Mohon tunggu...
MUHAMMAD REZA SETIAWAN
MUHAMMAD REZA SETIAWAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - forester I practitioners I learners I reader I traveller I adventurer !

Jalanmu mungkin tidak cepat namun percayalah rencana Allah selalu tepat! Sabar, ikhlas, ikhtiar. ~ Sajak Salaf

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Secuil Cerita Data Desa Presisi dari Desa Melinggih Kelod, Gianyar

17 Maret 2024   00:18 Diperbarui: 20 Maret 2024   09:15 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Pemangku Kepentingan di Desa Melinggih Kelod (Dok. Pribadi)

Cerita lainnya adalah jika menyimpan atau memarkirkan motor berserta kuncinya, tetapi motor itu tidak hilang, mungkin kalau di daerah lain motornya sudah lenyap di telan angin wkwk. Hal ini karena adanya kepercayaan masyarakat desa tentang “karma”, yaitu suatu perbuatan yang dilakukan akan kembali ke diri sendiri.

***

Selain secangkir kopi yang mampu memberikan cerita menarik, dan kisah motor bersama kuncinya, juga tak kalah menariknya adalah cerita keramahan dan sopan santun masyarakat desa, adat istiadat—seperti pakaian adat, pura-pura hingga tarian khas—dan keindahan alam yang ada di Desa Melinggih Kelod.

Selama bertugas, saya dan tim diterima dan dijamu dengan baik—seperti cerita kopi sebelumnya. Kegiatan budaya dan keagamaan juga menjadi pemandangan menarik lain, ditambahkan dengan spot-spot wisata yang ada—mengingat Desa Melinggih Kelod atau disingkat Melko terkenal dengan sektor pariwisatanya (ATV, arum jeram, dan resort atau villa) yang menjamur dimana-mana.

Meskipun saya belum sempat menikmati beberapa wahana wisata di sana, tetapi saya bersyukur dan senang dapat menginjakkan kaki di Desa.

***

Sebagai pendatang Muslim, saya benar-benar merasakan toleransi yang luar biasa hangatnya. Bagaimana tidak, 83,57% masyarakat Bali beragama Hindu, sedangkan Islam hanya 13,39%, sedangkan tempat kami tinggal yaitu Kabupaten Gianyar, masyarakat Hindu mencapai 95,30%, sedangkan penganut agama Islam hanya sekitar 4,01%.

Kondisi tersebut jelas menunjukkan Islam menjadi agama yang minoritas. Namun, selama di sana, saya diterima dan dijamu dengan baik, bahkan dianggap sebagai keluarga. 

Selama di sana juga, saya sangat menjaga makanan, ya kita tahu Bali. Syukurnya, masyarakat di sana sangat memahami itu dan selalu memberikan makanan-makanan yang saya inginkan “halal toyyiban”.

Dan masih banyak kisah dan cerita menarik lainnya yang tidak bisa saya tuliskan hehe...

Beberapa cerita menarik di atas, seperti kopi khas Bali, motor dan kunci, keramahan dan sopan santun masyarakat, adat istiadat, dan keindahan alam yang ada menjadi anugerah tersendiri bagi pulau Bali dan kearifan lokal masyarakatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun