Mohon tunggu...
Muhammad Tegar Sembiring
Muhammad Tegar Sembiring Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Remaja beranjak dewasa yang ingin jadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Buku: Kembara Rindu

14 Maret 2024   11:12 Diperbarui: 14 Maret 2024   11:19 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: koleksi pribadi

Maka Ridho memulai ikhtiarnya kembali. Namun kali ini berbeda. Ridho berusaha menghidupkan kembali musholla di dekat rumahnya. Sebab menurut Kyai Shobron, musholla itu adalah warisan yang harus ia jaga. Sebagian waktunya ia dedikasikan pula untuk membangun pondok pesantren di kampung halamannya. 

Dengan semua cobaan dan tantangan, mampukah Ridho menjadi pengusaha sukses tanpa meninggalkan kewajibannya sebagai seorang santri?

Review

"Kembara Rindu" dapat dikatakan sebagai sebuah novel perjalanan. Lika-liku kehidupan sang tokoh utama, Ainur Ridho, membuat kita dapat melihat sebuah masalah dari sudut pandang yang berbeda. Khususnya pada bagian pembagian harta warisan ayah Syifa. Selama ini tentu pandangan bahwa istri kedua adalah "orang ketiga" atau "perusak" hubungan rumah tangga sudah menjadi stigma di masyarakat. Lewat novel ini Habiburrahman bercerita tentang bagaimana masalah tersebut dari sudut pandang keluarga si istri kedua.

Novel setebal 226 halaman ini bukanlah novel roman, walau terdapat bumbu-bumbu cinta antara insan di dalamnya. Novel ini mengajarkan cinta yang lebih luas. Pada guru, orang tua, keluarga, masyarakat, dan pada masjid serta umat.

Pelajaran terbesar dan terpenting dari novel ini tentu ada pada kata "rindu". Ridho memberitahu kita bahwa rindu tidak hanya sekedar suami kepada istri, orang tua pada anak, dan sebagainya. Ini adalah kerinduan untuk menghidupkan cahaya Islam di pelosok negeri.

Sudut pandang pada awal cerita memang terkesan ambigu, membuat kita terkadang bingung, siapa sebenarnya tokoh utama. Syifa? Atau Ridho? 

Namun ini menjadi poin plus dari novel ini. Rasa penasaran yang muncul karena ambiguitas sudut pandang akan membuat kita terus menyelam dalam lautan kata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun