Mohon tunggu...
MAHLA
MAHLA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pamulang fakultas Ilmu komunikasi

Pena kecil sejuta mimpi dalam besarnya dunia indonesia

Selanjutnya

Tutup

Roman

Gadis buta

30 Desember 2024   15:48 Diperbarui: 30 Desember 2024   15:47 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Jika saat itu aku di panggil sebagai “gadis buta” tentu tidak masalah, bahkan aku akan mengiyakannya. Bagaimana tidak, aku telah menutup mataku sendiri akan kebenaran dari kesalahan yang berasal dari lelaki yang ku tunggu bertahun tahun itu. Kata demi kata telah aku terima, namun dari sekian banyak nya kata yang menunjukan bahwa ia tak pantas untuk ku bahkan telingaku sendiri tak mengiyakan bahwa itu buruk.

Tuhan bodohnya aku, semakin aku mengetahui kekurangan dan kesalahannya semakin pula aku mencintainya. Nasehat orang - orang yang katanya ‘jangan menasehati orang yang sedang jatuh cinta’ itu benar adanya, dan sialnya aku sendiri tokoh utama dari kalimat itu.

Nashaka Aditra. G, aku tidak mengenalnya, mungkin hanya orang asing yang sudah tahu akan aku. Oh semesta bahkan ia tahu bagaimana rasanya jatuh cinta denganku. Kini bagaimana kabarnya semesta? Apa ia sudah menyesal akan perbuatan yang katanya bentuk rasa sayang kepadaku itu? Apa ia sudah memikirkan bagaimana kondisi ku di malam buruk itu? Atau bahkan mungkin ia tak tahu bagaimana caranya memberikan bunga maaf kepadaku. Lupakan saja bahkan aku tak mau mencari cara bagaimana melupakan luka yang ia torehkan itu.

Kini aku baik baik saja, bahagia dan tentunya cantik, jika tak percaya silahkan tanyakan saja pada teman sekelasku. Oh tuhan kini aku senang akan kondisi saat ini meski kau pernah menunjukan bahwa impian ku bukanlah tempat yang baik untuk ku. Dan kini aku merasakan nikmat sesungguhnya dari kalimat ‘tuhan tahu mana yang terbaik untukmu’.

Kini aku tahu seberapa banyak daya yang mampu aku lakukan , dan Universitas yang kini aku tempati telah menjadi jawabannya, meski dulu aku sangat menghindarinya karena kekecewaanku kepada Nashaka. Ya, kini kami berada dalam satu Universitas yang sama, persis seperti yang dulu pernah kami ceritakan bersama.

Dan sekarang bolehkah aku membuka kembali sebongkah kisah yang telah usang? Karena kini kecewaku tidak sebesar itu untuk menceritakan saat saat bagaimana masih merindunya aku sebelum ia, lelaki yang berjanji tidak akan meninggalkanku mengingkari janjinya.

Mungkin langit malam mampu menyaksikan bagaimana campur aduknya perasaanku saat itu, rasa ingin menangis tapi malu pada kenyataan. aku sangat merindukan Nashaka ku, Aku rindu akan pelukan hangat nya, aku rindu mencari ice cream matcha bersama nya, aku juga rindu tertawa di atas motor bersama nya. Begitu banyak pertanyaan yang ada di otak ku, aku takut menanyakan nya langsung kepada Shaka, aku takut ia marah, aku takut kami bertengkar dan .. berakhir. Perasaan ku malam itu membuat ku nyaris tidak percaya bahwa kami juga pernah menciptakan tawa bersama. Tanyakan saja pada angin di sabtu sore itu.

“Kamu percaya setia itu ada sayang?” Ucapku saat itu padanya, dengan dagu lancip ku yang menempel di pundak nya. Menghabiskan sore dengan mengendarai vespa bersama dia yang ku sebut sebagai semestaku.

“Percaya, kenapa ngga”

“Buktinya apa?” Aku sedikit mengeraskan suara ku karena angin yang lumayan kencang, bahkan rambut ku ikut berterbangan mengikuti arah angin.

“Kamu udah jadi bukti yang paling nyata Rhanala”. Jawab nya dengan suara yang pelan, aku tersenyum malu dibalik punggungnya. Bersembunyi karena takut ia melihat pipi merahku lewat kaca spion.

“HAH APA AKU GA DENGER”. Jangan mengira aku tuli, sebenarnya aku hanya ingin mendengarnya sekali lagi hehe.

“Kamu dah jadi bukti paling nyata Rhanalaaa”.

“HAH APAAA”.

“KAMU BUDEEKK”. Ia berteriak mengimbangi suara ku, kami tertawa bersama. Menikmati waktu yang terus berjalan. Ini adalah momen favorit dalam hidupku saat itu. Jika orang lain bertanya mengapa aku senang sekali menghabiskan waktu dengannya di atas motor maka jawaban ku adalah karena aku merasa akan selamanya bersama dia saat kami tertawa di atas motor, ntah takdir akan seperti apa nantinya aku tak tahu, yang aku tau saat itu ia telah kembali menjadi milik ku dan akan tetap menjadi milik ku.

Nashaka punya cara nya sendiri untuk mencintaiku, ntah itu dari cara dia membuatku menangis atau cara dia membuatku merasa di cintai, tapi katanya semua itu ia lakukan karena menyayangiku. Tuhan, untuk kali ini saja biarkan aku menang dalam ceritaku. Sudah saja segala kesedihan yang aku alami saat melihatnya masih bersama wanita itu.

Aku masih ingat saat ia membawaku kerumah nya. bertemu mama, dan bertemu Rhasya adik kecil kesayangan Shaka. Berjejer foto di dinding ku perhatikan. Salah satu hal menyenangkan jika dibawa berkunjung ke rumah nya.

Banyak hal yang Nashaka bincangkan kepadaku, tentang dia yang pernah tinggal di pondok pesantren, tentang bagaimana hari nya selama di kota padang, dan bagaimana cara dia menilai hidup. Sebenarnya lebih dari itu, tapi biarlah aku dan Shaka saja yang tau. Hari itu ia memeluk ku erat bahkan sangat erat, ia mengusap belakang kepala ku. Dan berbisik tepat di telingaku “ maaf sayang, maaf”. Aku membalas bisikan nya dengan mengusap punggungnya dengan lembut. Aneh nya jantung ku tidak berdetak kencang saat itu, hanya ketenangan yang ku dapat. Beda dengan Shaka yang bisa kurasakan jantungnya berdetak kencang. Ia menangkup kedua pipi ku, bisa kurasakan kehangatan lewat tangannya yang besar itu lantas secara tiba tiba Shaka mencium bagian samping kanan kepalaku dengan lembut. Ntahlah aku merasa ada yang berbeda dari Shaka hari ini, seakan akan ini adalah pelukan terakhir saja. Ia melepaskan pelukannya dan aku seperti merasa telah kehilangan sesuatu.

“Aku bau ga? Tadi sebelum kesini aku lupa pake parfum”. Ia tersenyum” Ngga kok, kamu wangi. Tapi bukan wangi parfum”.

Itu kalimatnya yang paling ku ingat. Dan sekarang?.

Nashaka, sangat berat memberikan maaf akan kamu, tapi bodohnya aku tidak pernah bisa membencimu. Sedalam apa kamu berikan luka ternyata tidak mampu menandingi dalamnya rasa sayang itu.

Aku meninggalkan kota kita, kota yang menjadi latar bagaimana indah nya tahun tahun pendek bersama mu. Dan kini, TS Kota yang pernah kau larang untuk aku tinggal disana, Tak kuat katamu. Tapi nyatanya, sekarang kamu hidup tanpa adanya namaku di dalamnya. Memang sakit, tapi ini telah membuka mata ku akan kenyataan bahwa dunia yang dulu pernah kau janjikan untuk menjadi milik kita berdua ternyata begitu luas dalam nya, hingga aku mampu menemukan banyak orang baru yang ternyata tidak se menakutkan itu. Selamat tinggal Nashaka, hari itu aku mencintai mu sungguh, tapi ternyata kamu tidak butuh itu hehe. Simpan saja apa pun yang sudah ku beri, termasuk perasaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun