Mohon tunggu...
Miaa junita
Miaa junita Mohon Tunggu... Lainnya - student

Only a life lives for others is a life worthwhille. - Albert Einstein,1932.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Coronavirus: Bermutasi 1 Juta Kali Lebih Cepat, Mitos atau Fakta?

26 Maret 2020   07:59 Diperbarui: 26 Maret 2020   08:26 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Corona Virus,2019-nCov--mashable.com

Tahun baru 2020 diawali dengan kehebohan dunia yang dimulai dari banjir parah, Iran lawan Amerika, Tiktok yang kembali berjaya, hingga lagenda basket yang meninggal dunia. Dan yang tidak kalah heboh adalah serangan virus mematikan yaitu Virus Corona membuat dunia seperti kebakaran jenggot.

Dilihat dari sejarahnya, Virus Corona pertama kali diketahui sebagai penyebab flu biasa pada tahun 1960, sampai tahun 2002 virus itu belum dianggap fatal. Tapi, setelah adanya Severe Acute Respiratory Syndrom (SARS-cov) di China, para ahli mulai berfokus meneliti virus ini. Dari penelitian ditemukan fakta bahwa penyakit SARS disebabkan oleh bentuk baru Virus Corona. Kemudian pada tahun 2012 juga terjadi wabah yang mirip yaitu Middle East Respirotory Syndrom (MERS-cov) di Timur Tengah.  Dari kedua peristiwa inilah diketahui bahwa Corona bukan virus yang stabil serta mampu beradaptasi menjadi lebih ganas. 

Virus Corona, dari mata turun ke paru-paru dan ginjal, kok bisa?

Virus Corona yang menjangkit dari hewan seperti ular, kelelawar,tikus dan lainnya berpindah ke manusia melalui interaksi seperti memakan daging salah satu hewan yang terinfeksi apalagi jika memakannya dalam keadaan mentah seperti yang terjadi di pasar kota Wuhan, China. Virus Corona masuk ke tubuh manusia bisa saja terhirup bersama udara pernapasan, ikut tertelan atau bahkan terbawa udara dan menempel pada cairan di permukaan mata (murus). 

Saat virus berhasil masuk ke dalam tubuh manusia, barulah kemudian ia berpindah ke bagian tubuh lain dengan mengikuti aliran darah karena tidak memiliki alat gerak. Jadi virus ini kerjaannya cuma diam tapi dia bisa pergi kemana saja dia suka dengan menumpang alat transportasi tubuh. Kebetulan Virus Corona cocoknya disaluran pernapasan oleh karena itu gejala yang ia timbulkan berupa demam dan sesak napas. Ginjal juga akan mengalahkan gagal fungsi karena sel-selnya habis dibabat virus ini. 

Siklus hidup SARS-cov yang termasuk famili Coronavirus--newstarget.com
Siklus hidup SARS-cov yang termasuk famili Coronavirus--newstarget.com

Mekanisme replika virus atau proses memperbanyak dirinya dimulai tepat pada saat virus menempel pada permukaan membran sel inangnya. Virus ini kemudian akan melubangi sel tersebut dan materi genetik Virus Corona (RNA yang berukuran sangat pendek) akan diinjeksikan ke dalam sel inangnya. Sementara tubuhnya yang berupa cangkang protein ditinggal bergitu saja. Ketika sudah terselip ke dalam materi genetik sel inangnya, maka RNA virus dapat memberi perintah untuk menggandakan diri secara otomatis. 

Bahan-bahan untuk membuat individu baru usdah tersedia di dalam sitoplasma sel,dengan bantuan  enzim-enzim sel inang sendiri yaitu enzim replikator dan organel pembentuk sel, RNA Virus Corona akan melakukan replikasi untuk mengisi tubuh virus baru. Dan pembentukan cangkang protein atau kapsid dilakukan oleh ribosom. Virus yang baru akan menginfeksi sel-sel lain yang masih sehat. Gampang kan? Modalnya cuma modal dengkul, itupun dengkulnya si inang-_-

Nah mekanisme replika yang dijelaskan di atas disebut siklus litik.

Lalu ada yang dinamakan siklus lisogenik, dimana materi gen virus hidup berdampingan di dalam sel dengan materi gen inangnya. Hidup damai dengan prinsip elu ya elu, gue ya gue. 

Layaknya seleksi alam yang membentuk evolusi manusia, tanaman dan semua makhluk hidup di planet ini, seleksi alam juga merubah virus. Mereka bermutasi dan mengembangkan model baru dan beradaptasi dengan sistem imun. Seperti virus pada umumnya yang bermutasi dalam kurun waktu 15 atau 20 tahun, Virus Corona ini juga bermutasi menjadi virus baru yang saat ini dikenal dengan nama Novel Coronavirus atau 2019-nCov. 

Dalam kajian biologi, Virus 2019-nCov merupakan virus famili Corinaviridae sebagaimana virus infeksi pernapasan SARS-cov serta virus MERS-cov. Virus Corona bersifat zoogenesis, yaitu virus yang awal mulanya ditularkan melalui hewan. Dalam bentuk fisik, Virus Corona digambarkan memiliki bentuk bulat berdiameter sekitar 100-120 nm.

Coronavirus dilihat dari mikroskop--icloudnews.net
Coronavirus dilihat dari mikroskop--icloudnews.net

Mitos atau fakta bahwa virus ini mampu bermutasi 1 juta kali lebih cepat? Berdasarkan pengelompokannya, Mutasi Virus Corona termasuk sangat cepat,yaitu 1 juta kali lebih cepat, bahkan virus ini memiliki kemampuan mengikat sel manusia 1000 kali lebih kuat dibandingkan SARS-cov. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Seperti yang kita ketahui, virus hanya memiliki salah satu dari materi genetik DNA atau RNA saja, dan Virus Corona termasuk virus yang memiliki RNA ( Asam Ribonukleat),hal inilah yang menyebabkan Virus Corona bermutasi lebih cepat dibandingkan dengan virus lain yang mempunyai materi genetik DNA. 

Mutasi virus RNA, seperti Virus Corona terjadi pada saat proses replikasi RNA. Pada proses inilah RNA negatif disintesa dari RNA positif ataupun sebaliknya yang dilakukan oleh enzim RNA polimerase, dan sekuen RNA yang disintesa adalah yang komplemen dengan templet. Pada saat sintesa RNA inilah RNA polimerase terkadang salah menerjemahkan sehingga yang terbentuk bukan sekuen yang komplemen dengan templet, akan tetapi sekuen yang sudah termutasi. Tidak hanya Virus Corona, virus lainnya yang memiliki materi genetik RNA juga bisa bermutasi 1 juta kali lebih cepat dibandingkan virus DNA.

Sedangkan untuk mutasi virus DNA, yang berperan dalam sintesis adalah DNA polimerase bukan RNA, dan biasanya DNA polimerase juga bisa salah membaca sehingga sekuen yang terbentuk juga sekuen yang termutasi. Akan tetapi, kesalahan ini dapat diperbaiki karena untuk replikasi DNA terdapat enzim exonuclease yang tidak terdapat pada RNA, enzim exonuclease berfungsi sebagai proof reading atau jika ada sekuen termutasi, enzim exonuclease ini akan membuang sekuen tersebut dan menggantinya dengan sekuen yang komplemen dengan templet. Perbedaan inilah yang menyebabkan virus RNA yang didalamnya termasuk Virus Corona bermutasi lebih cepat dibandingkan virus DNA.

Saat ini, di Indonesia sudah banyak orang yang terinfeksi virus Corona, ada baiknya jika kita ikut mencegah penularannya dengan tetap berada di rumah, sering mencuci tangan, menjaga pola makan dan kesehatan. Jika tubuh kita menunjukkan gejala yang ditimbulkan karena penularan virus ini, lebih baik kita langsung menemui dokter agar bisa ditangani lebih lanjut dan mencegah penularannya kepada keluarga terdekat ataupun orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun