan memperjelas identitasnya sebagai ekklesia tou theou (perhimpunan dari Allah).

(11)  Pendidikan dalam jemaat merupakan  usaha  gereja  untuk  mendewasakan  warga gereja,  agar  melalui  proses  belajar    mengalami  perubahan  diri  secara terus menerus,warga gereja  mau  dan  mampu  untuk  hidup  dalam  penyembahan,  persekutuan,  pelayanan,  pengajaran. Bahkan  gereja mampu  menjadi  saluran berkat  bagi  lingkungan  sekitar  maupun  mendukung    pekerjaan    Tuhan  dalam bidang misi penginjilan.

(12)  Pembinaan  iman  membuat  anggota jemaat  menjadi  pembelajar.  Thom  dan  Joani  Schultz mengatakan  bahwa,  "Jika  orang  Kristen  tidak belajar, maka iman mereka tidak akan tumbuh. Hal tersebut  dapat  menolong  untuk  melakukan  pembinaan dengan lebih baik dan efektif. (13) Pendidikan dalam jemaat dapat mengubah pola pikir  seseorang.   Gereja dibentuk  dan  dipanggil  oleh  Allah  untuk  membina  warganya  agar  bertumbuh  menjadi  dewasa di   dalam   iman,   watak   dan   perilaku . (14) Dalam  setiap  kesempatan  mengajar  harus  diupayakan  agar  peserta didik  berubah  dalam  hal-hal  rohani,  pikiran,  perasaan,  kemauan  dan  sikap  hati  serta  dalam segi kehidupan

   Pendidikan dalam Jemaat  yang mendasar adalah membimbing warga gereja untuk memiliki pola pikir yang benar, yang sesuai dengan Firman Tuhan  yaitu  berakar,  dan  dibangun  di  atas  Dia, teguh  dalam  iman  serta  hati  yang  melimpah  dalam  syukur  (Kol.2:7).  Sehingga  apapun diperbuat dilakukan  dengan segenap hati untuk  kemuliaan Tuhan (Kol.3:23).

(15)  Dasar teologis Pendidikan Dalam Jemaat adalah alasan Alkitabiah tentang pentingnya pendidikan. Hal tersebut  terdapat dalam Amanat Agung Tuhan Yesus (Matius 28:19-20). Dengan memperhatikan perintah-perintah Tuhan Yesus Kristus kepada para murid-Nya sebelum kenaikan-Nya kesurga, yaitu "pergilah", "jadikanlah", "semua bangsa murid-Ku", "baptislah", dan "ajarlah". Dengan kata lain ada tiga hal yang harus dilakukan para murid Kristus, yaitu memberitakan injil, membaptis dan mengajar.

Amsal 19:2a

"Tanpa pengetahuan, kerajinan pun tidak baik".

 Jadi kesimpulan yang dapat diperoleh, dari pemaparan ini adalah Pendidikan dalam Jemaat sangat penting untuk dilaksanakan dengan benar sesuai Firman Tuhan, dan harus dilaksanakan secara konsisten oleh Gereja.

Daftar pustaka :

1. Yahya Wijaya, Meniti Kalam Kehidupan (Yogyakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 454.

2. Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik (Yogyakarta:Andi,2009), 28-29.

3. Ebenhaizer I Nuban Timo, Manusia,39.

4. Ebenhaizer I Nuban Timo, Manusia, 38-40.

5. Ruth F. Selan, Pedoman Pembinaan Warga Jemaat (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2006) 12-14.

6. Andar Ismail, Ajarlah mereka melakukan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003) 29.

7. Daniel Nuhamara, PAK, 40.

8. Pendidikan formatif menekankan pada penerimaan yang begitu saja dari pendidik sebagai suatu proses di mana peserta didik dibentuk oleh seorang guru/pengajar menurut apriori atau model. Pendidikan kritis merupakan pengujian yang evaluatif terhadap apa yang diberikan, ini merupakan proses di mana guru dan pelajar terlibat dalam suatu pencarian yang sistematis terhadap isu-isu yang dihadapi. Kedua pendidikan ini sama pentingnya dan saling melengkapi. Daniel Nuhamara, PAK, 39.

9. Mochamad Nursalim, Psikologi Pendidikan (Surabaya: Unesa University Press, 2007) 92.

10. Panca tugas GMIT : Koinonia adalah persekutuan yang esa, kudus dan am, nampak dalam persekutuan antara jemaat dan masyarakat dengan mencerminkan kasih Kristus seperti, peningkatan pelayanan pastoral secara profesional bagi warga jemaat. Diakonia adalah pelayanan yang diwujudkan dalam seluruh aspek hidup berjemaat, seperti peningkatan kapasitas fungsionaris gereja. Marturia adalah kesaksian kabar baik untuk segala ciptaan Allah secara utuh seperti, mengembangkan teologia inklusif dan teologia sosial. Liturgia adalah pelaksanaan ibadah bagi Tuhan melalui kehidupan beribadah maupun berjemaat. Oikonomia adala panggilan melaksanakan tugas memelihara dan mengelola dunia ciptaan Allah dengan bijaksana dan adil serta bertanggung jawab.http://rainbowoflife22.wordpress.com/2012/09/08/renstra-gmit-jemaat-silo-2012-2015/diakses pada tanggal 9 September 2013, pukul 09.15.

11. Ruth F. Selan, Pedoman Pembinaan Warga Jemaat(Bandung: Kalam Hidup, 2000), 14-15.

12. Thom dan Joani Schultz, Meningkatkan Kinerja Jemaat(Bandung: Kalam Hidup, 2000), 10.

13. B.S. Sidjabat, Pendewasaan Manusia Dewasa(Bandung: Kalam Hidup, 2014), 1786.

14. Ibid.

15. Paulus Lilik Kristianto, Prinsip & Praktek Pendidikan Agama Kristen, Yogyakarta: ANDI, 2006, 5-6.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun