Mohon tunggu...
Muslim muliadi
Muslim muliadi Mohon Tunggu... Lainnya - Hidupmu adalah dimana perhatianmu tertuju

Menunduklah ; Sejenak

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi

8 September 2023   13:44 Diperbarui: 8 September 2023   13:54 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.pelajaran.co.id/wp-content/uploads/2018/04/Filsafat-1.jpg

Filsafat adalah cinta kebijaksanaan. Untuk mencapai cinta kebijaksanaan maka pencarian filsafat minimal terdiri dari empat hal, yaitu kritis, radikal, reflektif dan integral. Semua itu tersusun secara sistematis, sehingga sistematis yang kritis, radikal, kritis dan integral. Yang dimaksud dengan kritis disini adalah dia tidak berhenti pada yang tampak, tidak hanya berhenti pada satu perspektif, tapi akan selalu mencari dari berbagai macam perspektif, tidak hanya mengandalkan dogma, tidak hanya berdasar pada asumsi, tetapi akan mencari secara terus menerus hingga menemukan hakikat dari sesuatu. Kritis dalam pengertian ini akan dilanjutkan pada hal yang kedua yaitu radikal. Berdasarkan kiritisisme itu, filsafat akan mencari aspek aspek hakikat segala sesuatu sampai pada akar -- akarnya hingga mencapai kebenaran atau sampai pada pengetahuan yang jernih. Kemudian yang dimaksud reflektif adalah Upaya untuk mengendapkan apa yang diperoleh, atau tidak terburu -- buru menyatakan sesuatu. Tetapi akan terlebih dahulu mengendapkan kemudian melakukan refleksi untuk menemukan kebenaran yang jernih. Dan yang dimaksud sebagai integral adalah filsafat tidak hanya berhenti pada satu aspek saja, tapi akan selalu mencari pada aspek -- aspek lain, tidak particular, namun akan menelusuri berbagai macam aspek hingga menemukan kebenaran yang jernih.

            Untuk lebih memahami filsafat, maka terlebih dahulu kita membagi tiga wilayah filsafat. Yaitu pada wilayah keberadaan, pengetahuan dan nilai. Kita akan coba urai agar lebih jelas

  • Keberadaan

Keberadaan yang dimaksud disini menyangkut dua hal, yaitu ontology dan metafisika. Ontology adalah mengkaji semesta empiris. Dalam ontology biasa digunakan pertanyaan "apa", mencari hakikat. Pertanyaan ontology misalnya "apakah yang disebut dengan kursi?", jawaban ontologinya adalah "kursi adalah tempat duduk".  Jawaban ontology tentang kursi ini bisa menyatukan dari berbagai bentuk -- bentuk kursi, misalnya kursi A bisa goyang, kursi B tidak bisa goyang, atau kursi A empuk sedangkan kursi B tidak empuk, atau kursi A dari terbuat dari kayu dan kursi B terbuat dari plastic. Semua unsur tentang kursi itu kemudian disatukan dalam pengertian bahwa "kursi itu adalah tempat untuk duduk", itulah yang disebut sebagai ontology.

            Kajian tentang metafisika adalah kajian yang membahas tentang Tuhan, Kosmologi dan Psikologi. Kajian mengenai tuhan berarti akan bicara persoalan teologi, kosmologi akan mengkaji persoalan keteraturan semesta, dan psikologi akan mengkaji persoalan jiwa.

            Jadi pada intinya, keberadaan ini akan mengkaji dua hal yaitu ontology dan metafisika. Ontology secara khusus akan mengkaji persoalan semesta yang empiris. Sedangkan metafisika akan mengkaji persoalan tuhan (teologi), alam (kosmologi) dan psikologi (Jiwa).

Pengetahuan ini terbagi menjadi empat wilayah kajian. Yaitu wilayah epistemology, filsafat ilmu, logika dan metodologi.

Pada wilayah epistemology, yang menjadi pembahasan kajian adalah tentang sumber pengetahuan, bagaimana mencari kebenaran dan bagaimana menemukan kebenaran dari pengetahuan itu. Jadi pada intinya, wilayah epistemology itu ruang lingkup kajiannya ada tiga, yaitu sumber pengetahuan, bagaimana mencari pengetahuan dan bagaimana membuktikan kebenaran dari pengetahuan itu. Misalnya pada sumber pengetahuan itu adalah akal, intuisi dan indra. Cara mencari pengetahuan itu misalnya melalui rasio yang selanjutnya kita sebut rasionalisme, atau melalui indra atau pengalaman yang kemudian kita sebut empirisme, dan selanjutnya akan memunculkan aliran pengetahuan seperti positivisme dan post positivisme. Dan selanjutnya adalah cara membuktikan kebenaran dari pengetahuan itu, ada tiga metode yang bisa digunakan, yaitu metode koherensi, metode korespondensi dan metode pragmatism. Kebenaran koherensi ini adalah antara satu pernyataan  dengan pernyataan yang lain itu saling berkesinambungan. Secara rasional atau akali bisa diterima. Metode koherensi ini yang dianut oleh aliran pengetahuan rasionalisme. Metode korespondensi adalah apa yang dinyatakan sesuai dengan kenyataan. Misalnya pabrik PT IMIP ada di Morowali, itu sesuai dengan kebenaran korespondensi sebab memang bisa dibuktikan bahwa PT tersebut ada disana.  Kebenaran korespondensi ini dilekatkan pada aliran pengetahuan Empirisisme. Sementara metode pragmatism ini adalah bahwa sesuatu dianggap benar apabila sesuatu itu bermanfaat atau berguna bagi kehidupan.

Pada wilayah filsafat ilmu, yang menjadi pembahasan kajiannya adalah ciri -- ciri ilmu. Menjawab pertanyaan bagaimana ilmu disebut sebagai ilmu. Atau bagaimana pengetahuan bisa disebut sebagai ilmu. Dalam filsafat ilmu ini juga membicarakan bagaimana ilmu pengetahuan itu bisa diperoleh. Filsafat ilmu ini penting agar ilmu bisa terus berkembang dan tidak menjadi dogma.

Pada wilayah logika, yang menjadi pembahasan kajiannya adalah mengenai asas -- asas berfikir agar cara berfikir bisa terstruktur, agar kesimpulan yang dihasilkan dari satu argumentasi bisa terarah. Misalnya, Hamka adalah manusia, Manusia pasti mati, maka Hamka pasti mati. Itu yang disebut kebenaran logic.

Pada wilayah metodologi, yang menjadi pembahasan kajiannya adalah metode -- metode yang digunakan untuk mencari kebenaran, atau metode  - metode yang digunakan dalam mencari ilmu pengetahuan.

  • Nilai

Pembahasan tentang nilai ini ada dua kajian, yaitu mengenai etika dan estetika.

Pada wilayah etika, yang menjadi pembahasan kajiannya adalah nilai moral,  mengenai baik dan buruk.  Pada kajian ini kita akan lebih mengetahui bagaimana pengetahuan bisa berdampak baik atau buruk pada setiap kondisi keadaan, baik itu pada kemanusiaan atau pada yang lain. Dari kajian ini juga kita bisa merumuskan mengenai pengetahuan kita, apakah berdampak baik pada yang lain atau malah membawa dampak kurang baik. Teori tentang nilai pengetahuan ini akan banyak dibahas oleh para filosof, seperti Immanuel kant yang memperdebatkan bahwa apakah nilai itu berasal dari tuhan ataukah nilai itu adalah hal mendasar dari sisi manusia itu sendiri.

Pada wilayah estetika, akan membicarakan perihal indah atau tidak. Jadi disamping membahas soal nilai, filsafat juga akan membicarakan persoalan keindahan. Filsafat akan menjaga keserasian semesta, begitupun seorang filosof, mesti harus menjaga harmoni dan keindahan. Dalam kajian keindahan ini akan membahas persoalan manusia dan alam semesta sebagai keseimbangan. Alam semesta disebut sebagai makrokosmos dan manusia disebut sebagai mikrokosmos.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun