Maggot mampu mengurai bahan organik dalam waktu singkat, sehingga dapat digunakan sebagai alat pengolahan limbah organik yang efektif dan ramah lingkungan. Maggot farming dapat dijadikan sebagai alternatif pengolahan limbah organik dari sisa makanan, kotoran hewan, dan lain sebagainya.
Sebagai pakan, maggot memiliki kandungan asam amino dan protein sebesar 40%. Selain itu, terdapat pula zat-zat lain yang menguntungkan untuk dijadikan pakan peternakan atau perikanan. Dalam segi ekonomi pun, maggot memiliki harga jual yang tinggi, maggot dewasa yang masih hidup berkisar Rp 15.000/kg, sedangkan telur maggot berkisar Rp 10.000/gram.
Maggot menghasilkan kotoran yang kaya akan nutrisi dan dapat digunakan sebagai pupuk organik yang efektif. Maggot farming dapat dijadikan sebagai alternatif penghasil pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan. Maggot dapat digunakan untuk membantu menyembuhkan luka terbuka dan menghilangkan jaringan mati.
Kepala desa Wantilan, Komaruddin, mendukung dan bangga dengan adanya budidaya maggot di desanya. "Dengan budidaya maggot, desa Wantilan berhasil menjadi desa percontohan di Subang sebagai bentuk nyata suksesnya pemanfaatan maggot". Ujar Komaruddin.
Dalam kesimpulannya, pemanfaatan larva maggot sebagai pengurai sampah organik dan peluang bisnis yang menjanjikan dapat menjadi solusi bagi masalah lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Edukasi dan sosialisasi mengenai pemanfaatan larva maggot perlu dilakukan agar penggunaannya dapat diterapkan secara luas dan memberikan manfaat yang optimal bagi lingkungan dan ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H