Mohon tunggu...
MUHAMMAD REZA SETIAWAN
MUHAMMAD REZA SETIAWAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - forester I practitioners I learners I reader I traveller I adventurer !

Jalanmu mungkin tidak cepat namun percayalah rencana Allah selalu tepat! Sabar, ikhlas, ikhtiar. ~ Sajak Salaf

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Secuil Cerita Data Desa Presisi dari Desa Melinggih Kelod, Gianyar

17 Maret 2024   00:18 Diperbarui: 20 Maret 2024   09:15 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendampingan Teknis Enumerator Br. Tibekauh (Dok. Pribadi)

Balumbang Jaya, Bogor - Hampir setahun berlalu, sejak meninggalkan Desa Melinggih Kelod, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali.

Ya, waktu itu, saya dan tim “Tegallalang-Payangan” sedang menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai pendamping desa atau supervisor sosial pada program Data Desa Presisi (DDP) Institut Pertanian Bogor. Bagi saya, hal ini adalah pengalaman perdana saya terlibat dalam program DDP.

Banyak cerita dan pembelajaran menarik selama di Bali umumnya dan Desa Melinggih Kelod khususnya, baik dari dimensi sosial-budaya, ekonomi, kelembagaan maupun ekologi, yang semuanya masih tersimpan rapi dalam memori ingatan saya. Sungguh sebuah perjalanan pembelajaran yang sangat berkesan dan luar biasa.

***

Salah satu cerita menarik yang masih teringat adalah suguhan “secangkir kopi” panas—dengan kopi setengah gelas—yang saya dapatkan, setiap berkunjung ke rumah-rumah warga dan kantor Desa (mungkin hampir semua daerah akan melakukan hal yang sama yaa, tetapi pengalaman saya selama berada di luar daerah, Bali punya nuansa dan magnet yang berbeda sih). Lanjut!

Maklum saja, sejak berada di Desa Melinggih Kelod, saya hampir setiap hari berada di Desa—untuk mendampingi dan membantu enumerator atau pengambil data lapangan—dan tak jarang ikut berkantor di Kantor Desa. Mungkin saja semua perangkat desa Melinggih Kelod dan penjaga kantin desa mengenal sekaligus bosan melihat saya karena keseringan muncul hehe!

Tiap kali berkunjung, kopi panas khas Bali selalu disajikan kepada saya. Hingga suatu ketika, pada saat mendampingi salah satu enumerator. Sudah hampir dua jam lamanya kami duduk memberikan pertanyaan, kopi yang biasanya saya terima tak kunjung dibuat. Karena gelisah dan merasa ngantuk, saya pun keceplosan berkata “duh, sepertinya bagus kalau ada kopi ini Pak siang-siang,” sambil tertawa hehe.

Mungkin karena repleks, lalu Bapak yang sedang diwawancarai bergegas masuk ke dapurnya untuk membuat kopi—padahal waktu itu sesi wawancara belum selesai oleh enumerator hehe...!

Tak lama setelah itu, Bapak enumerator yang saya dampingi waktu itu berbisik, “Za, kamu ini (sambil tertawa), tidak enak saya, jangan begitu”. Saya pun hanya tersenyum, dan saat Bapak respondennya datang—dengan membawa 3 gelas kopi, saya pun langsung berkata, “Pak, mohon maaf, saya tadi hanya bercanda (sambil tersenyum dalam hati),”.

Setelah semua pertanyaan selesai, kami pun pamit pulang, dan bergeser ke warung kakak Bapak enumerator. Ketika duduk di warung, beliau pun tidak menyangka jika saya akan berkata seperti itu (sambil tertawa terbahak-bahak).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun