Salam takzim dari penulis untuk pembaca budiman dan terlebih khusus para “haters” SKP* yang suka bilang “benci tapi cinta” baik secara tulus maupun bulus.
Bertepatan pada 3 April lalu, Alhamdulillah penulis masih diberikan kesempatan oleh Mahakhalik untuk menunaikan kewajiban hak pilih dalam Pemilu Legislatif 2014 di Damaskus.
Sebagai muslim tentunya tuntutan untuk optimistis seharusnya menjadi acuan utama kode etik, oleh sebab itu penulis melakukan upaya ikhtiar dengan mencoblos partai bernapaskan nilai-esensi islami.
Setelah ritual pencoblosan, penulis langsung meluncur ke Masjid Agung Umawi, di sana penulis menyempatkan diri untuk kontemplasi, mau tahu hasilnya? Inilah buah pemikiran penulis:
“Entah mengapa di Negara Khatulistiwa, pada tahun politik-intrik ini ada kecenderungan bahwa cinta antar piut-miut adam yang terajut dalam dekapan ukhuwah islamiah maupun insaniah (seolah) terjangkit komplikasi penyakit fitnah, ghibah, namimah, rasuah, hingga khianah?!
Mentak sebagai penawar dari pahit-pailit jadah diatas diperlukan sinergisitas bangsa fatanah dengan wangsa amanah, yaitu konstituen cerdas memilih pemimpin berkompeten dan pemimpin tegas berkomitmen untuk tidak trengginas menggangsir hak rakyat.
Dalam konteks pesta demokrasi seyogianya dibutuhkan kerja nyata dalam menyamak mafsadat demokrasi guna menanak manfaat meritokrasi. Caranya bagaimana? minimalkan komen desktruktif dan maksimalkan komplimen konstruktif secara subtil. Tunaikan kewajiban anasir WNI dengan mencoblos parpol yang bersumber dari sanubari demi kemaslahatan Indonesia lebih harmoni berdikari, jangan lupa merapal "Allahumma khirli wakhtarli" guna menyempenakan Sultan al-Muqsit (Pempimpin Altruistis). Aamin.”
Pada hari perhitungan 9 April 2014, penulis tersibisu melihat perolehan rekapitulasi Real Count Pemilu Legislatif 2014 di Kota Dekapolis-Damaskus, ternyata SKP* memperoleh 186 suara, disusul Demokrat 39 suara, berikutnya PPP 13 suara, Golkar 10 suara, PKB 8, PDI-P 7, PAN 4, serta Hanura dan PBB masing-masing dua suara. Adapun tiga partai lainnya yaitu Gerindra, NasDem dan PKPI tidak mendapatkan suara.
Akhir kalam, serangan fajar di dunia nyata dan serangan tagar di dunia maya sama-sama berbahaya. Namun ada tugas mulia yang harus dijaga, apapun afiliasi anda tetaplah jaga muruah dan fatsun politik. Kemenangan hakiki bukan hanya jawara elektoral, melainkan juara emosional.
*SKP; bacanya dari kanan ke kiri kaya orang arab :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H