Mohon tunggu...
Miagasela Aprilia
Miagasela Aprilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

topik konten favorit ilmu sosbud

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keterkaitan Idelogi Pancasila dengan Gerakan 30 September 1965

8 Oktober 2022   23:01 Diperbarui: 8 Oktober 2022   23:04 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

IDEOLOGI PANCASILA DAN GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965

 

     Ideologi Pancasila adalah pandangan atau nilai - nilai luhur budaya dan agama yang digunakan oleh masyarakat Indonesia. Artinya semua nilai yang terkandung dalam Pancasila harus diterapkan dalam kehidupan sehari - hari. Ideologi adalah gabungan dari kata Yunani "ideo" dan "logos", yang berarti tujuan, ideal, sudut pandang, pemikiran, pengetahuan. Ideologi adalah seperangkat ide atau keyakinan yang memandu sudut pandang seseorang untuk mencapai tujuan berdasarkan pengetahuan.

     Panchasila, di sisi lain, berasal dari kata Sansekerta yang terdiri dari dua kata, 'pancha' yang berarti lima dan 'sila' yang berarti prinsip atau prinsip. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ideologi Pancasila adalah kumpulan nilai dan norma yang mendasari keyakinan dan cara berpikir untuk mencapai tujuan berdasarkan pancasila. Oleh karena itu, selain lima sila Pancasila yang perlu diingat dan dipahami, juga penting untuk mengetahui tentang ideologi Pancasila. Maka cinta akan negeri ini akan tumbuh.

Apakah Ideologi Pancasila Berkaitan dengan Gerakan 30 September 1965?

     Gerakan 30 September 1965 menjadi salah satu kisah tergelap di Indonesia. Tragedi yang dijuluki G30S/PKI itu terjadi ketika sekelompok tentara pimpinan Letnan Kolonel Untung menyerbu rumah seorang jenderal yang dituduh berkomplot melawan Presiden Sukarno. Tujuh jenderal tewas, termasuk perwira menengah militer dan polisi Indonesia. Sejauh ini, latar belakang peristiwa G30S/PKI masih menjadi perdebatan. Namun yang jelas, tragedi itu menewaskan enam jenderal dan satu letnan tentara Indonesia. Ini juga menandai dimulainya tindakan keras terhadap anggota atau simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI).

     Gerakan 30 September 1965 adalah peristiwa berdarah yang tidak akan pernah dilupakan oleh bangsa Indonesia. Tak hanya dibunuh secara keji, jenazah petugas juga dijebloskan ke dalam lubang dengan diameter 75 sentimeter dan kedalaman 12 meter, atau dikenal sebagai lubang buaya.

     Sejarah Hari Kesaktian Pancasila diawali dengan peristiwa G30S/PKI pada tanggal 30 September 1965. Dalam insiden itu, enam perwira senior dan seorang kapten tewas di Lubang Buaya setelah diculik. Mereka adalah Mayjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI Raden Suprapto, Mayjen TNI Mas Tiltdarmo Haryono, Mayjen TNI Siswand Perman, Brigjen TNI Donald Isaac Pandjaitan, dan Brigjen TNI Stoyo Siswomiharjo. Jenderal TNI Abdul Harris Nasution sebenarnya adalah target utama dari insiden berdarah itu.Namun, dia selamat dan CZI Letnan Andreas Tendine dan Ade Irma Suryani Nasution terbunuh karena kesalahan mereka. Ada beberapa korban lagi yang tewas dalam pertumpahan darah, bukan hanya pejabat. Di antara mereka juga seorang letnan. Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto, Kolonel Katamso Darmokusumo, dan Bripka Karel Satwit Tubun. Pemberontakan 30 September 1965 diyakini sebagai upaya PKI untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno sekaligus mengubah ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis. Pada 1 Oktober 1965, pukul 18.00, mengutip jurnal gerakan 30 September 1965 dalam perspektif filosofis tentang sejarah Marxisme, yang ditulis oleh Hartha Permata di WIB, Suharto bersama pasukannya mengalami tragedi pemusnahan. memulai strategi untuk mengakhiri Gerakan 30 September. Pasukan RPKAD yang dipimpin Kolonel Sarwo Edhi Wibowo akhirnya berhasil merebut Gedung Pusat RRI dan Markas Telekomunikasi yang dikuasai PKI. Setelah operasi, beberapa orang yang dicurigai terlibat dalam protes 9/30 ditangkap. Satu tahun setelah peristiwa G30S/PKI, tepatnya 17 September 1966, sebagai Panglima Satgas Pemulihan Keamanan dan Ketertiban, Suharto mengeluarkan Keputusan Menteri tentang Pengangkatan Pancasila pada 1 Oktober/Pangdam. hari suci. Menurut Hamid Abdullah dkk. (1987) Tingkat Kesadaran Sejarah Rakyat Jawa Tengah: Dalam buku Kota Semarang, peringatan ini berupaya untuk memperingati Pancasila sebagai ideologi nasional Indonesia yang suci dan tak tergantikan.

        Peristiwa gerakan 30 September 1965 yang dikenal dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) atau G 30 S/PKI merupakan pengkhianatan terbesar terhadap bangsa Indonesia. Komunisme masih menjadi ancaman bagi provinsi Pancasila. Oleh karena itu, secara simbolis, peringatan G 30 S/PKI atau kesaktian Pancasila harus tetap penting untuk membangkitkan kesadaran kolektif masyarakat Indonesia terhadap ancaman terhadap kedaulatan negara. G 30 S PKI merupakan upaya kudeta oleh PKI untuk menggantikan ideologi Pancasila dengan komunisme. Jika komunisme anti-agama, mereka tidak hanya Islamofobia, mereka menolak semua agama. Karena merupakan ancaman, baik pemerintah dan masyarakat harus bersatu untuk lebih merevitalisasi ideologi Pancasila. Perlu dirumuskan cara, cara dan pola baru yang paling tepat untuk memahami, menghayati, mengamalkan dan meneladani Pancasila bagi bangsa Indonesia yang terkadang turun temurun. Bukan melalui indoktrinasi, pemaksaan atau intimidasi, melainkan melalui proses kognitif ilmiah, kultural dan sistematis yang mengakar di benak warga negara Indonesia. Hal lain yang juga penting untuk mendapatkan perhatian kolektif negara ini adalah mengingat sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan terus melakukan upaya penyadaran untuk mengenali identitasnya. warga negara Indonesia. Kita tahu negara ini hebat. Ada banyak ulasan yang menggambarkan ukuran Indonesia, bahkan dibandingkan dengan negara terbesar di dunia dalam hal luas, laut, pulau, populasi, suku, agama, dan ukuran budaya (baca: multi/keanekaragaman). Sebagai bangsa yang besar, Indonesia dibangun di atas cita-cita dan keyakinan besar yang menutupi kebesarannya. Negara ini dibangun oleh orang-orang hebat Indonesia. Dengan demikian, setiap warga negara Indonesia perlu untuk selalu berpikir, berjiwa besar, menyadari kehebatannya sendiri, dan menjawab berbagai tantangan yang ada di hadapannya. Sebagai bangsa yang besar, kita tidak boleh terpengaruh, terseret, apalagi terpecah oleh cara-cara bangsa lain. Cukuplah merenungkan dan mempertimbangkan konsep negara ini. Itu tercermin dalam Piagam kami dan konsep kebangsaan kami. Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, Vinneka Tungal Ika, dll. Bung Karno pernah berkata, ``Tidak ada dua bangsa yang memiliki gaya bertarung yang sama. Kepribadian memanifestasikan dirinya dalam banyak hal, termasuk budaya, ekonomi, dan karakternya (Soekarno, 1958). Apa ciri-ciri dan ciri-ciri suku Bung Karno di Indonesia? Pancasila. Pancasila memberikan warna (pola) karakter identitas sebagai suatu bangsa. Jadi jika pertanyaannya adalah apa ciri khas bangsa Indonesia, jawabannya adalah Pancasila. Lima sila Pancasila disarikan dan disarikan dari nilai-nilai luhur yang ada dan berkembang di Indonesia. Pancasila adalah visi peradaban Indonesia. Umat yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, solidaritas, kebijaksanaan, dan keadilan sosial. Pancasila adalah common denominator yang mempersatukan bangsa Indonesia. Pancasila (philosophisce grondslag) sebagai falsafah dan norma dasar (terrestrial norm) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, Pancasila merupakan dasar negara dan sumber dari segala sumber hukum di dalam negara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun