Mohon tunggu...
MUHAMMAD REZA SETIAWAN
MUHAMMAD REZA SETIAWAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - forester I practitioners I learners I reader I traveller I adventurer !

Jalanmu mungkin tidak cepat namun percayalah rencana Allah selalu tepat! Sabar, ikhlas, ikhtiar. ~ Sajak Salaf

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Harvesting Planning dan Implikasi Reduced Impact Logging (RIL) in the Tropical Rainforest

28 April 2021   10:01 Diperbarui: 15 Oktober 2022   10:27 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan Hutan dan Lahan (Dok. Climate Institute)

 

Bogor, Jawa Barat - Perencanaan pemanenan merupakan bagian penting dalam pengelolaan hutan. Perencanaan pemanenan kayu merupakan salah satu bagian dari perencanaan pengelolaan hutan lestari yang merupakan komponen dari perencanaan tata guna lahan yang komprehensif (Okon 2018).

Perencanaan pemanenan bertujuan untuk meminimalkan kerusakan hutan dan dampak ekologi yang diakibatkan dari penebangan kayu, meningkatkan kualitas dan kuantitas kayu bulat, menekan biaya operasi, dan mengurangi kerusakan limbah pemanenan kayu (Elias 2015). Perencanaan atau implementasi rencana hutan yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian, seperti degradasi lingkungan, limbah kayu yang berlebihan, pemanfaatan yang buruk dari sumber daya, dan cedera bagi pekerja (Sessions 2007). Olehnya itu, kualitas perencanaan dalam kegiatan pemanenan sangat penting dalam menentukan keadaan ekosistem hutan setelah pemanenan.

Pemanenan kayu yang tepat harus dimulai dengan perencanaan yang tepat, pekerja terlatih dan termotivasi (petugas penebang) dengan pengawas yang kompeten secara teknis. Rencana pemanenan kayu terdiri dari tiga jenis yakni rencana strategis, taktis dan operasional (Okon 2018). Rencana strategis pemanenan yang disiapkan oleh tim perencanaan hutan merupakan rencana jangka panjang dan mencakup wilayah yang luas. Ini harus membatasi area non-panen, membagi hutan yang dapat dipanen menjadi wilayah operasi tahunan (coupe) dan merancang sistem transportasi utama. Ini mungkin termasuk pedoman manajemen, pembangunan fasilitas dan intensitas manajemen.

Rencana pemanenan taktis adalah rencana jangka pendek (yaitu mencakup periode yang lebih pendek) dan disiapkan oleh tim yang bertanggung jawab langsung untuk pengawasan operasi pemanenan (FAO 1996 dalam Okon 2018). Rencana panen operasional memasukkan tindakan yang diperlukan untuk melakukan operasi di lapangan. Rencana pemanenan juga harus menentukan peralatan yang akan digunakan dan waktu operasi, dan harus mencakup rencana kontingensi untuk badai hebat dan kejadian ekstrim lainnya (Okon 2018).

Pemanenan kayu adalah salah satu kegiatan pemanfaatan hutan yang menghasilkan hasil hutan berupa kayu melalui proses atau tahapan perencanaan pemanenan kayu, penebangan pohon, penyaradan, dan pengangkutan kayu untuk dimanfaatkan oleh masyarakat (Elias 2015). Pemanenan kayu merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hasil  dan keuntungan maksimal berdasarkan asas kelestarian (Simon 2010). Pemanenan mencakup semua kegiatan yang diperlukan untuk menebang pohon dan memindahkannya dari hutan ke tempat penebangan kayu, pinggir jalan atau lokasi lain untuk pemuatan dan pengangkutan (Higman et al. 2005).

Pada prinsipnya, pemanenan kayu di hutan hutan tropika berdampak terhadap kerusakan vegetasi, sehingga filosopi pemanenan pada dasarnya yaitu untuk meminimalkan kerusakan yang terjadi. Werger (2012) menjelaskan bahwa pemanenan kayu memberikan dampak terhadap perubahan ekologi hutan. Perubahan ekologi hutan dipengaruhi dengan intensitas pemanenan kayu yang dilakukan. Meskipun dengan intensitas pemanenan yang rendah, penebangan konvensional memberikan dampak kerusakan hutan di sekitarnya, baik karena jatuhnya pohon besar, kerusakan insidental, ekstraksi kayu gelondongan atau penciptaan jalan penebangan (Rutishauser & Herold 2007).

Kurangnya rencana penebangan yang memadai juga dapat mengakibatkan masalah penjadwalan yang sangat meningkatkan gangguan dan memaksa pengawas penebangan untuk mengelola dari krisis ke krisis daripada melakukan operasi secara sistematis dan terorganisir (Okon 2018).

Menurut FAO (1996) dalam Okon (2018) rencana pemanenan strategis dan taktis harus mampu memenuhi tujuan meliputi (1) mengoptimalkan tingkat produksi panen (2) meminimalkan dampak lingkungan dan lainnya yang terkait dengan operasi penebangan (3) menyediakan akses yang efisien ke hutan untuk tujuan silvikultur, perlindungan dan transportasi (4) meminimalkan biaya panen dan transportasi, tergantung pada kendala yang disebabkan oleh pertimbangan lingkungan, ekologi dan sosial (5) mengidentifikasi peluang untuk mengkoordinasikan pemanenan kayu dengan pengumpulan hasil hutan non-kayu (6) memberikan fleksibilitas sehingga rencana dapat berubah untuk memanfaatkan informasi baru atau situasi yang berubah, dan terakhir (7) melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja dan publik.

Definisi awal kehutanan berkelanjutan terkonsentrasi pada sumber daya kayu dari sejumlah spesies pohon komersial yang terbatas. Namun belakangan, pentingnya produk dan jasa lain yang disediakan oleh hutan seperti peran hutan dalam mata pencaharian masyarakat lokal, pembangunan pedesaan, dan pengentasan kemiskinan menjadi fokus perhatian (Werger 2011). Konsep pengelolaan hutan lestari saat ini mencakup kelanjutan rotasi produk kayu dan jasa lain, seperti perlindungan pasokan air bersih, tanah dan situs budaya, dan hasil hutan non-kayu yang berkelanjutan, serta kayu. Pengelolaan hutan lestari telah digambarkan sebagai kontribusi kehutanan terhadap pembangunan berkelanjutan (Higman et al. 2005).

Konsep pembangunan berkelanjutan mengakui bahwa pemanfaatan hutan akan mengubah ekosistem alam, tetapi konservasi itu sama pentingnya. Olehnya itu, pemanfaatan hutan lestari penting untuk mencapai tujuan sosial nasional, seperti lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan (Higman et al. 2005).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun