Nama :Muhammad Najhan Fairuzinoor
NIM : 2410416310018
Kelas : B
MatKul : Penginderaan Jauh
Dosen : Efrinda Ari Ayuningtyas, S.Si, M.Sc.
Fakultas: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Prodi: Geografi (Universitas Lambung Mangkurat)
Framing adalah cara menyajikan atau menyusun informasi untuk memengaruhi persepsi atau interpretasi seseorang terhadap topik atau masalah tertentu. Dalam komunikasi, framing mengacu pada bagaimana aspek-aspek tertentu dari suatu pesan atau informasi diberi penekanan, sedangkan aspek lain mungkin diabaikan, dengan tujuan memengaruhi bagaimana audiens memahami atau bereaksi terhadap informasi tersebut.
Misalnya, dalam berita, sebuah peristiwa dapat dibingkai sebagai "masalah keamanan nasional" atau "pelanggaran hak asasi manusia," tergantung pada sudut pandang yang ingin ditonjolkan. Framing ini dapat memengaruhi cara orang menilai situasi atau mengambil keputusan terkait masalah tersebut.
Ogan Ilir adalah kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan dengan ibu kota di Indralaya. Pada pertengahan 2024, jumlah penduduknya mencapai 443.361 jiwa. Terletak sekitar 35 km dari Palembang, Ogan Ilir dibentuk melalui pemekaran dari Kabupaten Ogan Komering Ilir pada 18 Desember 2003. Wilayahnya berada di hilir Sungai Ogan, salah satu dari sembilan sungai besar di Sumatera Selatan, yang dikenal sebagai Batanghari Sembilan.Â
Ogan Ilir adalah wilayah yang sudah digunakan oleh Pemerintahan Kolonial Belanda sejak 1870 sebagai zona ekonomi afdeeling di bawah Keresidenan Palembang. Wilayah ini mengalami beberapa perubahan administrasi dari 9 afdeeling menjadi 3 pada 1930. Ogan Ilir berubah menjadi Onder Afdeling dengan pusat di Tanjung Raja, membawahi 19 marga.
Setelah kemerdekaan, Ogan Ilir bergabung dengan Komering Ilir dalam Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Gagasan pemekaran muncul sejak 1958, namun baru terealisasi pada 2003 melalui Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2003 yang menetapkan Ogan Ilir sebagai kabupaten terpisah.
Perubahan iklim meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir, yang menyebabkan kerugian besar. Meski tidak mungkin sepenuhnya menghilangkan risiko banjir, teknologi dapat membantu mengurangi dampaknya. Banjir terjadi di berbagai wilayah, terutama di tepi sungai, pesisir, pegunungan, dan daerah perkotaan dengan drainase buruk. Dua faktor utama penyebab banjir adalah curah hujan dan kapasitas retensi tanah.
Tim tanggap darurat menggunakan teknologi radar satelit dalam dua cara:
- Tindakan pencegahan untuk memprediksi area terdampak dan menyusun rencana evakuasi.
- Penilaian kerusakan melalui citra satelit untuk mempermudah bantuan dan alokasi sumber daya pasca-bencana. Analisis sebelum dan sesudah bencana membantu menilai tingkat kerusakan
Seperti yang telusuri Kabupaten Ogan ilir termasuk wilayah yang gampang untuk terkena banjir,sedikit nya 6 kecamatan di kabupaten ogan ilir terkena dilanda banjir disebab kan tinggi nya curah hujan dan luapan air sungai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H