Mohon tunggu...
MUHAMMAD REZA SETIAWAN
MUHAMMAD REZA SETIAWAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - forester I practitioners I learners I reader I traveller I adventurer !

Jalanmu mungkin tidak cepat namun percayalah rencana Allah selalu tepat! Sabar, ikhlas, ikhtiar. ~ Sajak Salaf

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Keunggulan Metode Quarre dan Bor terhadap Produktivitas Getah, Kesehatan serta Pertumbuhan Pohon Pinus

24 Mei 2021   13:06 Diperbarui: 15 Oktober 2022   10:33 2066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bogor, Jawa Barat - Hutan menyediakan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, baik manfaat hasil hutan berupa kayu maupun hasil hutan bukan kayu (HHBK). Pemanfaatan hasil HHBK bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Disisi lain, pemanfaatan HHBK tidak memerlukan teknologi yang canggih, namun mampu memberikan produk yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan ramah lingkungan.

Salah satu hasil HHBK yang bernilai komersial dan potensial untuk dikembangkan saat ini adalah getah pinus. Getah pinus adalah salah satu HHBK yang bernilai komersial dan potensial untuk dikembangkan saat ini (Lempang 2017). Pinus mercusii Jungh et de Vriese termasuk tanaman asli Indonesia yang termasuk dalam family Pinaceae. Pohon pinus ini disebut juga dengan nama damar bunga, nama batu, kayu sala, kayu sugi, tusam, dan huyam (Sumatera) atau pinus (Jawa) serta tersebar di beberapa daerah seperti Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh dan seluruh Jawa.

Disamping dimanfaatkan kayunya sebagai bahan baku pembuatan peralatan rumah tangga, kertas, hiasan dinding, dan furniture. Getah pinus juga disadap getahnya sebagai bahan baku gondorukem dan terpentin. Gondorukem digunakan sebagai bahan campuran batik tulis dan cetak, dan tidak hanya itu, juga dapat diolah untuk campuran bahan-bahan cat, sabun, dan vernis. Sedangkan terpentin digunakan sebagai bahan baku maupun campuran dalam industri cat, minyak, deterjen, parfume, insektisida, plastik, obat-obatan, dan karet.

Getah pinus merupakan semacam oleoresin yakni campuran senyawa komplek resin dan terpentin cairan kental dan lengket, benim atau buram. Oleoresin ini dapat larut dalam alkohol, benzene, eter dan banyak pelarut lainnya, tetapi tidak larut dalam air. Pemanfaatan getah pinus dilakukan dengan cara penyadapan. Penyadapan getah pinus dapat dilakukan dengan berbagai metode quarre (Koakan), bor, dan kopral (riil) dengan menggunakan atau tanpa menggunakan stimulan atau cairan perangsang. Namun demikian, pada tulisan ini hanya akan membahas perbedaan dan keunggulan pada metode quarre (koakan) dan metode bor.

Metode Quarre (Koakan)

Penyadapan dengan metode ini berbentuk huruf U terbalik. Penyadapan dilakukan dengan mengerok lapisan kulit luar pohon pinus sampai kulit bagian dalam pohon terlihat. Kemudian melukai pohon dengan alat sadap yang disebut kedukul/pethel/kedakul dengan ukuran koakan lebar ± 5 cm, tinggi 20-30 cm dan tebal ± 3 mm atau sampai menyentu kayu bagian dalam (Sukadaryati 2014).

Selanjutnya mengukur dengan alat pengukur (pita ukur) yang ditempelkan ke batang pohon bagian dalam. Menandai batang pohon bagian dalam sesuai dengan bentuk pita ukur dengan menggunakan kapur untuk memudahkan proses penyadapan getah pinus. Membuat kotak-kotak vertikal pada pohon bagian dalam dengan jumlah sesuai perlakuan (pita ukur). Berikutnya membuat lubang pada bagian bawah batang pinus ± 3-5 cm. Meratakan bagian bawah lubang dengan menggunakan parang yang dipukul dengan alat kedakul. Menyimpan talang sadap ukuran 10 cm x 3 cm dan batok kelapa sebagai tempat aliran dan penampung getah pinus.

Berikutnya menyemprotkan cairan stimulan (H2SO4) dengan menggunakan semprotan. Menunggu getah pinus mengalir ke wadah yang telah disediakan. Arah koakan vertikal sehingga getah dapat mengalir ke bawah menuju tempat penampungan getah. Getah yang dikeluarkan ditampung di batok.

Kegiatan penyadapan dengan metode quarre (koakan) terlebih dahulu dengan mempersiapkan peralatan sadap meliputi: kedukul/pethel/kedakul, pita ukur, parang, talang sadap ukuran 10 cm x 3 cm, batok kelapa, semprotan dan cairan asal sulfat (H2SO4) atau stimulun. Pengerjaan metode koakan relatif aman dengan menggunakan pakaian yang sederhana seperti topi, sepatu bot, sarung tangan, celana dan baju lengan panjang.

Penyadapan ini cukup melibatkan satu orang pekerja (tenaga kerja lebih sedikit) yang dapat dikerjakan seorang diri, mulai dari pengerok kulit pohon sampai pengambilan getah pinus. Pembuatan lubang sadap dilakukan dengan posisi duduk/jongkok, serta  dilakukan pada satu pohon pinus saja untuk setiap lubang sadap. Hal ini disebabkan ukuran lubang yang relatif lebih besar dan lebar.

Selain itu, biaya metode penyadapan koakan lebih murah dan mudah dilaksanakan sehingga banyak dipilih oleh para petani. Sejalan dengan itu, Dulsalam (1998) dalam Sukadaryati (2014) menjelaskan bahwa biaya yang diperlukan dalam penyadapan cara bor lebih tinggi daripada koakan sehingga penyadapan koakan lebih disarankan dalam penyadapan pinus.

Metode Bor

Pembuatan luka sadap dimulai dari bagian pangkal batang (± 20 cm di atas tanah), luka sadap berbentuk lubang bor diameter 1,9 cm dengan kedalaman lubang bor 4 cm, 6 cm, dan 8 cm (sesuai perlakuan) (Lempang 2017). Lubang sadap dibuat miring dari luar (kulit batang) ke arah atas menuju pusat batang (empelur) dengan sudut kemiringan 25o. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan getah mengalir dari dalam batang pohon ke dalam wadah penampungan getah (kantong plastik) melalui saluran getah (pipa paralon yang berdiameter 1,9 cm dan panjang 6 cm) yang telah disediakan.

Berikutnya membersihkan lubang sadap dengan menggunakan sikat gigi, kemudian menyemprotkan stimulan (H2SO4) sebanyak satu kali ke dalam lubang sadap menggunakan alat penyemprot dengan konsentrasi tertentu. Meniup ujung pipa untuk mengembangkan kantong plastik agar tidak susut, diikuti dengan pemasangan pipa paralon (saluran getah).

Pada ujung luar pipa paralon dipasang/digantung kantong plastik ukuran 7 cm x 18 cm (wadah penampungan getah) dan ujung kantong diikat pada pipa paralon menggunakan rafia. Pengikatan kantong plastik/penampung getah pada pipa paralon bermaksud agar kantong penampung getah tersebut tidak jatuh dan getah yang tertampung tidak tercampur kotoran dan air hujan pada saat penyadapan berlangsung (Lempang 2017). Pembuatan lubang bor baru dilakukan melingkar batang (horizontal), jumlah lubang melingkar batang sebanyak 4 buah dan jarak antara lubang bor 20-25 cm.

Kegiatan penyadapan dengan metode bor terlebih dahulu mempersiapkan peralatan sadap meliputi: alat bor, pipa paralon, kantong plastik, semprotan dan cairan asal sulfat (H2SO4) atau stimulun. Pengerjaan metode bor juga relatif aman dengan menggunakan pakaian sederhana seperti topi, sepatu bot, celana dan baju lengan panjang.

Kegiatan ini melibatkan dua orang pekerja (tenaga kerja lebih banyak), sebagai pembuat lubang sadap dengan bor dan penyimpan getah dengan memasang pipa paralon yang telah diikat kantong plastik ke dalam lubang sadap. Pembuatan lubang sadap dilakukan dengan posisi duduk/jongkok/setengah berdiri sesuai dengan kondisi topografi, serta pembuatan lubang sadap dilakukan dari 4 penjuru mata angin atau dengan membuat 4 lubang di masing-masing sisi pohon pinus. Selain itu, biaya metode penyadapan ini cenderung lebih mahal.

Produktivitas Getah

Perbedaan hasil getah pinus yang diperoleh dipengaruhi oleh luas bidang sadap yang dibuat dengan menggunakan dua cara yakni metode quarre (koakan) dan bor. Penyadapan pinus dengan metode quarre (koakan) memiliki produktivitas getah yang lebih besar dibandingkan dengan metode bor. Hasil penelitian Sukadaryati (2014) menunjukkan bahwa metode penyadapan koakan menghasilkan getah pinus lebih besar dibandingkan metode bor, yaitu berkisar 4,58-40,54 g dengan rata-rata 18,01 g, sedangkan metode bor berkisar 0,04-39,37 g dengan rata-rata 11,16 g. Metode quarre memiliki luas bidang sadap yang lebih besar yang lebar mencapai ± 5 cm dan tinggi 20-30 cm, sedangkan luas bidang sadap metode bor diameter 1,9 cm. Menurut Sukadaryati (2014) bahwa semakin luas bidang sadap yang dibuat akan semakin besar peluang terpotongnya saluran getah pada kayu gubalnya sehingga getah yang dihasilkan akan semakin banyak pula.

Meskipun dari produktivitas getah lebih banyak, metode quarre (koakan) memiliki kekurangan yaitu getah yang dihasilkan lebih kotor, sedangkan metode bor meghasilkan getah yang lebih bersih. Menurut Sukadaryati (2014), cara sadapan dengan bor menghasilkan getah yang lebih bersih dan jernih dibandung dengan teknik kedukul. Hal ini disebabkan karena getah hasil sadapan dengan bor ditampung langsung ke dalam plastik dan tertutup rapat, sehingga pengotor-pengotor berupa daun-daun pinus, tanah, dan lain-lain tidak masuk ke dalam plastik. Sementara itu getah yang dihasilkan dari sadapan kedukul ditampung dalam batok sehingga pengotor mudah masuk dan bercampur dengan getah.

Hasil penelitian Sukadaryati (2014) menunjukkan bahwa kadar pengotor getah pinus dengan metode kedukul lebih tinggi yakni berkisar 3,55-12,00% dengan rata-rata 7,49%, sedangkan metode bor hanya berkisar 2,30-6,88% dengan rata-rata 3,96%. Senada dengan itu, Wiyono (2010) menjelaskan bahwa penyadapan getah pinus dengan teknik koakan akan menghasilkan getah yang lebih tinggi dalam waktu singkat dengan biaya murah tetapi kadar pengotor tinggi. Sedangkan penyadapan dengan teknik bor memiliki kadar pengotor getah yang rendah tetapi rendemen yang dihasilkan rendah dengan biaya penyadapan yang tinggi.

Kesehatan dan Pertumbuhan Pohon

Penyadapan pinus dengan cara bor merupakan sistem penyadapan yang bersifat tertutup dengan luka sadap yang lebih masuk ke dalam batang, sedangkan cara quarre (koakan) merupakan sistem penyadapan yang bersifat terbuka dengan luka sadap yang lebar. Luas permukaan luka sadap yang lebar memungkinkan hama penyakit dapat masuk ke batang melalui luka batang, yang dapat menganggu pertumbuhan pohon. Metode bor tidak banyak melukai batang pohon dan cenderung lebih sulit terkena hama penyakit.

Metode bor mempunyai keunggulan dalam meminimalkan kerusakan kayu akibat luka sadap, kesehatan pohon lebih terjaga dan mengurangi resiko pohon tumbang akibat angin kencang (Sukadaryati 2014). Lebih jauh, Sukadayarti (2014) menjelaskan, metode bor, luka sadap yang kecil diharapkan lebih cepat menutup kembali seiring dengan pertumbuhan batang pohon. Upaya rekayasa alat bor semi mekanis perlu dikembangkan untuk mempermudah pembuatan luka sadap tentu dengan pertimbangan ekonomi, sosial dan lingkungan.

Tahapan kegiatan dengan metode quarre (koakan) dan bor memiliki perbedaan yang signifikan sehingga penerapan kedua metode tersebut berkorelasi terhadap hasil getah pinus yang diperoleh. Pemilihan metode dalam penyadapan getah pinus berpengaruh dengan hasil getah pinus yang akan diperoleh.

Metode quarre (koakan) memiliki keunggulan terhadap produktivitas getah pinus yang lebih besar, tetapi memiliki kelemahan dalam kerentanan pohon terkena penyakit yang akan mempengaruhi pertumbuhan pohon. Luas lubang sadap yang terlalu besar menyebabkan batang pohon rentan terkena hama penyakit dan pohon tumbang akibat batang bagian bawah yang luka. Pada sisi pelaksanaan kerja, biaya metode quarre (koakan) lebih murah, praktis, dan mudah untuk dilaksanakan.

Berbeda dengan metode quarre (koakan), metode bor memiliki keunggulan dalam meminimalkan kerusakan kayu akibat luka sadap. Metode ini tidak banyak melukai batang pohon. Penggunanaan metode ini memungkinkan untuk terkena hama penyakit sangat rendah akibat luka sadap yang kecil, dan pertumbuhan pohon cenderung baik karena luka pohon yang tidak banyak. Namun, memiliki kelemahan dalam produktivitas getah pinus yang lebih rendah. pada sisi pelaksanaan kerja, biaya metode bor lebih tinggi dan serta membutuhkan tenaga kerja yang banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun