Pendapat ketiga : lebih mendekati pada latar belakang sejarah, yakni nama Tugu ada kaitannya dengan prasasti (batu bertulis) yang ditemukan di daerah ini, yaitu batu yang berbentuk bulat telur bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti ini berasal dari abad ke-5 Masehi dan merupakan salah satu dari tujuh prasasti raja Purnawarman dari kerajaan Tarumanegara.
Gereja Tugu
[caption id="attachment_176598" align="alignleft" width="240" caption="foto : pribadi"]
Gereja Tugu adalah salah satu gereja tertua di Indonesia yang terletak di Kampung Tugu, Jakarta Utara. Secara pasti tidak diketahui kapan mulai dibangun, tetapi para ahli sejarah menyimpulkan sekitar tahun 1676-1678 oleh Melchior Leydecker, bersamaan dengan dibukanya sebuah sekolah rakyat pertama di Indonesia.
Pada tahun 1737 dilakukan renovasi pertama dibawah pimpinan pendeta Van De Tydt, dibantu oleh seorang pendeta keturunan Portugis kelahiran Lisabon yaitu Ferreira d'Almeida dan orang-orang Mardijkers.
Tahun 1740 bersamaan dengan terjadinya Pemberontakan Tionghoa (Cina Onlusten) dan pembantaian orang-orang Tionghoa di Batavia, yang terjadi pada masa Gubernur Jendral Adriaan Valckenier yang berkuasa di Batavia pada tahun 1737-1741, Gereja Tugu hancur.
Kemudian pada tahun 1744 atas bantuan seorang tuan tanah Yustinus Vinck gereja ini dibangun kembali, dan baru selesai pada 29 Juli 1747 yang kemudian diresmikan pada tanggal 27 Juli 1748 oleh pendeta J.M. Mohr.
[caption id="attachment_176587" align="alignright" width="300" caption="Foto : Pribadi"]
Areal Gereja Tugu sendiri mempunyai luas sekitar 1,5 hektar. Sebelum sampai pada bangunan fisik gereja, terdapat kuburan orang-orang Portugis, dimana anak keturunannya biasanya akan mendatangi makam pada saat menjelang natal. Sayang saat kami berkunjung pemakaman tersebut tampak kurang terawat, dilihat dari banyaknya rumput liar yang mulai meninggi.
Sampai saat ini gereja yang berukuran 20x12 meter dan tinggi sekitar 8 meter berfungsi sebagai "GPIB Tugu". Gereja yang dapat menampung sekitar 300 jemaat ini terbilang unik, tidak seperti bangunan lain yang biasanya menghadap jalan, Gereja Tugu justru menghadap sungai Cakung. Hal Ini semakin mengukuhkan bahwa, dulu, Cakung merupakan jalur lalu-lintas transportasi air utama untuk menuju gereja.
[caption id="attachment_176759" align="alignleft" width="150" caption="foto : Pribadi"]