Dibalik Nama Aceh yang terkenal dengan syariat islam. Ada tradisi unik, yang dilakukan oleh masyrakat aceh dibulan rajab yaitu Teot apam ( Masak Apam). Tradisini unik ini, dilakukan biasanya dalam penyambutan isra miraj dan penyambutan bulan suci ramadhan.
Dimasak dengan menggunakan Kuali yang berbahan tanah liat, para ibu-ibu mulai menungkan adonan tepung beras, yang sudah terlebih dahulu dioleskan garam, agar adonan yang sudah matang tidak lengket dikuali tersebut. Dalam bahasa aceh kuali dikenal dengan sebutan Cuprok Tanoh.Â
Dimasak dengan api yang menggunakan kayu bakar dan daun kelapa kering. Bukan tidak mau menggunakan gas, akan tetapi kayu bakar  dan daun kelapa kering dapat menimbulkan aroma yang begitu khas.Â
para ibu-ibu, sesekali meniup api menggunakan pipa, agar adonan apam yang sudah dituangkan matang hingga mengering.
Makanan peunajoh indatu apam ini, rasanya memang tidak perlu diragukan lagi, rasa yang gurih yang berasal dari bahan yang digunakan berupa tepung beras yang dicampur dengan santan kelapa.Â
Apalagi, dipadukan dengan manisnya kuah santan yang berisi pisang, ubi dan nangka, tentunya akan menambahkan kenikmatan yang khas.
Selanjutnya, Apam yang sudah matang dibagikan kepada warga disekitar sekaligus dimakan bersama sanak saudara maupun tetangga. Hal tersebut, merupakan wujud rasa syukur atas pemberian rezeki yang selama ini didapatkan.
Bahkan, perangkat desa menjadikan momen teut apam ini, ajang perlombana. dimana ibu-ibu dibagikan dalam beberapa kelompok, untuk memasak apam.
Dalam penilainan, tentunya dari keunikan bentuk  modifikasi apamnya dan rasanya yang lezat.
Tradisi ini tentunya, menumbuhkan rasa kebersamaan dan mempererat silaturrahmi ditengah masyarakat. Apalagi dimasak secara bersama-sama.
Selain, memperkuat silaturahmi dan kebersamaan, Teut apaam juga dimaknai dengan bersedekah oleh masyrakat aceh, dengan memberikan makanan kepada orang lain.
Kenduri teut apam ini, menunjukan suatu tradisi yang harus ditunjukan kepada generasi-generasi selanjutnya, supaya kenduri teut apam ini diakan punah dan terus dilestarikan, dengan perkembangan zaman yang sangat pesat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H