Mohon tunggu...
MUHAMMAD REZA SETIAWAN
MUHAMMAD REZA SETIAWAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - forester I practitioners I learners I reader I traveller I adventurer !

Jalanmu mungkin tidak cepat namun percayalah rencana Allah selalu tepat! Sabar, ikhlas, ikhtiar. ~ Sajak Salaf

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Harvesting Planning dan Implikasi Reduced Impact Logging (RIL) in the Tropical Rainforest

28 April 2021   10:01 Diperbarui: 15 Oktober 2022   10:27 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan Hutan dan Lahan (Dok. Climate Institute)

Kegiatan pemanenan kayu menyumbang emisi karbon dan CO2 di atmosfer. Pearson et al. (2017) menemukan bahwa emisi yang terkait dengan panen kayu menyumbang lebih dari setengah dari total emisi degradasi (53%), diikuti oleh woodfuel (30%) dan kebakaran (17%). Emisi dari degradasi hutan mewakili seperempat dari total emisi dari deforestasi dan degradasi hutan.

Sistem pemanenan kayu yang berkelanjutan dan bernilai ekonomis dapat melindungi ekosistem hutan dari hilangnya keanekaragaman hayati. Untuk mencegah hilangnya keanekaragaman hayati akibat pemanenan kayu, beberapa catatan penting dalam pemanenan yakni, (1) operasi penebangan kayu harus dijadwalkan terhadap musim berkembang biak dan bersarang untuk spesies satwa liar yang sangat terancam punah, (2) pohon di areal pemanenan harus dibiarkan untuk beregenerasi dan menyediakan sarang dan tempat bersarang, sumber makanan, penutup dan koridor perjalanan bagi satwa liar, (3) konservasi yang sesuai untuk spesies tumbuhan bawah, serta sobekan, tebangan dan puing-puing kayu di lokasi penebangan harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan habitat satwa liar, (4) vegetasi alami dalam kawasan pengelolaan hutan harus dikelola untuk memastikan berbagai tahapan suksesi (Okon 2018).

Penerapan teknik Reduced Impact Logging (RIL) mampu menghasilkan peningkatan substansial dalam retensi karbon (Griscom et al. 2014) dan keanekaragaman hayati (Bicknell et al. 2014). Namun, menurut Putz & Romero (2015) pekerja yang terlatih sangat penting untuk dapat berkontribusi dalam pengelolaan lestari. Meskipun prosedur pemanenan telah mengadopsi teknik RIL tetapi jika didukung dengan kemampuan pekerja yang terlatih maka menyebabkan teknik RIL tidak berjalan optimal dan justru memberi dampak yang lebih besar. Menurut Dykstra (2005), prinsip-prinsip ini adalah untuk mengurangi dampak negatif ekologi dan sosial dari operasi industri kegiatan pemanenan kayu.

Salah satu faktor terpenting dari penebangan teknik RIL adalah inventarisasi sebelum kegiatan pemanenan. Inventarisasi ini menyediakan data untuk perencanaan penebangan, termasuk pemilihan sistem pemanenan berdampak rendah, pelatihan staf dan operator mesin, pembukaan jalan hutan dan jalan sarad, volume yang akan ditebang, dan siklus rotasi. Penilaian pasca panen memberikan data yang diperlukan untuk pengendalian dampak operasi (Supryatno & Becker 1998).

Penjelasan Putz et al. (2008), RIL ditunjukkan kepada mengurangi kerusakan tambahan sebesar 20% –50%. Namun, a) memajukan regenerasi spesies kayu bernilai tinggi sering tidak ada di tegakan sisa untuk memulai, dan (b) terlepas dari apakah RIL telah diterapkan dan apakah terdapat regenerasi awal, intensitas penebangan yang tinggi dan diameter pemotongan minimum yang rendah biasanya tertinggal persentase tinggi kanopi di celah terbuka (20%–50%) bahwa tegakan sisa menjadi dijajah oleh tumbuh cepat, tanaman merambat yang menyukai cahaya dan spesies pionir. Higman et al. (2005) menjelaskan teknik RIL mampu mengurangi kerusakan pada tegakan sisa hingga 40%. Penerapan RIL telah terbukti efektif di seluruh dunia dalam mengurangi kerusakan jaminan pada tegakan sisa sebesar 20% - 50% (Okon 2018). Penelitian Muhdi et al. (2014) menunjukkan bahwa dengan diterapkan teknik pemanenan kayu RIL dapat mengurangi atau menekan kerusakan tegakan tinggal tingkat tiang dan pohon. Selain itu, Muhdi & Hanafiah (2007) menyatakan pemanenan kayu dengan teknik RIL dapat menurunkan derajat kerusakan tegakan dibandingkan pemanenan kayu konvensional 13,62% dan mengurangi tingkat keparahan kerusakan tegakan.

Dalam meta-analisis baru-baru ini dari 287 studi yang diterbitkan yang berisi 1008 perbandingan kekayaan spesies yang dikelola dan hutan yang tidak dikelola, Chaudhary et al. (2016) dalam Wood (2018), menemukan itu RIL memang mengurangi dampak penebangan terhadap kekayaan spesies (dibandingkan dengan penebangan selektif konvensional, yang mengurangi kekayaan sebesar 13%). Sementara itu, sebuah studi baru-baru ini di Amazon Brasil menemukan, tahun setelah penebangan, biomassa berkurang 14% oleh RIL dan 24% dengan penebangan konvensional, sesuai pengurangan volume spesies yang dapat diperdagangkan sebesar 21% dan 31%, temuan tersebut juga mendukung klaim bahwa penggunaan teknik RIL mempercepat laju biomassa dan stok kayu pemulihan setelah penebangan selektif (Vidal et al. 2016 dalam Wood 2018).

Hutan hujan tropika memiliki struktur penyusun yang kompleks, baik tingkat vegetasi, spesies mikroorganisme, keaneragaman hayati, manfaat hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan jasa lingkungan. Perencanaan dan pelaksanaan menjadi faktor penentu untuk memperoleh hasil yang optimal dengan mampu memaksimalkan kualitas dan kuantitas produk kayu, meminimalkan biaya operasi, memperkuat simpanan karbon hutan, mengurangi emisi karbon dioksida, dan meminimalisir dampak kerusakan tingkat tegakan tinggal. Pemanenan kayu adalah kegiatan yang tidak terlepas dari dampak yang disebabkan. Oleh sebab itu, penerapan Reduced Impact Logging atau penebangan berdampak rendah (RIL) dapat menjadi alternatif dalam menyelesaikan persoalan kerusakan hutan akibat kegiatan pemanenan dengan pendekatan kelestarian ekosistem. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun