Rampan laki-laki yang penyayang. Baginya kasih sayang penghuni panti adalah ibu dan waktu adalah bapak dari segala pencariannya. Rampan terus mencari keluarganya. Rambutnya yang keriting dengan kulit hitam dan mata belok. Rampan sangat manis bagiku.
Beruntung aku kenal dengan om wartawan di warung ibu kala itu. Ia setia membaca semua kisah Rampan yang kurangkum dalam sebuah mini komik. Om wartawanlah yang selalu memberiku penguatan dan akhirnya mengirimkan coretanku ke sebuah majalah anak. Ntah bagaimana kabar om wartawan. Sejak warung ibuku tutup, tak pernah kulihat lagi dia singgah. Kemarin, kutemukan secarik kertas di bawah pintu rumahku.
"Layung anak manis, bagaimana kabarmu sayang. Om membawa kabar yang manis buat Layung. Naskah komikmu diterima penerbit. Dan kau diundang di meja redaksi untuk teken kontrak selama satu tahun. Untuk undangan, om lampirkan di bawah surat ini. Besok pukul 09.00 om jemput ya sayang. Dari om wartawan."
"Rampan, kau sudah sampai di rumah barumu?." Kubersujud sebagai tanda syukurku kepada Allah SWT.
"Terimakasih ya Allah atas anugerah yang diberikan untukku, ibuku. Layung berharap dengan anugrahmu ini Ayahku menerimaku sebagai putrinya yang manis."
"Rampan, lihatlah wajahmu. Kau lelaki hebat. Sekarang kau temukan Ayah dan ibumu. Kau tinggal di rumah yang indah menghiasi mimpi-mimpi anak-anak di negeri ini. Doakan aku ya Rampan, aku juga bisa menemukan Ayahku yang baik, Ayahku yang penyayang dan Ayahku yang mengasihi ibuku. Juga aku berharap menemukan kakak yang melindungiku bukan membiarkan aku dan ibuku sebagai makluk yang tak berharga."
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H