Umat Islam sangat menjunjung tinggi Muhammad Rasyid Ridha karena perjuangannya yang luar biasa dalam menyebarkan ide-ide reformasi. Berbagai karya ilmiah yang beliau terbitkan sangat membawa perubahan bagi umut muslim, beberapa karya beliau  antara lain :
- Kitab Al-Hikmah Asy-Syar'iyah fi Muhakamat Al-Dadiriyah wa Alrifa'iyah ini merupakan karya beliau yang paling berkesan yang berisi balasan kepada Abdul Hadyi Debris Shayyad yang mencela tokoh sufi yang tiada taranya Abdul Qadir Al-Jailani, dan  juga menjelsakan lebih jauh lagi  kekeliruan oleh  para  tasawuf, terkait busana muslim,  sikap menyamar sebagai non muslim, Imam Mahdi, isu dakwah dan kekeramatan.
- Al-Manar dan Al-Azhar. Berisi antara lain tentang latar belakang sejarah Al-Azhar, pergantian peristiwa dan dakwahnya, serta jawaban ulama AlAzhar yang bertentangan dengan pandangannya.
- Tarikh Al-Ustadz Al-Imam. yang menjelaskan kisah hidup Muhammad Abduh dan perkembangan masyarakat Mesir.
- Tafsir Al-manar bagian pertama yang meliputi Surat al-Fatihah sampai dengan Surat An-Nisa ayat 125, ditulis bekerja sama dengan gurunya yaitu Syekh Muhammad Abduh. Sedangkan hasil karyanya dapat dilihat pada bagian kedua yang mencakup Surat al-Nisa ayat 126 hingga Surat Yusuf ayat 110.
- Â Nida' li Al-Jins Al-Lathif, Â yang menjelaskan tentang Hak dan kewajiban perempuan.
Pembaharuan Muhmmad Rasyid Ridha dalam Pendidikan dan pengetahuan Islam
Reformasi yang dilakukan Rasyid Ridha mengikuti jejak gurunya yaitu Muhammad abduh, khususnya di bidang pendidikan. Ia berpendapat dunia Islam akan maju jika seluruh pemeluknya menguasai pendidikan. Rasyid Ridha membangun sekolah tersebut dengan misi Islam sebagai tujuan utamanya agar dapat bersaing dengan sekolah dakwah Kristen yang memiliki kader yang kuat. Memadukan konsep pendidikan dan dakwah merupakan pendekatan Rasyid Ridha dalam pembaharuan pendidikan. Hal ini terlihat dari nama lembaga pendidikan yang didirikannya dan tujuannya, yaitu menumbuhkan da'i yang amanah dan perkasa dalam menjalankan dakwah Islam di seluruh dunia Islam.
Sayyid Ridha melakukan pembaharuan dengan mendirikan lembaga pendidikan bertema Islam. Alhasil, ia pergi ke Istanbul untuk mendapatkan uang guna membangun sekolah. Namun usahanya sia-sia. Dia mengambil keputusan untuk kembali ke Kairo dan terus berupaya mendirikan lembaga pendidikan Islam.
Rasyid Ridha mampu membangun lembaga pendidikan berbasis di Kairo yang dikenal dengan nama al-Dakwah Wa al-Irsyad pada tahun 1912 M. Keputusannya untuk mendirikan madrasah ini dilatarbelakangi oleh surat-surat dari negara-negara Islam yang mengeluhkan misi Kristen. Madrasah ini didirikan dengan tujuan mengirimkan lulusannya ke negara manapun yang membutuhkan bantuannya dalam pendidikan dan pengajaran umum. Namun misi reformasi pendidikan terhambat karena sekolah yang dibangunnya terpaksa ditutup sementara selama Perang Dunia I.
Rasyid Ridha berpendapat, diperlukan gagasan pembaharuan dibidang kurikulum. Oleh karena itu, beliau menyadari bahwa kurikulum perlu mencakup sejumlah mata pelajaran umum seperti: filsafat, pendidikan moral, ilmu sosial, ilmu bumi, matematika, ilmu kesehatan, bahasa asing, ilmu tafsir, fiqh dan lain-lain.
Menata Masa Depan pendidikan Dayah dari Pemikiran Sayyid Ridha
      Dayah atau lebih dikenal dengan pesantren menjadi salah satu pendidikan yang tertua terkhusus didaerah aceh. Persantren itu sendiri diambil dari kata 'Santri' ditambah pada awalnya 'pe' dan diakhirkan dengan 'an' yang bermakna tempat tinggal para santri. Peran dayah pada masa lalunya sangat besar dalam kontribusinya dalam perkembangan ilmu agama dari aceh hingga sampai ke asia tenggara. Banyak sekali tokoh-tokoh yang lahir dan intelektual dalam menyebarkan islam seperti Abdullah Kan'an dari peurelak beliau merupakan ulama yang berhasil mengislamkan rakyat dari kerjaan indra purba di aceh besar di kala itu.
      Dalam kemajuan pendidikan islam tentu yang paling mendasar adalah tentang kurikulum yang ditetapakan, sehingga menjadi pendidikan yang bermutu dan santri yang berkualitas. Dilihat dari sejarah kurikulum sistem pembelajran masa lalu di dayah menggunakan metode berbentuk halaqah, yaitu para murid duduk melingkari gurunya dan mendengarkan segala yang dibacakan oleh guru dan mendengarkan penjelsannya. Bahkan, metode ini sampai sekarang masih tetap dipertahankan di berbagai dayah terkusus dayah yang berbasis salafi.
      Dengan melihat perkembangan zaman sekarang dayah sebagai lembaga pendidikan yang sudah menjadi harapan masyarakat sekaligus menjadi pemberdayaan generasi-generasi muda. Dimana  sekarang kaum generasi muda harus dapat menguasi ilmu pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum. Ini akan menjadi satu tantangan terbesar bagi dayah-dayah, apalagi didayah berbabis salafi yang lebih fokus kepada pembelajaran kitab-kitab kuning kuno.
      Untuk menjawab tantangan itu semua maka sudah seharusnya dayah sekarang perlu manambahkan kurikulum pengetahuan umum dan agama serta menambahkan fasilitas yang mendukung. Sehingga dayah terus eksis dalam perkembangannya dan tidak punah dengan kemajuan zaman.