Aceh tempatnya di samalanga kabupaten Bireun. Beliau mengajarkan kepada kita betapa pentingannya kehidupan. Semangat beliau dalam buet semeubuet akan menjadi suatu teladan bagi kita untuk mengikutinya. Darinya kita belajar bahwa kesempatan kehidupan ini tidak boleh kita sia-siakan, hidup ini hanya sekali maka manfaatkanlah kehidupan dengan hal-hal yang positif. Perlu kita ketahui dalam penyebutan Abon disini adalah gelar yang biberikan kepada seseorang ulama diaceh dikarenakan luasnya ilmu beliau
Abon Abdul Aziz merupakan sosok ulama yang berasal dariAbon telah sukses mengajarkan kepada kita arti perjuangan, kegigihan, kesabaran dan keikhlasan. Jasa abon yang sangat besar dan terus menerus terjadi sampai sekarang. Dengan spirit beliau dalam membumikan Buet Seumubuet ( Belajar dan mengajar), ini menjadi obor pembakar semangat bagi muridnya yang berhasil menjadi ulama besar  di aceh dan membangun ratusan dayah bahkan balai pengajian.
Maka dari itu, pada artikel ini penulis akan sedikit membahas tentang perjalanan intelektual dan spritual abon dalam  Membumikan "Beut Seumeubuet''
Biografi Â
Abon Abdul Aziz lahir pada tanggal 1930 M didesa Kandang, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen. Orang tua beliau bernama Muhammad Shaleh bin Abbdulah (1892-1964 M) dan ibu beliau bernama Hj. Halimah binti Makam bin Keuchik Lamblang. Abon merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Abon juga memiliki saudara tiri yang seayah dengannya, yautu: Abdullah, Abdurrahman, Aisyah dan Khadijah.
Masa kecil abon banyak menghabisakan waktunya didaerah jeunieb, dimana ayah beliau mendirikan lembaga pendidikan agama yang bernama Dayah Darul Atiq didaerah Jeunieb. Ayah abon  juga pernah menjabat sebagi kepala KUA dikabupaten Bireuen dari tahun 1945 sampai 1953 M. Ayah abon merupakan murid dari Abi Hanafiah Bin Abbas yang merupakan pimpinan dayah Mesjid raya Samalanga.
Pendidikan
Pendikan dasar agama beliau memperolehnya dari lingkungan keluarganya sendiri. Pendidikan formal abon diawali dari sekolah rakyat (SR) pada tahun 1937 hingga tamat tahun 1944. Setelah itu beliau mulai mendalami lagi ilmu agama dari keluarganya selama dua tahun, sehingga pada tahun 1946 beliau menlanjutkan studinya ke dayah MUDI dibawah pimpinan Abi Hanifah, lebih kurang selama dua tahun abon di mudi.
 Tahun 1948 abon melanjutkan pendidikannya ke dayah matang kuli dibawah asuhan dari Tgk Abdul Mubin, setahun di Dayah matang kuli, abon kembali lagi ke Mudi. Perpindahan beliau dari satu guru keguru yang lain memberikan suatu kematangan dalam berfikir sehingga ini sangat penting jika seseorang nantinya akan menjadi ulama besar.
Tahun 1951 M, Abon melanjutkan belajarnya kedayah Darussalam Labuhan Haji Aceh selatan, yang dipimpin langsung oleh Abuya Muda Wali AL-Klahidi yang merupakan ulama yang termasyur dikala itu dengan menguasai ilmu ; Fiqh, Tasawuf , dan ilmu Nahwu dan Saraf. Abon sendiri mengikuti pelajaran dalam kelas Bustanul Muhaqqiqin wal Mudaqiqiqin, jenjang tertinggi kelas yang diasuh sediri oleh abuya. Dikelas abon sangat aktif dalam diskusi maupun tanya jawab dan juga beradu argumentasi dengan kawan-kawannya dikelas.
Pada tahun 1953 M, abon pulang ke mudi untuk menerima ijab qabul dengan putri gurunya sendiri yaitu fatimah binti abi hanifah didesa mideun jok, setelah menikah abon kembali lagi ke labuhan haji untuk memperdalam kembali ilmu agamanya.